- [Fanfict] Terimakasih atas janji dan semua kebohonganmu (Inspired by @shaniaJKT48) - ShareAboutJKT48

124

Berita Terbaru
Wednesday, January 8, 2014

[Fanfict] Terimakasih atas janji dan semua kebohonganmu (Inspired by @shaniaJKT48)

[FanFict] Terimakasih atas janji dan semua kebohonganmu

 



Sebelumnya saya hanya mengingatkan, bahwa ini hanya cerita fiktif belaka. Tidak nyata dan hanya delusi positif seorang fans dan kadang suka agak lebay, jadi bila ada kata-kata yang tidak enak dihati mohon dimaafkan karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik tuhan. So happy reading ^.^

Perkenalkan namaku Niko, saat ini aku duduk dibangku kelas 8 SMP, sifatku baik, ramah, tidak tegaan kalau sama cewek, tampilanku cool, keren, modis, kece, cowok idola cewek disekolah, mau adik kelas, seangkatan, kakak kelas, semua tertarik padaku :v Aku mempunyai seorang adik perempuan namanya Shania, kami hanya tinggal berdua saja. Orangtua ? Orangtua kami sudah tenang dialam sana :)

Hari ini tanggal 27 Juni 2010. Ya! Hari ini adalah ulang tahunku dan Shania, aku baru berusia 14 tahun sedangkan Shania 11 tahun. Aku sangat sayang padanya, bahkan jika demi kebahagiaannya aku rela menghabiskan seluruh uang tabunganku yang dari dulu aku kumpulkan untuk sebuah gundam yang sangat aku inginkan. "Ekhm, permisi sekarang tanggal berapa ya? Hihi" ucap seseorang dibelakangku yang membuyarkan semua lamunanku. "Heh, kamu ini ngapain disitu ?" ucapku pada adikku. "Aku hanya mau bertanya, sekarang tanggal berapa ?" ucapnya sambil tertawa kecil. "Oh itu, sekarang tanggal 27 Juni 2010 hari minggu jam 12.00 dan sudah lengkap semua ?" jawabku yang pura-pura tidak ingat dengan hari ulang tahunnya. "Hmm, masih ada lagi tau!" ucapnya setengah teriak. "Apa ?" tanyaku. "Hari ini ulang tahun aku dan kamu kakak!" ucap Shania dan kali ini teriakannya cukup keras. "Ohaha itu ya, selamat ulang tahun Shania. Sudah besar rupanya adikku ini" ucapku. "Hanya itu ?" ucap Shania. "Hanya itu ? Apa maksudmu ?" tanyaku. "Iya, apakah hanya itu saja ?" balas Shania. "Apakah hanya itu saja ? Oh aku mengerti, baiklah kau mau apa dariku ?" ucapku sambil mendekat padanya. "Hmm itu kau mengerti, aku mau apa ya ? Haha" ucap Shania. "Mau apa ? Cepatlah aku tak punya banyak waktu" ucapku sambil membalikan badan sambil membaca komik. "Aku hanya ingin..." ucap Shania. "Apa ?" tanyaku dan menghadap kepadanya. "Aku hanya ingin kakak berjanji untuk selalu disini, bersamaku, menemaniku. Berjanji ?" ucap Shania sambil memelukku. "Itu sudah pasti Shania" ucapku dan membalas pelukannya itu. "Janji ?" tanya Shania, "Iya janji. Kamu juga harus berjanji padaku" ucapku. "Apa kak ?" tanya Shania. "Janji yang sama" ucapku. "Iya kak aku berjanji" ucap Shania dengan tangan yang masih memelukku.
Hari pembagian rapot kenaikan kelas untukku dan kelulusan untuk Shania tiba, tepatnya tanggal 21 Desember 2010. Aku yang menjadi wali untuk Shania, sementara itu rapotku diambil oleh pamanku dari Solo, pamaku satu-satunya yang aku miliki saat ini. Setiap ada acara disekolah paman selalu ke Jakarta untuk memenuhi acara itu, aku sudah beberapakali berbicara padanya agar tidak usah datang tapi ia selalu saja datang.

Acara pengambilan rapot selesai, Shania lulus dan meraih ranking 1 dikelasnya. Aku tidak kaget lagi kalau ia ranking 1, karena itu sudah sering didapatnya saat ia kelas 1 SD dan sampai sekarang ini. Aku juga naik kelas ke kelas 9 SMP, tapi aku hanya meraih ranking 2 dikelas. Sampai nya dirumahku, paman sudah ada distasiun untuk pulang ke Solo, ia menitipkan uang untuk kami. Iya setiap 1 bulan paman selalu mengirimkan uang, tidak hanya uang saja. Bahkan jika Shania rindu pada semua foto yang ada disana, paman selalu mengirimkannya. Shania, Shania, kamu masih terlalu polos untuk menerima semua ini. "Kakak, aku dapat ranking berapa ?" ucap Shania. "Ranking ? Kau saja tidak lulus!" ucapku berbohong padanya. "Aku tidak lulus ? Benarkah ? Ah maafkan aku kak, aku sudah membuat kakak kecewa" ucap Shania sambil menangis. "Eh, kamu ngapain nangis ? Tidak, aku hanya bercanda. Kau lulus dan mendapat ranking 1 seperti biasa" ucapku. "Wahh yang benar ? Terimakasih Tuhan" ucap Shania sambil menghapus air matanya "Senyum dong" ucapku. "Iya iya hehe, eh kakak ? Dapat ranking berapa ?" tanya Shania. "Aku.. aa.. aku hanya mendapat ranking 2" ucapku. "Yaahahaha sudah kuduga itu, berarti aku boleh meminta 20 permintaan dan kau harus menurutinya benar kak ?" ucap Shania. "Hah ? Apa-apaan ini ? Kenapa selalu kamu ? Kapan giliranku ?" ucapku yang jengkel, ya memang setiap ada pembagian rapot dan salah satu ranking dari kami lebih tinggi, itu boleh meminta 20 permintaan apa saja dan yang terendah harus menurutinya. Ini adalah hal gila yang selalu kami lakukan saat liburan sekolah, dan sudah 5 tahun ini aku selalu kalah. "Giliranmu ya kak ? Hmm giliranmu saat rankingmu berada diatas ranking ku :p" ucap Shania sambil menjulurkan lidahnya. "Hmm yasudahlah, apa permintaan pertamamu ?" ucapku. "Permintaan pertamaku aku ingin kakak berjanji padaku untuk selalu bersamaku disini" bisik Shania sambil berlari menuju kamarnya. "Iya aku berjanji!!" ucapku teriak dan hanya tersenyum melihat tingkahnya itu. Saat malam hari aku lihat ke kamarnya, ia sudah tertidur pulas dengan meja belajarnya yang berantakan. Aku merapihkannya dan menulis surat untuknya.

Untuk Shania tersayang. Lain kali jika sudah belajar jangan lupa dirapihkan kembali buku-bukunya ya... Aku sayang kamu. Niko.

Aku segera menuju kamarku dan tidur, esok pagi tepatnya tanggal 22 Desember 2010 aku sudah melihat meja makan terisi penuh dengan roti, selai, segelas susu segar, dan sepucuk surat. Aku langsung mandi dan segera ke meja makan untuk membaca surat itu.

Untuk kakak Niko tersayang. Suratmu sudah aku baca, iya lain kali aku rapihkan, aku juga sayang kakak. Eh iya kak, mungkin setiap pagi aku akan kerumah temanku untuk bermain. Katanya ia akan pindah ke Pekan Baru dan bersekolah disana, makanya aku ingin bermain bersamanya sampai ia berangkat ke Pekan Baru. Boleh kan kak ? Oh iya permintaan kedua dariku, aku ingin kakak berjanji untuk selalu bersamaku disini ^.^ Shania.

Itulah isi surat itu, aku hanya tersenyum membacanya. "Iya aku berjanji Shania" ucapku didalam hati. Shania, satu nama indah yang aku miliki, seorang gadis polos yang selalu mewarnai hari-hariku dengan senyumnya. Aku akan melakukan apa saja demi dirinya, demi seorang gadis polos yang aku sayangi.

  
*** 
Hari itu aku menghabiskan waktu dirumah, bermain game, membaca, menonton pokoknya untuk menghilangkan rasa bete. Tak terasa hari sudah sore, aku masih menunggu Shania pulang. Aku menunggu di meja makan, karena ini sudah waktunya makan. "Selamat sore kakak, hari yang menyenangkan ya haha" ucap Shania sambil menghampiriku. "Sore. Iya, bagimu menyenangkan. Bagiku membosankan, aku disini sendiri dan kau malah asik bermain-_-" ucapku. "Hehehe, bosan kenapa sih ?? Eh iya kak, permintaan kedua dariku apa sudah dibaca ?" tanyanya. "Bosan saja, iya sudah. Iya aku janji kok. Apa gak ada permintaan lain selain itu ?" tanyaku. "Tidak ada, memang kenapa ? Suka-suka aku dong" ucapnya. "Haah yasudah terserah kau saja, sekarang cepat mandi dan habis itu kita makan bareng" ucapku. "Oke kakak" ucapnya sambil berjalan menuju kamarnya. "Nah kalau udah mandi kan jadi wangi, gak bau kayak tadi" ucapku meledek Shania yang sedang berjalan menuju meja makan. "Yee gak mandi juga aku tetep cantik kok" ucap Shania. "Pede kamu, haha" ucapku. "Udah, sekarang aku mau makan dulu. Ngomongnya nanti saja" ucap Shania. "Iyedah iye" jawabku. Setelah makan kami hanya bermain video game, sesekali membaca komik. Malamnya aku langsung ke kamarku karena bosan di ruang tengah, Shania juga langsung tidur. 

1 Januari 2011 "Hoaamm, selamat pagi dunia! Selamat tahun baru! Selamat tahun baru kakak Niko!!" ucap Shania di kamarku. "Hmm, masih pagi tau Shan, udah teriak-teriak aja" ucapku dengan mata masih menutup. "Eh, ngapain kamu disini ?" ucapku lagi, kali ini kedua mataku terbuka melihat Shania tiba-tiba di kamarku. "Hehe, habis tadi pintunya gak dikunci sih. Jadi aku langsung masuk deh" kata Shania."Hmm" ucapku dan kembali tertidur. "Ehh kak, kok tidur lagi ? Mau tau permintaanku hari ini tidak ?" ucap Shania. "Apa ?" ucapku yang masih memeluk guling. "Kakak harus berjanji untuk selalu bersamaku disini" ucap Shania berbisik dan berlari keluar kamar. Aku hanya tersenyum melihat tingkah adikku itu, sudah 11 permintaan yang sama ia lontarkan padaku. Berbeda dengan 20 permintaan-permintaan sebelumnya. Kadang aku berfikir untuk apa Shania meminta hal itu ? Kalaupun ia takut aku tinggalkan, untuk apa juga aku meninggalkannya ? "Aku akan selalu disini, bersamamu. Kau tahu itu Shania" gumamku, lalu aku kembali tidur karena Shania sedang keluar rumah sepertinya ia pergi bermain. Sore hari, aku bangun dan langsung pergi mandi habis itu makan. Aku tidak menunggu Shania karena perutku sudah tidak bisa berkompromi lagi, saat dimeja makan aku melahap habis 2 lembar roti selai itu. Saat aku meminum susu tiba-tiba aku menyemburkan susu yang dimulutku ke depan, kulihat Shania pulang dengan keadaan basah kuyup. "Shan, kamu kenapa ?" tanyaku. "Ini kak, tadi waktu mau pulang aku nendang kaleng dijalan gitu. Terus kalengnya mantul, ke injek sama aku jadi aja jatuh ke kolam di taman" ucap Shania sambil merengut kesal. "Wahaha, makanya jangan nakal-nakal kalau di jalan hahaha" ucapku sambil tertawa. "Ihh malah diketawain, awas ya" ucap Shania sambil mengambil gelas susu milikku. "Eh, eh itu punya siapa ? Main ambil aja" ucapku. "Biarin, haus nih" ucap Shania. "Yasudah mandi sana, badanmu lengket. Bau ikan lagi, haha" ucapku mentroll dia. "Iya, iya bawel" ucapnya sambil berjalan menuju kamar mandi. Malamnya "Shan ? Boleh masuk gak ?" ucapku didepan kamarnya. "Masuk aja kali, gak dikunci kok" ucap Shania. "Shan, laper nih. Kamu masak kek, atau apa inisiatif kek" ucapku sambil duduk di atas tempat tidur Shania. "Jadi kakak ke kamarku hanya untuk meminta makan ? Haah, aku kira ada apa. Beli saja di depan, biasanya ada tukang nasi goreng kan" balas Shania. "Yaelah kamu ini, cewek bukan sih ? Masa gak bisa masak ? Pantas tidak ada yang mau denganmu haha" ucapku. "Yee aku bisa masak tau, tapi aku tidak mau sombong, jadi aku tidak keluarkan kemampuanku. Lah kakak sendiri ? Gak laku. Haha" ucap Shania membela dirinya sendiri. "ahh, yasudah gak jadi. Kamu cepetan tidur, udah malam" ucapku sambil berjalan keluar kamarnya. "Iya kak" balas Shania.


