Ini hari2 awal aku
menginjak-injakkan kedua kakiku sebagai anak kelas XII di sekolah tercintaku.
Aku dikenal sebagai cowok yang, ya... diatas rata2 lah. Meskipun ada anak lain
yg lebih tampan di kelasku. Namun aku dikenal anak yang senang bergaul dengan siapapun,
sehingga aku dekat dengan anak2 cewek yang eksis kelas XII maupun XI.
Sekolahku punya
ekstrakulikuler non-akademik, salah satunya cheerleader atau yang biasa kita
sebut cheers. Aku juga kenal banyak anak2 cheers meskipun tidak dekat dengan
semua anggotanya.
Sekarang sudah hari jumat,
dan waktu menunjukkan pukul 3, jam dimana jadwal ekstrakulikuler non-akademis
biasanya sudah berjalan 1 jam. Aku berjalan dari tempat nongkrong depan sekolah
sambil membawa gitar menuju kantin belakang. Melewati gedung induk aku melihat
anak-anak kelas X memakai kaos warna-warni dan legging hitam di dalam aula
sekolah berlatih cheers. Sempat berpikiran ingin mampir tapi menghilangkan rasa
hausku lebih penting tampaknya. Sampai di kantin, ternyata ada anak kelasku yg
juga senior cheers berjalan ke kantin dari arah lain.
"Jam istirahat cheers, Dep?" tanyaku.
"Iya nih, padahal baru pemanasan hahaha", jawabnya sambil
mengambil 2 botol air mineral dan melemparkan 1 nya kepadaku.
"Eits! Ya nggak dilempar juga kaleeee", kataku sambil menangkap
botol mineral. "Eh anak baru banyak yang cakep2 lho. Gebet 1 gih mblo,
kasian hati lo masuk angin kalo nggak ada isinya", canda Depi padaku.
"Bisa aja lu, Dep. Ya ntar kalo ada yang sreg deh...."
*DUENG!*
Belum selesai ku
berbicara, ada suara tong sampah entah tertendang atau apa.
"SIAPA TADI YANG NENDANG?" hentak Depi pada anak2 cheers
juniornya. Tampak 5 anak kelas X dan yang 1 anak sedang mengelus kakinya yang
tampaknya tak sengaja terbentur tempat sampah. Mereka tampak tertunduk
mendengar Depi yg membentak. Depi memang orang yang sedikit keras karena memang
dia Captain cheers, dan merasa kegiatan ini adalah tanggung jawabnya.
"Dep, Dep, udah Dep, itu juga pasti nggak sengajaaa" kataku
sambil memegang pundak Depi yang tampak sedikit marah.
"Tapi kan itu properti sekolah kalo ada yang rusak lagi, aku juga yang
kena" jawabnya. "Maaf kaaak, tapi Yuvi nggak sengaja, aku yang salah,
tadi kita lagi bercandaan" kata 1 temannya yg membantunya berdiri.
"Yaudah nggak papa, sekarang kalian boleh istirahat dulu. Nanti Shania
anterin Yuvi ke UKS ambil counterpain terus kamu push-up 20x di aula ya?"
kata Depi dengan tenang.
"Oh namanya Shania yaaa, manis banget ya matanya" gumamku dalam
hati.
"Udah nggak papa, aku nggak marah kok, cuman besok lagi ati2
ya.." nasehat Depi pada mereka sambil membayar botol mineral dan berlalu.
"Iya kaaaak", kata mereka berlima sambil memasuki area kantin
dengan menundukkan kepala.
Tampaknya aku sedikit
menaruh hati pada Shania, gadis tinggi yang manis itu. "Shania?"
panggilku walaupun sebenarnya aku deg2an setengah mati. "i-iya kak?"
jawabnya manis sambil bingung.
"Kamu hebat juga ya, berani ngakuin kesalahan" kataku sambil
kupetik2 gitarku di kunci Dm7 mencairkan suasana. "iya siiih, tapi abis
ini disuruh push-up deeh", katanya sambil memanyunkan bibirnya.
"Udah nggak papa, lain kali ati2 laaah... Kalian baru 2 minggu disini
kan? sini deh duduk meja sini sambil kenalan".