10 Januari 2011 hari pertama Shania masuk SMP, ia didaftarkan di SMP yang sama denganku. Sudah 19 pertanyaan permintaan yang sama ia lontarkan padaku, tapi tadi pagi Shania tak meminta 1 hal lagi padaku. Saat istirahat aku akan bertanya padanya, aku harap 1 permintaan itu berbeda dengan 19 pertanyaan sebelumnya. Hari ini bosen banget di kelas~ "Nik, istirahat nanti ke kantin bareng yuk ?" ucap Cindy. "Hah ? Eh iya boleh, tapi nanti kamu tunggu dulu di kelas. Aku mau ke kelas adikku dulu" ucapku. "Okedeh" balasnya sambil berjalan kearah teman-temannya. Iya namanya Cindy Yuvia, biasanya dipanggil Yupi. Cewek favorite di sekolah. Banyak laki-laki yang memujanya. Ia mantan pacarku, saat aku berpacaran dengannya banyak sekali yang bilang bahwa aku laki-laki yang beruntung bisa mendapatkannya, bahkan kami dibilang best couple. Ya gue akuin lah itu fakta, gue kan emang cowok keren disekolah :v Aku sempat risih dengan sikap Yupi, aku memutuskan hubungan dengannya waktu itu karena Yupi terlalu manja bagiku. Saat kelas 8 kami memang tidak sekelas tapi saat kelas 9 semua murid pindah kelas sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh kepala sekolah, dan aku sekelas dengan Yupi. Jam istirahat tiba, aku segera datang ke kelas Shania. Sampai di kelasnya Shania. "Maaf kak cari siapa ya ?" ucap seorang gadis padaku. "Eh ini, aku cari Shania ada gak ?" tanyaku. "Oh, Shania ya. Shania Junianatha bukan ?" tanya gadis itu lagi. "Iya Shania Junianatha, kamu temannya ?" tanyaku lagi. "Iya aku teman sekelasnya, Shania lagi ke kantin kayaknya. Kalau boleh tau kakak siapa ya ?" tanya gadis itu lagi. "Aku kakaknya, namaku Niko dari kelas 9. Nah kamu ? Namanya siapa ?" tanyaku. "Oh kak Niko ya, aku Nabilah kak" jawabnya. "Nabilah ya, salam kenal ya Nabilah" ucapku. "Ekhm, ekhm. Ada yang lagi godain adik kelas nih" ucap Shania. "Eh kamu Shan, siapa yang lagi godain ? Aku kesini cari kamu tau" jawabku. "Oh cari aku toh, emang ada apa ?" tanya Shania. "Aku mau ngomong sama kamu, tapi di kantin ya ?" pintaku. "Hmm iyadeh boleh" ucap Shania. "Eh Nabilah mau ikut gak ?" tawarku. "Eh enggak kak, makasih" ucap Nabilah sambil berjalan menuju tempat duduknya. "Udah deh, gak usah modusin Nabilah mulu. Ayo ke kantin" ucap Shania sambil menarik tanganku. "Eh iya, iya sabar dikit napa" balasku.


Sampainya di Kantin "Shan, kamu baru ngasih 19 permintaan. Satu lagi mana ?" tanyaku. "Oh itu toh, satu lagi aku simpan untuk nanti saja ya haha" jawab Shania. "Yaelah perjanjiannya kan selama liburan, tapi ini satu permintaan lagi jadi gak apa-apa deh. Eh temanmu yang tadi itu punya kakak gak ? Siapa tau bisa dikenalin gitu haha" ucapku. "Temanku ? Nabilah maksudnya ? Waktu dia cerita sih katanya punya, kakak perempuan. Satu udah tunangan" ucap Shania. "Hah ? Tunangan ? Yaelah Shan, gak usah bilang kalo gitu" ucapku. "Ishh aku belum selesai bicara. Kakak perempuan, satu udah tunangan satu lagi aku gak tau" jelas Shania. "Niko, ternyata kamu disini" teriak Yupi. "Waahhh Shan, itu si Yupi malah nyusul kemari" ucapku. "Itu siapa kak ? Yupi ? Kakak kira dia permen apa?" ucap Shania. "Emang namanya Yupi. Cindy Yuvia, ada lah pokoknya" ucapku. "Hai... Eh ini yang namanya Shania ya ? Wah cantik ya" ucap Yupi. "Iya kak, aku Shania. Makasih kak hehe" ucap Shania. "Iya, eh kenalin aku Cindy Yuvia. Panggil aja Yupi ya, aku mantan pacarnya Niko" jelas Yupi. "Eh, gak usah dijelasin napa" ucapku. "Ohaha, mantannya toh. Tapi kalian akur ya, biasanya kalau udah jadi mantan itu suka musuhan haha" ucap Shania. "Iya kita kan pdkt lagi, iya gak Nik ?" ucap Yupi. "Eh apaan, enggak juga" ucapku. "Eh yaudah, Shania ke kelas dulu ya. Babay kak Niko" ucap Shania sambil pergi meninggalkan aku. "Eh Shan. Tunggu!! Pulang bareng yaa??" teriakku. "Aku mau ke rumah Nabilah!!" balas Shania. "Aku ikut!!" pintaku. "Iya terserah!" Jawab Shania. "Eh yupi, ke kelas aja dah, bosen disini" ucapku. "Iya terserah katamu aja ya Nikoo" ucap Yupi. Teng.. Teng.. Teng.. kebetulan bel masuk juga berbunyi, aku segera menuju kelas bareng si Yupi cerewet ini -_-


Tidak terasa bel pulang sekolah berbunyi, aku segera ke kelas Shania. "Eh kak Niko, kata Shania kakak mau ikut kerumahku ya ??" tanya Nabilah. "Eh, iya gak apa-apa kan ? Hehe"ucapku. "Iya gak apa-apa dong kak" ucap Nabilah. "Eh kalian, lama nunggu ya ?" ucap Shania. "Eh enggak kok, aku baru aja kesini. Berangkat sekarang yok" ucapku sambil menarik tangan Nabilah dan Shania. "Eh, sabar kak. Nabilah masih ada piket" ucap Nabilah sambil menghentikan langkahnya. "Iya, kak Niko katanya pengen dikenalin sama kakak kamu Bil" ucap Shania. "Eh Shan, kamu ngomong apa sih" gerutuku. "Lah bukanya tadi kakak" belum sempat Shania menyelesaikan perkataannya aku menutup mulutnya dengan tanganku. "Nabilah, cepetan piketnya yaa" ucapku, Nabilah berjalan menuju kelas sambil tertawa kecil. Tiba-tiba Shania mengigitku "Aww, apaan sih Shan. Sakit tau!" ucapku. "Abis, tanganmu bau ikan asin kak! Hahaha" ucap Shania sambil berlari. "Eh awas ya kamu, kalau ketangkap aku cubit nih!" teriakku sambil mengejar Shania. "Ayo sinii, haha" ucap Shania. Lama sudah kami bermain kejar-kejaran, terlihat Nabilah keluar kelas. "Huuhh capeknyaaa, eh Nabilah udah selesai ya ? Yuk kerumah kamu" ucap Shania. "Iya udah kok, yuk" ucap Nabilah. "Nahh, kena kamu anak nakal!" ucapku sambil mencubit Shania. "Aww, sakit tau kak!" ucap Shania sambil menepis tanganku dari wajahnya. "Ehehe, abis tadi kamu songong sih" ucapku. "Sudah, sudah. Ayo, keburu panas lagi nih" ucap Nabilah. "Iya" ucapku dan Shania. Sepanjang perjalanan kami hanya tertawa, bercanda, sesekali aku mentroll Shania. Begitu juga sebaliknya. Nabilah yang sesekali tertawa melihat tingkah kami berdua, kadang aku merasa terasingkan jika mereka berdua sedang membicarakan hal-hal kesukaan wanita. Bosan~


"Sudah sampai ya ?" ucap Shania. "Iya, eh Shan. Kakakmu, mau kemana tuh ?" ucap Nabilah. Aku memang jalan terlebih dahulu, sambil membaca komik dan mendengarkan MP3. Karena aku hanya dikacangin oleh mereka berdua. "Wah iya tuh, kak Niko! Mau kemanaa ??" teriak Shania. "Eh, kalian kenapa berhenti ?" ucapku. Shania dan Nabilah hanya tertawa. "Loh ? Malah ketawa ? Sini cepet!" ucapku. "Kamu mau kemana kak ? Orang ini rumahnya, hahaha" ucap Shania. "Waduh, keasikan sih tadi. Yaudah tunggu aku!" teriakku sambil berlari kearah mereka. "Huhh, capek nyaa.." ucapku. "Hahahhaha" Shania dan Nabilah hanya tertawa. "Hei, ada apa ribut-ribut ?" ucap seorang gadis didepan rumah Nabilah. "Cantik, manis, agak sedikit pendek tapi itu tak masalah. Apa itu Frieska ?" gumamku. "Eh iya kak, ini teman-teman Nabilah mau main boleh kan ?" ucap Nabilah. "Tentu saja, ajak masuk sini Bil" ucapnya. Aku terus melihatnya dengan mulut menganga. "Woy, itu kak Melody. Cantik kan ? Haha" ucap Shania berbisik. "Sial, ternyata itu yang namanya Melody" ucapku. Sampai didalam rumahnya, "Nah silahkan duduk oh iya nama kalian siapa ?" tanya Melody. "Aku Shania dan ini kakakku Niko. Salam kenal ya kak" ucap Shania, aku mengangguk. "Oh iya iya, Shania dan Niko ya. Aku Melody, salam kenal juga yaa" ucapnya. "Nabilah bawakan minuman segar ya untuk mereka, kakak keatas dulu" ucap Melody. "Iya kak, Shania, kak Niko, tunggu sebentar ya" ucap Nabilah. Terlihat seorang gadis turun dari tangga dan menghampiri kami, cantik! Sangat cantik. "Hai, aku Frieska. Kalian temannya Nabilah ya ?" ucapnya sambil duduk disebelah Shania. "Iya kak, aku Shania dan ini kakakku" belum selesai Shania bicara aku sudah memotongnya. "Eh iya, aku Niko kakakknya Shania. Salam kenal Frieska" ucapku. "Kakak! Jangan malu-maluin deh" ucap Shania berbisik seraya mencubit kakiku. "Aw, eh sakit tau!" ucapku. Frieska hanya tertawa kecil. "Eh Shan, geser dong disini gak empuk nih sofanya" ucapku yang berusaha modus ini. "Ah kamu ini kak" ucap Shania seraya bergeser. "Nah, ini minumannya. Maaf lama menunggu" ucap Nabilah. "Wah, makasih Bil" ucap Shania. "Iya makasih ya Nabilah cantik, kayak kakaknya *eh ._." ucapku, seisi ruangan hanya tertawa. "Bil, kakak mau ngomong" ucap Frieska. "Ngomong aja kali kak" balas Nabilah. "Itu... emm ini Bil, boneka mu. Telinganya robek, ini salahku. Maaf ya Bil" ucap Frieska sambil memperlihatkan boneka kelinci Nabilah yang robek itu. "Apa kak ? Kenapa bisa ? Aku benci kakak! Kakak jahat!" ucap Nabilah dan berlari ke halaman belakang. "Tunggu Bil" ucap Frieska yang ingin mengejarnya. "Fries, udah sini sama aku aja" ucapku sambil menahan tangannya. "Tapi Nik ??" tanya Frieska. "Udah gak apa-apa, mana sini bonekanya ?" ucapku. "Ini, tolong ya Nik" ucapnya. "Iya" ucapku sambil menyusul Nabilah.


"Adik manis, kok nangis sih ??" ucapku sambil ikut duduk disisinya. "Aku benci kak Frieska!" ucap Nabilah. "Loh, kok gitu ? Dia kan kakakmu, lagipula pasti dia gak sengaja merobek telinga bonekamu itu" ucapku. "Tapi itu boneka kesayanganku kak! Apa kakak bisa memperbaikinya ? Jangan hanya membujukku seperti itu!" ucap Nabilah. "Hmm, kamu sudah cukup dewasa. Gak boleh nangis lagi, apalagi menyimpan dendam pada kakakmu. Tidak baik itu Bil, nah kalau aku bisa memperbaikinya apa kamu mau maafin Frieska ?" ucapku. "Iyadeh kak" ucap Nabilah. "Janji ya ? Oke tunggu sebentar" ucapku, aku kembali menuju ruang tamu. "Gimana Nik ?" tanya Frieska, aku hanya tersenyum dan mengambil tasku lalu kembali ke halaman. Kebetulan tadi pelajaran kesenian ada menjahit, jadi kebetulan juga aku bawa alat jahit. Gini-gini juga aku jago ngejahit wkwk. "Nah Bil, alat-alatnya sudah siap. Kamu tunggu ya" ucapku. "Iya kak" jawab Nabilah. Setelah beberapa menit "Bil, ini udah gak robek lagi. Buat nutupin bekas jahitannya mau dikasih pita gimana ?" tawarku. "Boleh kak" ucap Nabilah. "Kamu mau warna apa ? Pink, Hijau, Oranye, Merah, Ungu, atau apa ?" tanyaku. "Pink deh, soalnya kan boneka ini warnanya putih. Hehe" ucap Nabilah. "Oke, bentar ya" balasku. "Nahh, tada!! Sudah jadi, gimana ??" ucapku. "Wahh kak, ini bagus banget! Lebih bagus dari sebelumnya! Makasih kak" ucapnya. "Hehe iya, siapa dulu dong Niko gituu haha" ucapku. "Ini bener bagus banget kak" ucap Nabilah. "Yaudah, sekarang minta maaf ya sama Frieska. Maafin Frieska juga. Oke ?" ucapku. "Iya kak, makasih kak" ucapnya memelukku lalu berlari kearah Frieska. "Hmm, andai itu Frieska haha" gumamku. "Shaniaaa, kenapa kamu tidak pernah cerita kalau kakakmu pandai sekali menjahit ?" ucap Nabilah. "Yeh, aku aja gak tau" ucap Shania. "Yaelah kirain tau haha, eh kak maafin Nabilah ya udah bersikap salah tadi" ucap Nabilah. "Iya, kakak juga minta maaf ya Bil. Eh Nikonya mana ?" ucap Frieska. "Ada tuh di halaman, kak aku sama Shania ke atas ya. Masih ada PR nih..." ucap Nabilah. "Eh iya, iya" ucap Frieska. 

***

Saat itu aku hanya duduk di kursi halaman sambil membaca komik kesukaanku yang selalu aku bawa kemana-mana. "Serius amat bacanya" ucap seseorang dari belakang. "Eh iya Fries hehe" ucapku. "Ikut duduk boleh ?" tanya Frieska. "Eh iya, boleh. Ini kan rumah mu, harusnya aku yang meminta izin haha" jawabku. "Bisa saja kamu ini, emm Nik ? Makasih ya" ucapnya. "Untuk ?" tanyaku. "Iya untuk semuanya, karena kamu, Nabilah jadi gak marah lagi sama aku" jelasnya. "Eh itu, iya santai aja kali. Lagian kamu apain sih tu boneka ? Nyampe robek kayak gitu ? Kamu gigitin ya ? Hahaha" candaku. "Ih kamu ini, bukan gitu. Tadi tuh bonekanya ada di bawah tempat tidur, pas aku tarik eh telinganya nyangkut. Robek deh" ucap Frieska. "Hahahha ada-ada saja kamu" ucapku. Frieska hanya ikut tertawa. Tiba-tiba handphone-ku berbunyi, terlihat ada panggilan dari kepala sekolah. "Fries, bentar ya" ucapku sambil sedikit memberi jarak darinya. Cukup lama pembicaraanku dengan kepala sekolah. "Fries, maaf lama nunggu ya" ucapku."Enggak kok, tadi dari siapa ?" tanya Frieska. "Kepala sekolah di sekolahku" jawabku. "Kenapa nelepon ?" tanya Frieska. "Kepala sekolah ngasih kabar baik, tapi buatku ada kabar buruknya juga" jawabku. "Kabar baik nya ?" tanya Frieska. "Aku terpilih jadi murid pertukaran di Jepang" ucapku. "Buruknya ?" tanya Frieska. "Aku di Jepang selama dua tahun, sedangkan aku gak bisa ninggalin Shania selama itu. Aku kan cuma tinggal berdua sama Shania" jelasku pada Frieska. "Gitu ya, kita sama dong hehe" jawab Frieska. "Sama ? Maksudnya ?" tanyaku. "Iya sama, aku juga terpilih jadi murid pertukaran di Jepang dari sekolahku" jawabnya. "Terus ? Pilihan kamu gimana ?" tanyaku. "Ya aku sih mau banget, kak Melody sama Nabilah juga udah setuju" jawab Frieska. "Hmm, gitu ya" balasku. "Kamu gimana ?" tanya Frieska. "Gatau deh" jawabku. "Emm gimana kalau Shania tinggal bareng kak Melody sama Nabilah ?" tanya Frieska. "Ah kamu ini ngaco, emang Shania mau ?" jawabku. "Apa salahnya dicoba ? Tanggal 14 kita berangkat kan ? Kita satu sekolah kan di Jepang ?" tanya Frieska. "Katanya sih gitu, yaudah nanti aku ngomong sama Shania ya" jawabku. "Oke nanti kabarin aku ya" ucap Frieska. "Hey kak, pulang yuk ? Udah mau sore nihh" ucap Shania dari belakang. "Eh, iya Shan. Pamit dulu sana" ucapku. "Iya kak. Kak Frieska, Nabilah kita pamit pulang ya, terimakasih maaf kalau merepotkan hehe" ucap Shania. "Enggak repot kok Shan, sering-sering main kesini yaa" ucap Frieska. "Iya Shan" lanjut Nabilah. "Iya, terimakasih kak" ucap Shania seraya berjalan ke arahku. "Kalian udah mau pulang ya ?" ucap Melody. "Iya kak, hehe" ucap Shania. "Yaudah, kak Melody, Nabilah. Kita pamit ya" ucapku. "Iya, hati-hati dijalan ya" ucap Melody. "Iya kak, eh Fries ?" tanyaku. "Iya ?" tanya Frieska. Aku hanya tersenyum sambil berjalan menuju arah pulang, Frieska terlihat tersipu haha

Sampainya dirumah. "Shan, kakak mau ngomong sama kamu sebentar" ucapku. "Ngomong apa kak ? Kayaknya serius, apa kakak udah jadian ya sama kak Frieska ?" jawab Shania. "Shan, aku serius" ucapku. "Oke kak oke, mau ngomong apasih kakakku sayang ??" ucap Shania. "Aku mau ke Jepang" ucapku. "Apa kak ? Kakak bohong kan ?" tanya Shania. "Ini bener, kakak dipilih jadi murid pertukaran di Jepang. Dan kebetulan sama dengan Frieska, jadi selama aku di Jepang kamu tinggal dengan Nabilah dan kak Melody ya ?? Oh iya, tanggal 14 aku berangkat dan selama 2 minggu kelas 8 dan 7 akan diliburkan. Jadi anggap saja kamu liburan dirumah Nabilah. Gimana ?" tanyaku. "Tanpamu ?" ucap Shania. "Tanpa aku ? Apa maksudmu ?" tanyaku. "Iya, liburan tanpamu ? Selama ini kita selalu liburan bersama, melakukan hal konyol, bodoh, dan semuanya bersama!" jawab Shania, air matanya mulai jatuh. "Tapi Shan.." "Berapa lama kakak di Jepang ?" ucap Shania memotong kataku. "Dua tahun" ucapku. "Dua tahun ? Kakak tau kan kalau aku gak bisa tanpa kakak sehari aja! Ini ? Apalagi dua tahun! Aku gak mau kak, aku gak setuju kakak ke Jepang!" ucap Shania dan ia berlari ke kamarnya. "Shania ? Kamu marah ya sama kakak ?" ucapku di depan kamarnya. "Tanya saja pada diri kakak sendiri!" ucap Shania. "Shania, kamu tau kan kalau dari kecil kakak ingin banget ke Jepang. Berjalan-jalan, ke toko Gundam, dan ini kesempatan buat kakak kesana" jelasku, Shania tidak menjawab. "Shania ??" ucapku. "Pergi saja sana! Aku gak peduli! Yang lama sekalian! Lebih dari dua tahun kalau perlu!" teriak Shania. "Aku tidak mendengarmu!" ucapku. Besoknya aku coba menghubungi Frieska. "Halo Fries ?" sapaku. "Halo Nik, gimana Shania ? Dia mau gak ?" tanya Frieska. "Aku gatau pasti sih, tapi aku sudah pastikan kalau aku akan ikut ke Jepang" ucapku. "Wah bagus kalau gitu, eh Nik udah dulu ya, aku mau pergi soalnya" ucap Frieska. "Pergi kemana ?" ucapku. "Gatau tuh, Nabilah haha" ucap Frieska. "Oh, oke hati-hati ya" ucapku. Setelah selesai mandi aku lihat pintu kamar Shania masih tertutup, tapi di meja makan sudah ada nasi goreng. "Hmm, kemarin marah sekarang ? Berubah gini" gumamku. "Shaniaa, ini untukku ??" teriakku. "Bukan!" jawab Shania. "Lalu ? Untuk siapa ?" tanyaku. "Tadi aku masaknya kelebihan! Jadi aku simpan disitu, siapa tau dimakan kucing garong!" jawab Shania. "Alaahh, jangan gitu deh Shan. Masa aku disamain kayak kucing garong, ngaku deh ini buat aku kan ? Haha, yasudah terimakasih" ucapku, Shania tidak menjawab. Hari sudah sore, aku mempersiapkan barang-barang untuk ke Jepang. Shania masih mengunci diri di kamarnya. Setelah semua selesai, aku langsung turun kebawah. "Shania, kamu tau gak ? Kakak punya buku hai miiko yang baru lohh, kamu mau baca gak ??" ucapku. "Gak mau!" jawab Shania. "Yaudah kalau gak mau, aku taruh di meja ya kalau kamu mau baca" ucapku dan kembali ke kamar. Tak lama aku di kamar, aku kembali turun kebawah dan... ternyata benar, Shania sedang membaca buku itu di ruang tengah. Aku mencoba berada di belakangnya tanpa dia mengetahuinya. "Maaf, bukan maksud mau ngeganggu. Tapi jangan serius amat bacanya" ucapku dari belakang. "Kakak ?! Sejak kapan disitu ?" tanya Shania dengan gugup. "Sejak kamu membacanya" ucapku. "Ternyata benar dugaanku, kamu pasti membacanya" tambahku. "Eh, i..inii enggak, akuu, aku cuma liat aja" jawab Shania. "Oh cuma liat aja, yaudah siniin aku mau baca" ucapku sambil merebut buku darinya. "Eh tapi kak" jawab Shania. "Sudah, aku keatas dulu yaa. Haha" ucapku dan berlalu ke atas. "Kakak jadi ke Jepang ?" ucap Shania dari bawah. "Hmm" aku mengangguk, Shania kembali ke kamarnya.