Akhirnya mereka duduk 1 meja denganku sambil membawa makanan kecil dan
minuman. "Yang ini Shania, Yuvi, terus yang lain siapa namanya?"
tanyaku sambil menjabat tangan mereka satu persatu.
"Nabilah".
"Sonia, kak"
"Aku Ayana, kak”
Ternyata mereka mudah akrab denganku.
"Lah kakak sendiri namanya siapa belum bilang?" tanya Shania
sambil memakan makanan kecil ditangannya.
"Emm, kasih tau nggak yaaaa? Emmm rahasia dulu deh. Ntar juga pada
tau" candaku.
"Yeee curang", celoteh Nabilah. Akhirnya kamipun mengobrol dan
bercanda hingga kantin mulai penuh oleh anak2 junior cheers lain.
"Kakak nggak pulang? Kan anak kelas XII pulang jam 11?" tanya
Yuvi.
"Tadi udah pulang, ini balik sini lagi . Mau latihan sih tp belum pada
kumpul nih kayanya" jawabku.
"Latihan?" Shania bertanya dengan mata manisnya yang begitu
berbicara.
"Latihan cheers?" Tambah Nabilah.
"Weeey, enggaklah. Nabilah tukang bercanda niih. Latihan band
dooong".
"HOI !". Ada yang mengagetkanku dari belakang, rupanya Dani,
Ardi, dan Bayu. Teman2 bandku yang lain.
"Kita pada nyariin di studio, eh elu asik2an ngegebet adik kelas
wuuuuu" kata Dani sambil mengacak2 rambutku.
"Apaan siiih, ini tu namanya menjalin hubungan yang baik dengan adik
kelas meeen" kataku.
"Hasyah ngomong ape lu, dah buruan yuk ke Studio, bulan depan udh
tampil broo" kata Ardi.
Adik2 kelas tertawa melihat kami yang memang good-looking dan bercandanya
tidak se'brandal' anak2 tukang nongkrong di depan.
"Udah dulu yaa, besok ketemu lagi" kataku. Mereka semua tersenyum
namun hanya si tinggi manis Shania yang melambaikan tangan padaku.
"Siapa mereka tadi?
Adik kelas SMP? Apa tetangga apa malah saudara?", tanya Bayu yang
tampaknya tertarik karena kebetulan hanya Bayu yang jomblo.
"KEPO LUU!" candaku sambil meninju-ninju punggungnya.
"Itu junior-juniornya Depi. Depi udah bangkotan, harus digantiin
makanya", tambahku.
"Depi? Depi siapa?" tanya Ardi. "itu..." belum selesai
aku berbicara.
"Kinal maksutnya, Di. Maklum panggilan sayang jaman dulu masih
keinget. Cieeee". Kata Dani.
"Cieeeee", goda mereka.
"Apaan siiih, itu kan emang nama aslinya dia, bukan panggilan
sayang", kataku sambil membuka pintu studio.
"Panggilan sayang juga gapapa, serius amat lu kaya penonton Lawyer
Club." canda Bayu.
Seperti biasa kami
latihan. Dan kebetulan di lomba yang akan datang, ada lagu original buatan
masing2 peserta. Bukan hal yang berat bagi kami. Aku biasa menulis lirik, Ardi
membuat musiknya dan kami aransemen bersama. Pukul 4.30 sore latihan selesai
dan aku menuju parkiran dekat lapangan basket. Hanya tinggal beberapa motor
saja. Melewati beberapa motor dan sekilas melihat sticker: Hello, My Name is
Shanju. "Shanju?”
"Hayooo!! Hayo ngapain di deket motorku?" Shania mengagetkanku
dari belakang.
"Ealah, kamu lagiii. Emang ini motormu? Namanya Shanju kok
ituuu".
"Iyaaa, itu namaku. Shania Junianatha".
"Wah, udah tau nama panjangnya, tinggal kepo tanggal lahir bisa buat
pelet kamu nih", candaku.
"Heeeeh, kakaknya serem, mainannya pelet. Jangan2 ini tadi mau jampi2
motorku yaaa?", balasnya.