14 Januari 2011 Shania masih saja cuek padaku. "Shan ? Kakak berangkat nanti malam, kamu mau ikut mengantar ??" tanyaku pelan. "Pergi saja! Aku gak mau ikut nganter! Aku gak peduli!" jawab Shania. "Shania... aku.... Yasudahlah, terserah kamu saja" ucapku. Di kamar aku hanya melihat barang-barangku yang sudah aku siapkan dari jauh-jauh hari, di meja belajarku terdapat foto aku, Shania, dan kedua orang tuaku. Terlihat aku yang baru berusia 4 tahun dan Shania 2 tahun, ah aku 
rindu sekali pada orang tuaku. Saat sore hari aku bersiap berangkat ke rumah Frieska tanpa memberitahu Shania. Sampainya di rumah Frieska, aku bertemu dengan satpamnya. Gilee, mukanya serem banget bro.... "Cari siapa mas ?" tanya satpam itu. "Eh, ini. Saya cari Frieska ada ?" jawabku. "Oh mas Niko ya ? Non Frieska sudah menunggu di halaman belakang" ucapnya. "Oh iya makasih pak, saya ke dalam dulu ya" ucapku. "Fries ? Lama nunggu ya ?" ucapku. "Eh engga kok, gimana Shania ?" tanya Frieska. "Gatau nih, yaudah gak usah difikirin sama kamu ya Fries. Eh yang di depan satpam baru ya ?" tanyaku. "Iya, kenapa ??" tanya Frieska. "Enggak hehe, eh berangkat sekarang yok" ajakku. "Iya, tapi kak Melody sama Nabilah belakangan. Jadi kita naik taksi dulu gak apa-apa kan ?" tanya Frieska. "Oh iya, oke" ucapku. Didalam perjalanan ke bandara, aku mengirim sms pada Shania. "Shania cantik ? Masih marah ya sama kakak ? Maafin kakak ya, sekarang kakak lagi di jalan mau ke bandara. Kak Melody dan Nabilah nanti menyusul, aku harap kamu ikut mengantar ya" isi sms ku pada Shania, aku tidak tahu Shania membacanya atau tidak. Yang pasti aku harap itu yang terbaik. Sampai di bandara, disana banyak guru-guru dari sekolahnya masing-masing yang ikut ke Jepang, begitu juga dengan guruku. "Hey, maaf ya kita lama" ucap Melody, ia bersama Nabilah dan seorang laki-laki. Tinggi, cukup putih, cool, ya sepertinya dia tunangan Melody, terlihat dari sikapnya yang sesekali memegang tangan Melody. "Eh enggak kok kak, kita juga baru sampai" ucap Frieska. "Shania ? Gak ikut ?" tanyaku. "Tadi kami sudah kerumahnya, tapi tidak ada siapa-siapa disana" ucap laki-laki itu. "Eh Fries, dia siapa sih ?" tanyaku berbisik. "Itu tunangan kak Melody, keren kan orangnya ? Dewasa lagi" ucap Frieska. "Apanya yang keren ? Kerenan juga aku, apalagi kalau sama kamu. Jadi best couple deh haha" ucapku berbisik lagi. "Ih apaan sih kamu" ucap Frieska. "Eh iya, kak Marka kenalin ini Niko. Niko, ini kak Marka" ucap Frieska. "Halo, Marka, salam kenal" ucapnya. "Oh iya, Niko. Salam kenal" ucapku. "Pacarnya Frieska ya ?" ucap laki-laki itu. "Emm, bukan pacar. Calon pacar lebih tepatnya hahaha" ucapku. "Nikoo, apaan sih" ucap Frieska. Ternyata pesawat yang akan kami naiki sudah datang dan penumpang diharapkan segera masuk ke pesawat. "Shania..." ucapku lirih. "Hey, sabar ya" ucap Frieska, aku hanya tersenyum. Saat berjalan menuju pintu masuk. "Kakak...!" ucap seseorang dari belakang. Aku segera berbalik dan itu Shania! "Kakak...." ucap Shania lagi, dan kali ini air matanya mengalir. "Shania ? Kau datang ?" ucapku. "Kakak!" ucap Shania sambil berlari kearahku dan memelukku. "Kakak Shania gak mau kakak pergi" ucap Shania. "Shania, akuu.." "Permintaan ke 20 dariku tolong, kakak tetap disini. Jangan tinggalkan aku kak" ucap Shania. "Shania, aku tidak akan lama. Kakak mohon, kamu mengerti" ucapku, Shania hana diam. "Sudah kalian berangkat saja, biar Shania bersama kami disini" ucap Melody. "Baik terimakasih" ucapku yang melepaskan pelukan Shania dan berjalan menuju pintu masuk. "Kakak! Jangan lama! Shania disini nunggu kakak!" teriak Shania. "Iya! Sampai aku pulang kau harus tetap menunggu kakak ya!" ucapku. "Iya kak" ucap Shania. "Berjanji ????" teriakku. "Iya kak! Aku berjanji!" ucap Shania.

Didalam pesawat kami hanya diam, tidak ada sepatah kata keluar dari mulutku. Aku duduk dengan Frieska, murid lain dengan murid lain. Dan guru dengan guru. "Aku suka kamu, aku sebenernya suka sama kamu. Gimana ya ngomongnya, aku suka kamu. Ahh bodoh, sebenernya aku suka sama kamu" bicaraku sendiri dan ternyata terdengar oleh Frieska. "Suka sama siapa sih ?" tanya Frieska. "Sama kamu. Ehh" ucapku yang keceplosan. "Sama aku ? Hmm hahaha" ucap Frieska. "Loh ? Malah ketawa" ucapku. "Biarin aja" ucap Frieska, aku hanya pura-pura tidur dibahu nya. "Kamu ini manja ya" ucap Frieska sambil mendorong kepalaku dari bahunya. "Eh! Sakit tau Fries..." ucapku. "Hmmm" Frieska hanya menghela nafas dan ia tertidur dibahuku! "Hmm, begini lebih baik" ucapku. Tidak terasa pesawat yang kami naiki sudah sampai di bandara Jepang, saat turun dari pesawat, aku segera mengirim email pada Shania. "Shan ? Kakak udah sampai di Jepang, kamu lagi apa ? Baik-baik aja kan ?" isi emailku, tapi tak ada balasan dari Shania. Aku langsung mengirim email pada Nabilah. "Bil, Shania ada ?" isi emailku. "Ada kak, tapi lagi tidur. Eh kak, tadi Shania cerita banyak hal tentang kakak" balas Nabilah. "Oh ya ? Gimana dia ceritainnya ?" balasku. "Kakak mau tau banget ? Hehe" balas Nabilah. "Hmm, yasudah nanti saja ya" balasku. "Hehe iya kak" balas Nabilah. "Nik, yang lain udah pada naik bis. Kamu malah asyik sama iPhone-mu itu" ucap Frieska. "Hehe, kamu duluan aja ya. Lagian bis berangkat 15 menit lagi kok" balasku. "Oke, aku duluan ya" ucap Frieska sambil berjalan menuju bis. "Eh Fries!" panggilku. "Apa ?" ucap Frieska. "Duduk bareng ya! Hehe" ucapku. Frieska hanya mengangguk tersenyum dan masuk kedalam bis. 10 menit berlalu, aku segera masuk kedalam bis "Ciye yang duduk sendirian aja" ledekku. "Hmmm, sini duduk" ajak Frieska. "Oke,oke hehe" ucapku sambil duduk disisinya. Baru saja aku duduk. "Niko! Kamu duduk sama aku aja yaa!" ucap seseorang seraya menarik tanganku. "Kamu ? Kok ada disini ?!" tanyaku pada Yupi, ya! Dia Yupi. Ngapain disini ? "Kamu gatau ya ? Waktu aku tau kamu jadi murid pertukaran di Jepang, aku langsung minta pada ayahku untuk ikut ke Jepang" jawab Yupi. "Astaga, gua lupa kepala sekolah gua itu ayahnya si Yupi. Ahh kacau" gumamku. "Eh tapi aku mau duduk sama" belum selesai aku berbicara Yupi menarik tanganku lagi dan duduk dibangku sebelah Frieska. "Udah, gak usah banyak ngomong deh. Kamu sama aku aja" ucap Yupi. Apa boleh buat, aku ikuti saja kemauan Yupi. Saat aku menoleh ke arah Frieska, ia hanya memainkan hp-nya saja. Saat aku panggil ia hanya cuek tak menyaut, aku mencoba mengirim sms padanya, tetapi tetap tak ada balasan. Saat aku lihat Yupi sudah tertidur, entah kenapa setiap aku melihat Yupi aku selalu ingat pada Shania. Entah itu akan sikapnya yang manja seperti Shania, aku tidak tau. Setelah berjam-jam akhirnya bis sampai di hotel, tapi Yupi masih tertidur. Baru mau dibangunin, ternyata dia sudah bangun sendiri. "Eh Nik ? Udah sampe ya ??" tanya Yupi. "Seperti yang kamu lihat" jawabku. "Eh, koper kita kemana ?" tanya Yupi. "Katanya sudah diantarkan ke kamar kita masing-masing" ucapku. "Kamarku dimana ?" tanya Yupi. "Satu kamar 2 orang, aku sekamar dengan Radit. Kamu gatau sama siapa, yang pasti kamar kamu nomor 48 dan aku 47. Jadinya bersebelahan, makin repot aku deket-deket sama kamu" candaku. "Ihh kamu ini apaansih, yaudah aku mau keluar sambil cari temen sekamarku" jawab Yupi. "Yeey, yaudah sana" jawabku.

*** 

 Saat aku turun dari bis, aku melihat Frieska. "Fries! Nomor berapa ?" teriakku. "Empat puluh delapan" jawabnya dengan cuek seraya pergi kedalam hotel. "Empat puluh delapan ? Waduhh sama Yupi dong ? Gila, bener-bener gila" gumamku dan segera menyusul kedalam hotel. Sampai di lobby hotel para guru memberi pengarahan terlebih dahulu. "Nah, anak-anak. Bagaimana ? Kalian sudah dapat nomor masing-masing kan ? Sekarang kalian boleh menuju kamar masing-masing dan jalan-jalan disekitar bukit hotel. Tapi tidak keluar dari area hotel sebelum ada pengarahan, dan satu lagi. Jangan bertindak ceroboh! Baik, sampai disini. Selamat sore" ucap guru itu. Semua murid menuju kamarnya masing-masing, begitu juga aku. Sampainya dikamar hotel, cukup luas, klasik, tidak membosankan, begitulah gambaran tentang kamar hotel yang aku tempati. Aku langsung mandi dan setelah mandi aku segera ke kamar nomor 48 iya, kamar Frieska dan Yupi. "Dit, gue kekamar sebelah ye. Lu tunggu disini" ucapku pada Radit yang kebetulan sahabatku. "Oke bro, santai" jawab Radit. Saat aku sampai didepan kamar hotel, aku melihat Yupi. "Heh, ngapain disini ?" tanyaku. "Aku cari kamar nomor 48 dimana sih" jawab Yupi. "Yaelah masih nyari, ini didepanmu ? Kamu tidak lihat ?" ucapku. "Ohehe iya juga, kira-kira aku sama siapa yaa??" tanya Yupi. "Kita lihat saja nanti" jawabku. Lalu aku mengetuk pintu kamar itu. "Niko ? Ngapain kesini ?" tanya Frieska. "Ini, temanku juga sekamar sama kamu" jawabku. "Ohh, yang tadi di bis ya ? Wah, senangnya bisa sekamar sama kamu. Ayo masuk" ucap Frieska sambil menggandeng tangan Yupi dan Frieska menoleh kearahku sambil menjulurkan lidahnya. "Eh aku ikut masuk ya Yup ? Mau pinjem laptop sebentar gak apa-apa kan ?" tanyaku. "Hmm iya deh" jawab Yupi. "Oh iya, kita belum kenalan kan ? Kenalkan namaku Frieska Anastasia Laksani, panggil saja Frieska" ucap Frieska. "Aku Cindy Yuvia, tapi biasanya aku dipanggil Yupi" balas Yupi. "Yupi ? Nama panggilan yang unik hehe. Oh iya, kamu siapanya Niko ? Kok kelihatannya akrab banget ?" tanya Frieska. "Aku itu pacarnya Niko" jawab Yupi. "Yupi..... jangan bohong" tambahku. "Hehe, iya. Niko itu sebenernya mantan pacar aku, tapi Niko itu masih suka sama aku. Jadi sekarang kita lagi pdkt lagi ya Nik ?" ucap Yupi. "Apaan, ngarang banget kamu" jawabku. "Ngaku dehh ??" tanya Yupi. "Enggak" jawabku sambil sedikit memberi jarak. "Kalian malah ribut sendiri. Niko, kamu kembali ke kamar kamu aja deh, aku mau mendengar banyak cerita dari Yupi" ucap Frieska yang mendorong ku keluar kamarnya. "eh, apaan nih ? Aku kan belum selesai main laptopnya" ucapku. "Pakai laptop kamu saja ya" balas Frieska sambil menutup pintu kamarnya.

Akupun kembali ke kamarku. "Dit, lu tau Yupi kan ?" tanyaku. "Tau lah, mana mungkin gue gatau. Yupi itu cewek favorite di sekolah kan ? Semua murid cowok banyak yang memujanya, dia mantan lu juga kan ? Emangnya kenapa bro ?" tanya Radit. "Dia juga minta ke bokapnya buat jadi murid pertukaran juga. Bokapnya kan kepala sekolah, makin gak tenang deh gue disini" jawabku. "Oh masalah itu bro, yaudahlah tenang aja. Eh lagian, si Yupi kayaknya masih ngarep balikan" ucap Radit. "Idih, kagak ah. Gua gak suka cewek manja banget kayak Yupi" ucapku. "Yaelah bro, kalau si Yupi justru tipe cewek gua banget" jawab Radit. "Yaudah buat elu aja" ucapku. "Idih, kagak ah. Kalau gue sama Yupi, terus Beby dikemanain?" jawab Radit. "Beby ? Beby Chaesara Anadila maksud lu ?" tanyaku."Iyalah, dia kan pacar gue" jawab Radit. "Pacar lu ?" tanyaku. "Iya, kenapa ?" tanya Radit. "Kagak percaya gue wkwkwk" ucapku. "Eh beneran" ucap Radit. "Hmm, kasian Beby. Beby kan cantik, wah gitu. Tapi kok pacarnya kayak singkong rebus gini hahaha" ucapku tertawa puas. "Eh kampret, ngeledek lu" ucap Radit. "Hehe, woles bray" ucapku. "Eh, LDR-an dua tahun dong lu ? Wkwk" ucapku. "Gak apa-apa, daripada elu. Jomblo" ledek Radit. "Awas lu, bentar lagi juga kagak jomblo!" ucapku. "Iya gimana elu dah, yaudah gua tidur duluan. Ngantuk" ucap Radit. "Masih jam 7 juga udah ngantuk lu, kek banci aje" ucapku. "Eh gajadi dah, gua mau telepon Beby dulu. Disini sinyalnya jelek!" ucap Radit melempar bantalnya ke wajahku sambil pergi keluar kamar. "Bangke lu!" teriakku. Aku segera mengirim email pada Nabilah. "Bil, Shania ada ? Kenapa email dariku tidak pernah ia balas ?" isi emailku. Beberapa menit berlalu, namun tetap tidak ada balasan dari Nabilah. "Bil, kok gak dibales ?" isi emailku lagi. "Maaf kak, Shania gak mau jawab" balas Nabilah. "Kemana aja sih baru bales ? Yaudah nanti aku kirim email lagi ya" balasku. Semua murid turun ke lobby untuk makan malam. "Fries! Makan bareng ya ?" tawarku pada Frieska. "Hmm, boleh deh" jawab Frieska, saat kami akan mengambil makanan. "Niko ? Ngapain disini ?" tanya Yupi. "Kamu pikir aku disini ngapain kalau bukan ngambil makan ?" jawabku dengan nada yang mungkin tidak enak didengar. "Gausah ngambil deh, aku udah bawain kok. Kamu makan bareng aku aja ya" ajak Yupi. "Eh gamau ah, aku mau makan bareng Frieska" jawabku. "Tapi kan, nanti makanannya siapa yang makan ? Sayang kan jadinya" ucap Yupi. "Itu sih salah kamu, main ambilin aja" jawabku. "Udah, udah. Niko, lebih baik kamu makan bareng Yupi. Kan sayang makanannya, Yupi juga udah niat ngambilin makanan buat kamu. Biar aku makan sendiri saja" ucap Frieska sambil berlalu meninggalkan ku. "Tapi Fries ?? Ah kamu sih!" ucapku pada Yupi. "Loh ? Kok aku ? Kan Frieska sendiri yang bilang" jawab Yupi. "Ah yaudahlah, meja nya dimana ? Laper nih" ucapku. "Itu disana" kata Yupi sambil menunjuk meja makannya. 

Sampainya di meja makan. "Eh, kamu masih ingat ternyata" ucapku pada Yupi. "Ingat apa ?" tanya Yupi. "Makanan kesukaanku" ucapku sambil melahap makanan itu. Iya, saat kami masih berpacaran setiap istirahat sekolah pasti Yupi selalu membawakan bekal untukku. Dan spesialnya lagi, itu bekal hasil masakan Yupi sendiri. Kadang dibentuk sebuah tanda hati, Yupi bilang sih biar nanti waktu aku makan, aku makin sayang sama Yupi. Soalnya hati itu udah aku makan, ada-ada saja memang. Haha. "Oh itu, mana mungkin aku lupa. Nanti aku buatkan lagi untukmu yaa" jawab Yupi, aku sempat tersedak mendengar itu. "Eh Niko, hati-hati dong makannya" ucap Yupi sambil menyeka mulutku. Saat itu aku gugup sekali! "Nah, udah bersih. Yaudah makan lagi ya, hati-hati tersedak lagi" ucap Yupi. "I..iya" jawabku gugup. Setelah selesai makan, Yupi meminta izin untuk kembali ke kamarnya, sedangkan Frieska masih diam di tempat dimana tadi dia makan. "Fries, ke bukit yok ?" ajakku. "Ngapain ?" tanya Frieska. "Liat langit" jawabku. "Gimana ya??" pikir Frieska. "Ahh kamu kebanyakan mikir, udah ayok" ucapku sambil menarik tangannya. "Eh iya,iya sabar dong" jawab Frieska. Sampai di bukit kami hanya diam tanpa kata, suasana menjadi sangat dingin karenanya. Aku mencoba membuka percakapan. "Fries ?" tanyaku. "Apa ?" jawabnya dengan nada datar dan masih memandang bintang. "Maaf ya" ucapku. "Maaf ? Untuk apa ?" tanya Frieska. "Tadi kan aku gak makan bareng kamu" jawabku. "Soal itu, aku gak marah kok. Lagian kamu cocok sama Yupi" ucap Frieska. "Cocok ?" tanyaku. "Iya cocok, bener deh. Best couple banget kalau kamu sama Yupi" ucap Frieska. "Gak, gak cocok. Aku itu kalau best couple cocoknya sama kamu" ucapku. "Sa..sama aku ?" tanya Frieska. "Iya sama kamu" ucapku tersenyum. "Emm Nik, maaf aku ke hotel duluan" jawab Frieska pergi dengan wajahnya yang malu, aku juga menyusul dan langsung tidur karena memang hari sudah larut malam.

Saat pagi hari kami mendapat pemberitahuan bahwa kami di Jepang hanya satu tahun lebih mungkin satu tahun 6 bulan. Kami tidak tau persis alasannya apa, dan selama seminggu ini sebelum mulai masuk pembelajaran. Kami akan berkeliling kota di Jepang. Hmm kelihatannya seru. "Fries, nanti di bis duduk bareng ya ??" ajakku. "Gak mau" jawab Frieska. "Loh ? Kok gitu sih ?" tanyaku. "Kamu itu cuma ngomong doang" jawab Frieska. "Cuma ngomong doang ? Maksud kamu ?" tanyaku lagi. "Iya, kamu cuma ngomong doang. Ujung-ujungnya ? Sama Yupi terus" jawab Frieska. "Itu kan aku dipaksa sama Yupi" jawabku. "Kenapa gak kamu tolak ? Oh iya, aku ingat. Kamu memang masih sayang pada Yupi. Jadi, mana mungkin kamu tolak. Iya kan ?!" ucap Frieska dengan nada yang sedikit membentak. "Fries, aku..." ucapku. "Udahlah aku gak mau denger alasan apa-apa dari kamu. Permisi"  ucap Frieska dan pergi meninggalkanku. "Hoi bro ??" ucap seseorang dibelakang, ternyata itu Radit. "Eh apaan Dit ?" tanyaku. "Ngapain disini ?" tanya Radit. "Kagak, cuma cari angin" jawabku. "Oh gitu ya bro, eh gua mau cerita nih bro" jawab Radit sambil duduk dipinggirku. "Eh, cerita apaan ?" tanyaku. "Gue tadi abis putus sama Beby" jawab Radit. "Hah ? Yang mutusin siapa ?" tanyaku. "Beby" jawab Radit. "Hmm sabar ye bro" ucapku. "Always haha" jawab Radit. "Eh bro, tadi di sono tuh sono. Gue ketemu cewek, beuhh itu yang namanya cantik bro" ucap Radit sambil menunjuk tempat yang disebutnya. "Siapa ?" tanyaku. "Gua kagak tau namanya, pokoknya cantik lah. Besok mau gua samperin, kali aja bisa jadi pengganti Beby" jawab Radit. "Segampang itu elu move on Dit haha" ucapku. "Ye, biarin aja kali bro. Galau itu jangan lama-lama haha" ucap Radit. "Apa kata elu dah, yaudah gua ke hotel duluan" ucapku. "Oke bro, do'ain besok sukses ye haha" ucap Radit. "Oke" jawabku. Malam tiba, semua murid tidur dengan cepat karena besok harus bangun lebih pagi.

Besok paginya semua murid sudah berkumpul di lobby untuk pembagian nomor duduk di bis. Ternyata bis dibagi menjadi 2 yang terdiri dari bis A dan B. Makin kecil saja kesempatanku untuk duduk dengan Frieska. Pembagian nomor selesai, aku ada di bis A sedangkan aku tidak tau Frieska ada di bis mana. Yang pasti aku berharap tidak bersama Yupi. Aku segera naik kedalam bis, sesuai dengan nomorku. Nomor 10, aku duduk disitu. Bangku disebelahku masih kosong, menunggu seseorang untuk menempatinya. "Hola Niko,, ketemu lagi hehe" ucap Yupi. "Astagaa, kamu nomor 10 juga ? YaTuhan,, kenapa selalu kamu sihh ?? " ucapku. "Jujur yaa, tadinya sih aku nomor 11 cuma aku tau kamu nomor 10 jadi aku tuker deh haha" ucap Yupi. "Haahh" ucapku mengeluh. Diperjalanan boring banget, si Yupi malah tidur. Tak terasa lama perjalanan, kami dibawa ke sebuah gedung yang cukup besar. Rupanya kami akan melihat beberapa cosplay dari anime di gedung itu. "Si Yupi masih tidur, kesempatan banget buat jalan sama Frieska" gumamku. Saat turun kebawah, aku bertemu Radit. "Dit!!" panggilku. "Eh apa ?" ucap Radit menoleh. "Lu sama si Yupi dulu ya ? Gua mau ketemu doi dulu, nanti gantian deh" tawarku. "Hmm iyadah, tapi jangan lama-lama ya bro" ucap Radit. "Pasti" jawabku sambil pergi mencari Frieska. "Fries, bareng yok ?" ajakku. "Enggak, makasih" ucap Frieska. "Fries, kali ini please" ucapku sambil memegang tangannya. "Hmm, gimana ya. Boleh deh" ucap Frieska. "Yes! Yaudah yok" ucapku. "Eh Nik, mau kemana ?" tanya Frieska, aku memang membawanya ketempat lain. Bukan ke gedung itu melainkan ke bukit dibelakang gedung itu. "Ikut aja ya" jawabku. "Iya tapi mau kemana ?" tanya Frieska lagi. "Liat aja nanti" jawabku. "Nah sampe deh" ucapku. "Ngapain disini ? Acaranya kan disana ?" tanya Frieska. "Kita duduk disini aja, udaranya segar kan. Hehe" jawabku. "Iya tapi kalau kita ketinggalan bis gimana ?" tanya Frieska. "Tenang aja, aku bawa arloji. Lagian acaranya masih lama juga" ucapku. "Oh iya, kemarin Yupi cerita apa aja ke kamu ?" tambahku. "Banyak, yang paling aku inget sih waktu dia nyeritain kalau dia pernah dirawat dirumah sakit. Terus kamu bela-belain izin dari sekolah selama seminggu buat jagain dia, so sweet sihh haha" ucap Frieska. "Fries, itu...." ucapku. "Udah, aku saranin kalian balikan aja. Lagian Yupi cocok sama kamu, Yupi baik, cantik" ucap Frieska. "Fries" aku tidak melanjutkan omonganku karena Frieska terus saja memuji Yupi. "Yupi lucu, pintar, ramah, ngegemesin, pokoknya cocok deh sama kamu" ucap Frieska. "Fries denger aku!" ucapku sambil memegang bahunya, Frieska hanya menatapku dengan mata yang nanar. "Udah aku bilang kalau aku gak suka sama Yupi! Yupi cuma masa lalu aku Fries!" ucapku. "Ke..kenapa ?" tanya Frieska gugup. Aku menghela nafas. "Hmm, karena aku cuma suka sama kamu Fries" jawabku. "A..aaku ?" tanya Frieska. "Iya, kamu mau gak jadi pacar aku ?" tanyaku. "Maaf Nik, aku gak bisa jawab sekarang" ucap Frieska sambil berlalu meninggalkanku. "Fries!! Aku tunggu jawaban kamu!" teriakku.

Saat aku berjalan menuju gedung. "Nikoo!! Tunggu akuu!!" teriak seorang gadis, ternyata itu Yupi. "Eh kamu, ngapain disini ? Raditnya mana ?" tanyaku. "Loh kata Radit, kamu sms ke dia kalau kamu nunggu aku disini ? Eh ternyata bener. Kenapa sih kamu kangen ya ke aku ?" ucap Yupi. "Sialan si Radit, awas aja!" gumamku. "Eh siapa bilang ? Yaudah, liat cosplay ajadah. Daripada boring" ucapku. "Tuh kann benerr haha" ucap Yupi. "Gak usah bawel deh!" ucapku. "Iya, iya maaf deh" ucap Yupi. "Nah gitu, sekali-kali kamu harus nurut ya anak kecil" ledekku. "Aku bukan anak kecil Nikoo!!" protes Yupi. "Anak kecil mah anak kecil aja kali" ucapku. "Kamu nyebelin" ucap Yupi. "Hehe, maaf deh. Yaudah yok jalan" ucapku. Saat sedang berjalan aku melihat Frieska bersama laki-laki. Terlihat mereka sedang tertawa, bercanda bersama. Tapi aku tidak bisa mengenali wajahnya, karena dia menghadap ke Frieska. Ah apa itu alasan Frieska tidak menjawab pertanyaanku tadi ? "Hey, kok ngelamun ? Ayo jalan lagi" ucap Yupi. "Ehh, ini emm iya gak apa-apa hehe" ucapku. Sepanjang jalan aku terus memikirkan hal itu, bersama siapa tadi Frieska ? Setelah berjam-jam diacara itu, semua kembali bersiap untuk pulang ke hotel. Di bis seperti biasa, Yupi hanya tertidur. Sedangkan aku terus memikirkan Frieska, siapa laki-laki itu ? Pertanyaan itu terus bersarang dipikiranku. Sampainya dihotel, aku langsung masuk ke kamarku dan menunggu Radit. "Woy Dit! Darimana lu ?" tanyaku. "Eh apaan sih lu, gua baru dateng main bentak aja. Kenapa sih ?" tanya Radit. "Sori ye, kagak gua nanya aja lu tadi di gedung sama siapa ?" tanyaku. "Lu kan tau sendiri, tadi gue sama Yupi. Terus ketemu Tasya, yaelah kenapa sih ?" tanya Radit lagi. "Kagak sih, gua nanya doang" jawabku. "Oh yaudah gua mandi dulu dah" ucap Radit. "Oke" ucapku. Aku segera ke kamar Frieska, tapi nyatanya pintu dikunci dari dalam. Aku hanya mengirim sms saja pada Frieska. "Bukit belakang hotel, jam 07.00 malam. Please" isi smsku.

Setelah itu aku kembali ke kamarku untuk bersiap-siap. "Dit! Buruan dong mandinya! Gue juga mau mandi nih!" teriakku dari luar kamar mandi. "Iye bentar napa, baru juga gue masuk" ucap Radit. "Emang mau kemana sih lu ?" ucap Radit lagi. "Mau jalan sama doi haha" ucapku. "Yaelah gitu aja diburu-buru" ucap Radit. "Ah elu banyak omong, udah cepetan" ucapku. "Iye broo" ucap Radit sambil membuka pintu kamar mandi. Malampun tiba, aku bergegas menuju bukit seperti yang aku bilang pada Frieska. Sudah pukul 07.15 tapi Frieska belum datang juga. "Mau ngomong apa ?" ucap seseorang dibelakang. "Eh Fries, dateng juga hehe" ucapku seraya berbalik. "Iya, kamu mau ngomong apa ?" tanya Frieska. "Kamu belum jawab pertanyaanku" ucapku. "Yang mana ?" tanya Frieska. "Duhhh, kamu iniii...... Frieska, kamu mau gak jadi pacar aku ???" tanyaku. "Apa ? Gak denger" jawab Frieska, aku mengehela nafas. "Frieska Anastasia Laksani, kamu mau gak jadi pacar aku!! Aku suka sama kamu!! Aku sayang sama kamu!!" teriakku dengan mantap. "Kenapa kamu sayang sama aku ?" tanya Frieska. "Terus ? Kenapa kamu bisa suka sama aku ?" tanya Frieska lagi. "Aku gak punya alasan untuk itu" jawabku. "Kenapa ?" tanya Frieska. "Karena kamu segalanya buat aku" ucapku. Frieska hanya terdiam. "Gimana ? Mau gak jadi pacar aku ?" tanyaku, Frieska mengangguk tanda iya. "Jadi ? Kita pacaran sekarang ?" tanyaku. "Emm, iya" ucap Frieska berbisik seraya pergi menuju hotel. "Akhirnya..... Terimakasih" gumamku. Dengan perasaan senang aku segera pulang ke hotel, bermaksud ingin menceritakan semua ini kepada Radit.

*** 

Saat sampai dikamar hotel, tidak ada Radit disana. "Si Radit, lagi keluar kok pintu gak dikunci" gumamku. Saat aku mengecek email-ku terdapat email dari Shania. "Kakak ??!!" isi email Shania. "Shan, tumben kamu kirim email duluan. Udah gak marah kan yaa ??" balasku. "Hehe iya kak, Shania juga tau" balasnya. "Tau apa ?" balasku. "Kakak pacaran ya sama kak Frieska ?? Hahaha" balasnya. "Kamu tau darimana ?" balasku. "Di g+ kak Frieska" balasnya. "Hmm, males buka ah. Emang ada apaan sih ?" balasku. "Kak Frieska cuma nulis 'Love You' aja di g+ nya, terus Shania tanya. Love You kesiapa sih kak ? Kak Frieska jawab, ke kakakmu hehe. Waktu Shania tanya, kakak jadian ya sama kak Niko. Kak Frieska suruh tanya ke kakak saja. Hmm benarkan ?? Haha" balas Shania. "Hmm iya benar, sekarang mau apa ?" balasku. "Cepat pulang kak!" balasnya dan dia mengirimkan gambar padaku melalui emailnya. "Ingat ini kak ?" balas Shania lagi. Shania mengirim gambar saat kami masih kecil, saat itu mainanku tidak sengaja dirusak oleh Shania. Lalu aku berpura-pura menangis untuk mengerjainya, tapi nyatanya Shania malah ikut menangis. Kejadian itu difoto oleh pamanku, setiap kali aku melihatnya aku selalu tertawa. "Iya aku ingat, mana mungkin aku lupa. Saat itu ekspresimu lucu sekali haha" balasku. "Kakak juga" balas Shania. "Kak, sudah dulu ya. Shania masih ada PR" balasnya. "Ucap janji dulu dong" balasku. "Hmm iya, Shania janji selalu nunggu kakak disini. Sampai kakak pulang, Shania tetap nunggu kakak disini. Aku sayang kakak" balas Shania. "Iya, kakak juga sayang sama kamu. Jangan tidur larut malam ya!" balasku lalu mematikan hp-ku karena memang baterainya habis. Brak!! Suara pintu kamar terbanting dengan keras. "Woy Dit! Pelan aja nutupnya!" ucapku. "Sori bro, hehe" ucap Radit. "Kenapa sih lu ?" tanyaku. "Tadi gua nembak Tasya, tapi dia gak jawab. Dan rencananya gue mau nembak Tasya lagi besok hehe" ucap Radit. "Gue penasaran deh bro, sebenernya Tasya itu nama lengkapnya apa sih ?" tanyaku. "Sebenernya Tasya hanya nama panggilan saja, nama lengkapnya itu Frieska Anastasia Laksani kalau gak salah" ucap Radit. Aku sempat kaget mendengar itu. "Ya..yakin lu ?" tanyaku. "Iya, gue yakin. Kenapa bro ?" tanya Radit. "Eh engga, yaudah gue tidur duluan. Ngantuk" ucapku dan mengurungkan niatku untuk menceritakan semua pada Radit. Esok pagi, aku mengirim sms pada Frieska. "Fries, ke bukit sekarang bisa gak ?" isi smsku. "Iya, tunggu ya" balas Frieska. Beberapa menit menunggu Frieska. "Hey" ucapnya dari belakang. "Eh, hey. Sini duduk" ajakku. "Iya, mau ngomong apasih ?" ucap Frieska sambil duduk disebelahku. "Aku mau nanya sama kamu, tapi sebelumnya aku minta maaf kalau aku ada salah kata ya" ucapku. "Iya, ada apasih ??" tanya Frieska. "Kamu kenal Radit ?" tanyaku. "Kenal, kenapa ? Aku kenalnya baru sih, belum lama" jawab Frieska. "Radit itu sahabatku, sahabatku dari kecil. Bahkan keluarganya sempat menampung aku dan Shania dirumahnya" ucapku. "Lalu ?" tanya Frieska. "Radit kemarin malam pasti nembak kamu ya ?" tanyaku. "I..iya, kamu tau darimana ??" tanya Frieska gugup. "Radit sendiri yang menceritakannya, aku gak pernah tau kalau kami menyukai orang yang sama. Karena setiap aku mau menceritakan tentang kamu, pasti ke tunda terus" ucapku. "Te..teruss ??" tanya Frieska gugup. "Kamu gak usah gugup, aku gak akan marah kok. Terus kamu jawab apa ke Radit ?" tanyaku. "Aku,,, aku belum kasih jawaban" jawab Frieska. "Hmm, besok pasti Radit mau nembak kamu lagi, aku tau Radit. Dia gak akan pernah nyerah sebelum dia dapet apa yang dia mau, please kamu terima Radit" pintaku. "Ka,,,kamu ngomong apa ? Aku gak mau" jawab Frieska. "Fries, kali ini aja. Aku mau balas budi sama Radit" ucapku. "Tapi gak harus ngorbanin hubungan kita kan ?" ucap Frieska. "Please, kita bisa cari jalan lain. Aku sayang kamu, apa kamu udah gak sayang sama aku ? Kamu mau balikan sama Yupi ya ?" ucap Frieska sambil menggenggam tanganku. "Kamu salah Fries, aku gak pernah kefikiran kayak gitu. Aku juga sayang kamu, sampai ketemu nanti malam dengan Radit" ucapku dan meninggalkannya. "Maaf Fries" gumamku. Malamnya saat aku pulang ke kamar hotel, Radit langsung menarik tanganku menuju bukit dekat hotel. "Eh Dit! Baru gue dateng, main tarik aja!" ucapku menghentikan langkahnya. "Ikut gue deh bro" ucap Radit. Aku terus ditarik oleh Radit sampai di bukit, ada perempuan disana. Sepertinya Frieska. "Dit, gak lucu! Gue capek!" ucapku setengah teriak tapi Radit tak memperdulikannya. "Tasya ??" panggil Radit. Ia menoleh ke arah Radit. "Ngapain gue di bawa kesini sih ?" tanyaku dengan nada kesal. "Woles bro, gue mau nembak tu cewe" bisik Radit. "Tasya, kenalin ini Niko, sahabatku. Nik, ini Tasya, temen gue" ucap Radit memperkenalkan kami. Kami hanya terdiam saling menatap, aku benar-benar tidak tau harus bicara apa saat itu. "Loh ? Malah diem ? Udah saling kenal ?" tanya Radit. "Eh, enggak. Gue gak kenal dia, oh iya kenalin aku Niko" ucapku. Frieska masih menatapku dengan mata berkaca-kaca. Aku tidak bisa membaca apa maksudnya. "Frieska Anastasia Laksani, kamu mau kan jadi pacar aku ?" ucap Radit, satu kalimat itu benar-benar membuat hatiku hancur, aku menyaksikan sendiri sahabatku menyatakan perasaannya pada kekasihku sendiri! Frieska masih belum menjawabnya. "Kok diem ?" tanya Radit. "Cewek diem tanda iya" ucapku pelan, Frieska menatap ke arahku. "Yang bener bro ? Beneran ?" tanya Radit. "Iya bener, yaudah lu beli makan dulu dah. Laper nih" ucapku yang masih menahan rasa sakit di hati ini. "Yaudah, gue beli makan dulu ya. Makasih Tasya!" ucap Radit dan pergi meninggalkan kami berdua. "Se..selamat" ucapku. "Ka..kamu ngomong apa ? Udah jelas aku gak nerima Radit, aku sayang kamu" ucap Frieska menangis. "Kamu gak usah nangis, maafin aku" ucapku dan pergi meninggalkan Frieska sendiri. Setelah kejadian itu, sudah 5 hari lebih aku tak pernah berkomunikasi dengan Frieska. Saat malamnya aku hanya duduk sendirian di bukit saja, semua terasa sepi. "Aku sayang kamu" ucap seseorang dan tiba-tiba memelukku. "Frieska ? Nga..ngapain disini ?" ucapku berbalik. "Aku gak bisa kayak gini terus, aku sayang sama kamu. Aku gak akan pernah bisa sayang sama Radit" ucap Frieska. "Fries, maafin aku" ucapku lalu memeluknya, Frieska membalas pelukanku *delusi banget xD* Tiba-tiba seseorang menarik kerah bajuku dan memukulku hingga terjatuh. "Ngapain lu Nik ?!" ucap Radit, ternyata itu Radit. "Dit, gue... gue, ini salah paham Dit" ucapku. Radit menarik dan memukulku lagi hingga kepalaku mengeluarkan darah. "Lu pengkhianat Nik!" ucap Radit. Radit hendak memukulku lagi, tapi dihalangi oleh Frieska hingga Frieska terkena pukulan Radit hingga jatuh pingsan. "Fries..Frieska ??" ucapku. Saat itu aku marah sebesar-besarnya. Hingga bangun dan membalas pukulan Radit. "Lu gak tau yang sebenernya!" ucapku memukul Radit. "Harusnya lu dengerin gue dulu!" ucapku memukul Radit lagi. "Gue gak butuh penjelasan lu!" ucap Radit memukulku. "Lu egois! Fak!" ucapku memukul Radit hingga terjatuh dan pergi membawa Frieska lewat pintu belakang hotel agar tidak dilihat oleh siapapun. Setelah kejadian itu Radit pindah kamar. 

**Dua tahun kemudian**

Sudah dua tahun berlalu, sekarang tanggal 25 Juni 2013. Dua hari lagi aku dan Shania berulang tahun, dan katanya tanggal 01 Juli masa menjadi murid pertukaran telah selesai. Artinya kami akan pulang ke Indonesia bulan Juli tahun ini. Hubunganku denngan Frieska masih bertahan, Radit kini kembali menjadi sahabatku. Ia sekarang sudah tau apa yang terjadi sebenarnya, Radit sekarang bersama Yupi, aku sempat tidak rela untuk melihat orang yang selama ini masih menyimpan harapan padaku. Kini sudah memiliki orang lain, tapi aku sadar kalau itu hanya perasaanku saja. Banyak orang membicarakan Radit dan Yupi. Sesekali terdengar bahwa aku ini adalah orang terbodoh karena melepaskan Yupi begitu saja, aku terima omongan itu. Lagian gak ada untungnya juga meladeni perkataan orang seperti itu. Saat siang hari dihari minggu, aku mengirim email pada Shania. "Shania ? Rencananya bulan Juli tahun ini kakak pulang, kamu harus tunggu kakak ya!" isi emailku padanya. Tidak ada balasan darinya, bahkan Nabilah pun tidak membalas email dariku. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar bukit saja, disana aku melihat Frieska sedang duduk di tempat biasa kami bersama. Aku menghampirinya. "Hei ??" sapaku padanya, aku lihat Frieska menghapus air matanya. "Kamu kenapa ?" tanyaku. "Aku... aku gak apa-apa kok" jawabnya. "Yakin ?" tanyaku. "Iya yakin, aku ke hotel duluan ya. Maaf gak bisa nemenin kamu disini" ucapnya. "Tapi kamu beneran gak kenapa-napa kan ?" tanyaku lagi. "Iya aku gak apa-apa" jawabnya. "Eh beneran nih ?" tanyaku memaksa. "Iya beneran, aku gak apa-apa. Yaudah bye, love you" ucapnya dan berlari meninggalkanku. "Aneh ah" gumamku. 27 Juni 2013. "Shania!! Selamat ulang tahun!! Kamu mau hadiah apa dari kakak ?" isi emailku pada Shania, tapi, sama seperti sebelumnya. Tetap tak ada balasan, kenapa ya ? Aku memutuskan untuk pergi ke bukit saja, bosen sih kesitu mulu. Tapi ya mau kemana lagi :v Saat duduk di bukit. "Happy Birthday" ucap seseorang di belakangku dan merangkul bahu ku. "Eh, Frieska. Iya makasih ya, emm hadiahnya mana ?" candaku. "Hadiah ? Emang kamu mau apa hadiahnya ?" tanya Frieska. "Emm,, aku mau nya kamu sama aku terus, hehe" ucapku. "I love you, hehe" ucapnya. "I love you!!!" teriakku. "Eh iya, tadi aku kirim email ke Shania, ke Nabilah juga. tapi gak dibales sama dua-duanya. Kamu tau gak kenapa ?" tanyaku. "Eh aku.. aku gak tau" ucapnya gugup. "Ya kalau gak tau gak usah gugup gitu jawabnya, aku kan gak maksa kamu buat tau" ucapku sambil mencubit pipinya itu. "Iya, iya... sakit tau" ucapnya kesal. "Hmm, hehe. Maaf yak" ucapku. "Jalan-jalan yuk ?" ajaknya. "Kemana ?" tanyaku. "Gimana kalau ke atas hotel ? Kayaknya asik" ucapnya. "Hmm, boleh tuh. Yaudah, yuk" ucapku. Saat ditengah jalan, tiba-tiba handphone Frieska berbunyi, sepertinya ada panggilan masuk. "Dari siapa Fries ??" tanyaku. "Dari kak Melody" ucap Frieska. "Angkat aja, siapa tau penting" ucapku. "Iya, sebentar ya" ucap Frieska memberi sedikit jarak dariku. Lama sekali pembicaraan Frieska dengan kakaknya di telepon. "Fries ? Aku duluan aja ya ?" tanyaku. "Eh i..iiya, nanti aku nyusul. Maaf lama ya" ucap Frieska. "Hmm, oke gak apa-apa" jawabku dan segera ke atas hotel. Saat itu aku menunggu Frieska lama..... sekali. "Fries ? Kenapa lama ?" isi smsku. Beberapa menit kemudian ada sms masuk di hpku. "Niko, maaf aku gak enak badan. Lain kali aja ya, maaf" balas Frieska. "Eh ? Kok tiba-tiba gitu ?" balasku. "Aku enggak tau, maaf ya" balas Frieska. "Hmm, yaudah nanti aku ke kamar kamu ya ?" balasku. "Eh, enggak usah. Aku sama Yupi aja, makasih ya. Love you" balas Frieska. "Hmm,, cepet sembuh ya. Love you too" balasku. "Frieska dari kemarin sikapnya aneh banget, kenapa ya ?" gumamku.

01 Juli 2013, akhirnya masa menjadi murid pertukaran ini sudah berakhir. Dan katanya tanggal 10 Juli kami akan pulang ke Negeri kami, ah aku sudah tidak sabar ingin bertemu Shania. Malamnya "Fries, aku lagi di bukit nih. Kamu kesini ya ?" isi smsku. "Boleh, tunggu ya" balas Frieska. "Hey" sapa seseorang yang tak lain ialah Frieska. "Eh, Fries. Sini duduk" ajakku. "Iya" jawab Frieska. "Eh Fries, aku udah gak sabar buat pulang ke Jakarta. Aku kangen banget sama Shania" ucapku. "Kamu sayang banget ya sama Shania ?" tanya Frieska. "Eh ? Kamu ini nanya apa sih, jelas-jelas Shania itu adikku. Adikku yang paling manis, adikku yang sangat aku sayangi. Aku dan Shania tidak bisa dipisahkan oleh siapapun" ucapku. "Apapun untuknya, bahkan nyawaku sekalipun asalkan dia bahagia aku rela. Semua orang yang menyakitinya tidak akan aku ampuni, meski itu veteran sekalipun" ucapku lagi, Frieska sedikit kaget mendengarnya. "Eh ? Kenapa Fries ?" tanyaku. Frieska hanya terdiam, sesaat air matanya menyusul. "Eh ? Kok nangis ? Kenapa ?" tanyaku. "Enggak kok, aku... aku,, aku,, aku cuma inget kak Melody sama Nabilah aja" ucap Frieska menghapus air matanya itu. "Oh gitu,, sebentar lagi juga kita pulang kok" ucapku dan merebahkan diriku dihamparan rumput hijau itu. "Iya aku tau, emm Nik. Maaf aku gak bisa lama, aku ke hotel duluan ya" ucap Frieska dan pergi meninggalkanku. "Lah, dia aneh lagi" gumamku. 10 Juli 2013, hari yang ku tunggu tiba. Semua telah dipersiapkan, tinggal berangkat menuju bandara. Di bis, aku duduk dengan Frieska. Ahh aku sudah tak sabar ingin bertemu Shania.... Sampainya di bandara. Aku berlari dan segera duduk di kursi lobby. "Shania... kakak pulang..." gumamku sambil menatap fotonya. "Shania siapa ?" ucap seseorang ikut duduk disebelahku. "Eh, Shania adikku. Ka..kamu ? Siapa ?" tanyaku kaget pada gadis itu. "Aku Rena Nozawa, maaf udah buat kamu kaget. Oh iya nama kamu ? Siapa ?" tanyanya, dia polos, lugu, cantik, wahhh. "Eh aku Niko, Rena ? Kamu orang Jepang ya ?" tanyaku. "Iya aku orang Jepang, aku baru aja pulang dari Indonesia. Emm, aku habis jadi murid pertukaran di Indonesia" jelasnya. "Wahh sama dong, kalau aku di Jepang. Eh Rena, udah dulu ya ngobrol nya. Aku siap-siap mau berangkat pulang, senang ya kenalan sama kamu" ucapku dan pergi berjalan meninggalkannya. Saat berjalan tanganku ditahan olehnya. "Niko, umm... kita bisa foto bareng gak ? Buat kenang-kenangan, di hp kamu sama aku ?" pintanya dengan wajahnya yang polos itu. "Oh iya, boleh banget Rena" jawabku. Kami pun berfoto bersama, di hpnya Rena, dan aku. "Makasih ya Niko" ucapnya. "Iya, yaudah aku pergi dulu ya. Bye!!" ucapku dan berlari menyusul yang lainnya. "Nanti kita ketemu lagi yaaa!!!" teriaknya. "Iyaa!! Pasti!!" teriakku. Di dalam pesawat aku duduk dengan Frieska. "Rena Nozawa, hmm... nama yang lucu, seperti orangnya" gumamku. Aku terus memandangi hp-ku itu, aku terus memandangi fotoku bersama Rena itu. Sampai aku lupa aku sedang bersama pacarku. "Itu yang sama kamu siapa ?" tanya Frieska. "Eh ini, dia temanku. Rena namanya, dia asli warga Jepang. Orangnya lugu, cantik, dan polos, aku baru saja kenal dengannya" ucapku. "Baru kenal udah di puji, pake minta foto segala lagi" ucap Frieska. "Ehh,, kamu kok gitu, lagian aku gak minta kok, dia sendiri yang minta. Kamu jangan marah dong, aku gak akan liat-liat foto itu deh. Suerr" ucapku. "Hmm, resiko sih ya" ucap Frieska. "Resiko ? Resiko apa ?" tanyaku. "Resiko punya pacar pinter, ganteng, baik, ya kayak gitu, sekali deket, sekali kenal banyak yang ngeceng. Tau ah" ucapnya memalingkan wajahnya ke arah jendela pesawat. *kapan lagi gue di puji member :v* "Jangan marah dih,,, jelek ahh" ucapku. "Tau ah, ngantuk. Aku mau tidur" ucapnya dan memejamkan matanya. "Ah yaudah, aku juga tidur aja" ucapku dan ikut tidur. Tidak terasa sudah sampai di bandara Indonesia. Aku segera berlari keluar bandara dan berlari menuju bis. Sampainya di bis aku duduk tak bisa diam seperti cacing kepanasan, rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu adik kesayanganku itu. Shaniaaa..... "Nik, buru-buru banget" ucap Frieska dan duduk disebelahku. "Iya hehe, aku gak sabar banget pengen ketemu Shania" jawabku. Frieska tak menjawab, ia hanya duduk dan memainkan hpnya itu. Bis mulai berjalan, menuju sekolahku. Murid sebanyak 100 orang ini dikumpulkan disekolahku. Sampainya disekolah, disana terlihat Melody, Nabilah, dan tunangan Melody itu. Tapi tidak ada Shania, iya Shania. Kemana dia? "Shania dimana ? Kenapa dia gak ikut ?" tanyaku, semua diam tak menjawab. Tiba-tiba Nabilah memelukku dan menangis. "Loh kenapa nangis Bil ?? Hey ??" tanyaku mengusap kepalanya. Nabilah menarikku, entah kemana. Frieska, Meldoy, dan tunangannya mengikuti dari belakang. Ternyata Nabilah membawaku ke sebuah pemakaman, ia berhenti tepat disebuah makam. Sepertinya masih baru, hanya saja ditutupi oleh kain putih. Nabilah duduk didepan makam itu. "Shania, kak Niko udah pulang. Kamu gak kangen ?" Nabilah berbicara sendiri. "Shania ? Apa maksudnya ? Shania ? Shania apa Bil ?!!" teriakku. Nabilah membuka kain putih itu, tepat saat dibuka. Nisan itu bertuliskan Shania Junianatha. "Bil! Kamu lagi gak bercanda kan Bil ?!!" teriakku lagi. "Maafin Nabilah kak" ucapnya menunduk. "Shania udah gak ada" ucap laki-laki itu. "Jaga omongan kamu! Shania gak mungkin ninggalin aku!" ucapku. "Itu be..bener kak, maafin Nabilah" ucap Nabilah. "Sekarang jelasin. Kalau emang ini makam Shania, kenapa Shania ? Kenapa Bil ?" tanyaku. "Bulan lalu Shania demam, Nabilah sama kak Melody udah bawa Shania ke rumah sakit. Setelah seminggu dirumah sakit, demam Shania semakin tinggi. Saat itu Nabilah sama kak Melody memutuskan untuk menginap di rumah sakit, karena seminggu sebelumnya Shania bersama suster. Nabilah dan kak Melody khawatir terjadi apa-apa dengan Shania. Malam itu, Shania bilang dia pusing. Shania mau makan bubur yang suka dibeliin kakak sewaktu Shania sakit. Nabilah udah minta izin ke dokter, kata dokter Shania boleh makan bubur dari luar. Saat Nabilah dan kak Melody membeli buburnya, kak Melody mendapat telepon dari pihak rumah sakit bahwa Shania sudah meninggal kak. Kakak, maafin Nabilah" jelas Nabilah. Saat itu emosi ku sudah mencapai ujungnya. "Kenapa kakak gak dikasih tau soal ini Bil ?!" teriakku. "Shania yang memintanya kak" ucap Nabilah menunduk takut. Aku berjalan menghampiri Frieska. "Jadi ini ? Alasan kenapa kamu aneh! Setiap aku bercerita tentang Shania kamu selalu aneh! Ini jawabannya ?!" bentakku. Frieska hanya menunduk menangis. "Jawab Fries!!!" bentakku. Bruk!!! tiba-tiba tunangan Melody itu memukulku hingga aku terjatuh. "Kamu gak boleh gitu! Gak seharusnya seorang laki-laki membentak seorang perempuan!" teriaknya. "Terserah! Kamu gak akan tau rasanya kehilangan seseorang yang penting dalam hidup saya! Seseorang yang berarti dalam hidup saya! Seseorang yang membuat saya menghargai hidup ini! Tanpanya ? Tanpanya saya gak bisa! Saya gak bisa hidup tanpa Shania! Anda tau itu!" ucapku sambil berdiri. Bruk! Baru saja aku berdiri, tunangan Melody itu memukulku untuk yang kedua kalinya hingga aku terjatuh kembali, dan kali ini mulutku mengeluarkan darah. "Seharusnya kamu jangan keras kepala!" teriaknya. "Anda tau apa tentang saya hah ?! Anda tau apa tentang keluarga saya ?!!" teriakku dan mencoba berdiri. Bruk! Untuk yang ketiga kalinya laki-laki itu memukulku hingga aku terjatuh kembali. "Kalau kamu kayak gitu, Shania gak akan pernah tenang disana!" teriaknya. Cuh!! Aku hanya meludah ke arah sepatu tunangan Melody itu. Ia hendak memukulku lagi, namun terhalang oleh Nabilah. "Kakak! Kakak jangan pukul kak Niko lagi! Kakak jahat!" ucapnya memelukku. "Nabilah, kakak gak apa-apa. Nabilah sama kak Melody ya" ucapku menyuruhnya. Aku berdiri menghampiri Frieska. "Aku benci kamu Fries, aku benci!" ucapku dan pergi meninggalkannya. "Niko!!" teriaknya namun aku menghiraukannya. Aku pulang kerumahku, aku masih tidak percaya Shania pergi meninggalkanku. "Shania!! Kamu dimana ??!! Kamu di dalam kan!! Shania!! Kakak udah pulang!! Kamu gak kangen ?? Shania!!!" teriakku didalam rumah. Ternyata memang benar, Shania sudah tidak ada disini, disisiku, didunia ini. Secepat itu kah ? Aku merasa Shania cepat sekali meninggalkanku, Shania gadis kecil yang sejak lahir bersamaku, aku merasakan keberadaan adik kecil yang manis ini didalam hidupku, hidupku lebih berwarna akan kehadirannya, hidupku terang akan kehadirannya. Kini Shania pergi, meninggalkanku, apa mungkin hidupku akan kelabu ? Ataukah cahayanya akan padam dari hidupku ? Perlahan namun pasti hidupku akan berubah drastis saat Shania tak ada disisiku.

Saat petang di hari itu, aku pergi ke makam Shania. Aku melihat Frieska disana, aku menghampirinya. "Ngapain kamu disini ?" tanyaku. "Nik, a..aaku, aku minta maaf" ucapnya gugup. "Kamu gak perlu minta maaf, yang harus kamu lakukan sekarang adalah pergi dari sini" ucapku memalingkan wajahku darinya. "Tapi aku, aku" ucap Frieska gugup. "Aku apa ?! Fries, aku mau berdua sama Shania. Aku minta kamu pergi dari sini, dan jangan pernah temui Shania disini!" bentakku. "Kamu berubah Niko!" ucap Frieska dan berlari meninggalkanku. "Maaf Fries, aku minta maaf" gumamku. Aku duduk didekat makam Shania. "Kamu keganggu ya tadi ? Maaf ya sayang, kakak gak maksud buat keributan disini. Shania,,, kenapa Shania pergi, bukanya Shania udah janji mau nungguin kakak sampai kakak pulang ?" ucapku mengusap nisannya yang bersih itu. "Hmm, Shania selalu meminta kakak untuk berjanji agar selalu bersama Shania disini, dan kakak menepatinya kan ? Shania juga berjanji untuk selalu bersama kakak disini. Tapi kenapa ? Kenapa Shania ingkar janji, kenapa ? Terus, kenapa Shania gak bilang kalau Shania lagi sakit ? Shania lagi butuh kakak disamping Shania. Kakak berhak tau keadaan kamu Shania.... Terus waktu liburan ? Siapa yang ngasih 20 permintaan lagi ke kakak ?" ucapku lagi di depan makan Shania. "Terimakasih Shania, terimakasih atas janji dan semua kebohonganmu" ucapku dan berjalan meninggalkan makam Shania. Malam harinya aku tidur di kamar Shania. "Shania, kakak kangen kamu. Kakak sendiri disini" ucapku berbaring dan membalikan badanku menghadap dinding. Angin berhembus kencang, aku bisa merasakan Shania memelukku saat itu. "Kakak, Shania ada disini. Selalu ada disini" suara itu terdengar, suara yang tak asing lagi bagiku. "Shania..." ucapku lirih dan memejamkan mataku. 

Seminggu kemudian, aku sedang berada di makam Shania. "Hey, kakak bawa bunga kesukaan kamu" ucapku menaruh bunga melati putih kesukaannya. "Shania, Shania lagi apa ? Shania,,, kakak kangen kamu. Kakak gak bisa tanpa kamu Shania..." ucapku. "Kakak" panggil seseorang dari belakang, ternyata itu Nabilah. "Nabilah ? Ngapain disini ?" ucapku padanya, ia juga bersama tunangan Melody. "Kakak jangan sedih ya, kalau kakak sedih Nabilah juga sedih. Shania juga pasti sedih" ucapnya memelukku. "Makasih ya adik manis, kakak gak sedih kok" ucapku. "Bil pulang yuk, udah sore. Nanti kakak nyariin" ucap laki-laki itu. "Iya kak, sebentar ya" ucap Nabilah. "Kak Niko, ini ada surat dari Shania. Nabilah temuin di meja belajarnya, di rumah Nabilah. Dan yang ini dari kak Frieska, dibaca ya kak, Nabilah pulang dulu" ucapnya dan berlari menuju tunangan Melody itu. "Dua pukulan waktu itu saya minta maaf, jadikan pelajaran untukmu" ucap laki-laki itu seraya berjalan menuju mobilnya. Aku hanya mengangguk dan membaca surat itu, pertama dari Frieska. Sepertinya masih baru.

"For: Niko"

Sudah satu minggu lebih kamu marah sama aku. Bahkan aku tidak boleh menemui Shania. Niko, aku minta maaf. Aku sadar aku salah, aku udah bohong sama kamu. Shania memintaku untuk tidak memberitau kamu soal ini, Shania gak mau kamu khawatir Nik. Shania adik yang baik, kamu beruntung punya adik seperti Shania. Niko, aku sayang kamu. Walau kamu semarah apapun sama aku, aku tetep sayang kamu.

"From: Frieska Anastasia L"


Itulah isi surat dari Frieska. "Aku gak tau Fries, aku gak tau sekarang perasaan aku ke kamu ini aku gak tau. Aku kecewa sama kamu, tapi aku sayang kamu. Maafin aku" gumamku. Sekarang saatnya membaca surat dari Shania.

"Untuk kakakku sayang, Niko Christian"

Halo kak ? Gimana kabarnya ? Pasti kakakku ini semakin keren dan ganteng, tapi meskipun begitu, aku yakin kakak belum bisa menyusul rankingku. Iya kan ? Hahaha, hmm kakak, mungkin kalau kakak udah baca surat ini, pasti Shania udah gak ada disisi kakak ya. Shania minta maaf, Shania gak bilang kalau Shania lagi sakit. Saat itu Shania butuh..... sekali kakak disamping Shania, tapi Shania tau kakak sedang belajar disana. Shania gak mau kakak khawatir disana, Shania gak mau ngerusak konsentrasi kakak belajar di Jepang. Kakak jangan marah sama Nabilah, kak Melody, kak Marka, dan kak Frieska ya, mereka yang mengurus Shania saat Shania sakit. Kak Frieska yang selalu menanyakan kabar Shania, Nabilah yang selalu ada untuk Shania, kak Melody, kak Marka, semuanya baik pada Shania. Kakak, Shania sayang..... banget sama kakak, kakak itu kakak terhebat yang Shania miliki. Shania bahagia.... sekali bisa punya kakak baik, pintar, dan hebat seperti kakak. Sekarang kakak jangan khawatir ya, pasti Shania udah sama mama dan papah disini. Kakak, Shania kangen sama kakak. Kakak kangen gak sama Shania ? Yang harus kakak tau, Shania bangga sekali punya kakak seperti kakak Niko. Kakak Niko yang selalu ada disaat Shania senang dan sedih. Kakak, Shania sayang....... sekali sama kakak. I love you kakak. I love you"


"Dari adikmu yang manis ini, Shania Junianatha"

Aku menangis, aku menangis sejadi-jadinya setelah membaca surat itu. Surat terakhir yang ditulis oleh seorang adik kecil yang manis untukku. Aku berjalan perlahan meninggalkan makam Shania. Entah mengapa, rasanya kaki ini tidak mau meninggalkan makam adikku itu. Aku menghentikan langkahku, aku benar-benar tidak ingin jauh dari Shania. Aku benar-benar tidak ingin meninggalkan makam Shania. "Shania!! Kamu pembohong! Kamu jahat! Kamu ingkar janji Shania! Mana janji kamu yang selalu kamu ucapkan Shania!! Shania!! Kakak gak mau kamu pergi!! Kakak gak bisa tanpa kamu Shania!! Shaniaa!! Pulang Shania!!!" teriakku dan memaksakan kaki ini untuk berlari meninggalkan makam Shania. Setelah kejadian itu, aku menjadi seorang yang pemurung, pamanku sudah pernah menjemputku untuk kembali ke Solo, namun aku tak mau, aku bahkan menyuruhnya untuk tidak usah menengokku disini. Frieska, Nabilah, Melody, mereka sering sekali ke rumahku, namun aku tidak menyambut mereka dengan pantas, aku hanya diam, diam tak bersuara, tak ada lagi semangat di diri ini untuk hidup, kenangan aku bersama Shania begitu indah, terlalu banyak kenangan saat aku bersama adikku. Sehingga begitu sulit dilupakan, Shania... terimakasih atas janji dan semua kebohonganmu.  

THE END

 
 (Created by @SadrachNiko48)
 
Share Button

22 comments:

  1. duh bner2 trsentuh bgt bro hati gw

    ReplyDelete
  2. bro pokoknya kalo inspirednya ada shania keren deh :) keren banget fanfictnya bro :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebetulan Shania oshi saya hehe, makasih udah baca+comment bro ^^

      Delete
    2. ohh keren bro keren, minta acc twitter pribadinya dong bro?

      Delete
    3. ada nih bro hehe @nikoaddison27_ baru ganti uname soalnya bro *gapenting :v :D

      Delete
  3. wah sedih bgt bro tp seru2 nih fanfict disini hehehe

    ReplyDelete
  4. Sugoiii, mata aku nyampe berkaca-kaca x'D T.O.P B.G.T deh wkwk

    ReplyDelete
  5. Keren broo, berkaca kaca gua XD

    ReplyDelete
  6. Gue speechless baca nih fanfict :'D keren bro gue tunggu cerita kayak gini lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih bro, doain dapat inspirasi lagi ._.a haha :D

      Delete
  7. BANGSAAAT KEREN INI :'D *Sungkem*

    ReplyDelete
  8. bro bikinin cerpen buat shania lagi yaa , di tunggu loh :))

    ReplyDelete
  9. sakiiiitt.....pecah banget yang bikin nih fanfict bray, keren abis (h)

    ReplyDelete

[MV] JKT48 - GINGHAM Check !