"Hahaha, becanda kaleeee. Dasar kimchil".
"Eits, aku udah enggak kimchil yaa. Udah SMA sekarang”.
"Nah itu tapi kan sticker yang biasanya dipake kimchil2".
"Iya deeeh besok aku ganti, huh!”
"Hahaha, jangan marah atuh neng”
"Biarin, aku kalo marah serem lho. Serem gak?", katanya sambil
menggembungkan pipinya.
"Wah serem banget, hahaha. Serem gimana coba kalo manyun gitu".
"Huuuh, aku gembosin nih ban motor kakak".
"Hahaha, udah yuk becandanya. Pulang dulu, besok ketemu lagi. Capek
nih abis latihan".
"Iya kak, aku juga capek, yuk pulang", katanya sambil
menghidupkan stop-contact motornya.
"Shania duluan aja, mau ke kamar mandi bentar".
"Oke kaaak, jangan lupa diguyur ya pipisnya hahaha", candanya
sambil berlalu.
"Hahaha, iyaaa. Dadaaah", aku melambaikan tanganku padanya.
"Asik juga nih Shania tukang becanda ternyata", kataku dalam
hati.
"Mungkin memang dia tipe cewek yang mudah bercanda dengan
siapapun", pikirku.
Tapi dijalanku pulang aku masih membayangkannya. Wajahnya yang cantik,
rambutnya yang panjang, caranya berbicara sambil tersenyum manis, dan matanya
yang begitu indah.
"Ahsudahlah"~
Akhirnya aku pulang.
*
Esok hari datang, hari
sabtu dimana hari paling indah dalam sekolah, pulang jam 12 dan tidak ada
Pendalaman Materi. Jam istirahat p aku iseng ke UKS, mencari vitamin C.
Daripada harus beli diluar.
"Eh, panjang umur kakaknya" sapa Yuvi sambil mengoleskan
counterpain di luka lebam yang kemarin.
"Apa hayooo? Habis ngomongin aku yaaa?" tanyaku sambil membuka
rak vitamin.
"Enggak yee, kakaknya ge-er, orang kita cuma mau nanya yang punya
gitar siapa..” Shania menjawab dengan wajahnya meledekku tapi gerak bibirnya
menarik perhatianku.
"Pinjem 1 apa 2? Aku ada sih di rumah tapi cuma satu".
"Bilang aja "Lu ke rumah gue dooong" Hahaha!" terdengar
suara dari ruang istirahat di balik gorden. Aku buka dan...
"Caplang lu, Di! Negthink mulu lu sm gua”
"Haha, enggak gitu juga kaleee. Itu td mereka nanya gua. Yang punya
gitar siapa. Kalian kalo mau minjem dua satunya punyaku nggak papa kok"
kata Ardi dari dalam ruangan berkasur itu.
"Kalo minjem satu aja? Aku pengen belajar dari Shania tapi klo 1 doang
gitarnya kan susah" kata Yuvi sambil beranjak berdiri.
"Pinjem boleh kak?" tanya Shania padaku sambil menggandeng Yuvi.
"Boleeeh, ntar pulang sekolah ketemu di parkiran lapbas aja. Jangan di
depan sekolah, ntar banyak yang godain".
"Emang aku manis ya kak sampe digodain?" kata Yuvi sambil
tertawa.
"Siapa bilang wek. Maksutku entar aku bisa-bisa digodain anak2
nongkrong yg di depan" candaku.
Kami semua tertawa bersama termasuk Ardi yang di ruang sebelah.
"Dasar kakak selera para homo" kata Shania sambil mencubit
lenganku keras dan berlari keluar.
"Sakiiiit, Shaniaaaa”
"Yuviii buruan nanti dikejar kakaknya" teriak Shania sambil
berlalu.
"Asik juga kayanya mereka, anak kelas mana sih? X6 bukan?" tanya
Ardi padaku.
"Enggak tau sih, tapi anak2 cheers pokoknya. Kalo mau kepo tanya Depi
apa Ve aja".
?
Bel jam pulang berbunyi
dan semua murid berhamburan segera keluar. Tapi aku tidak terlalu ingin segera
pulang. Aku cinta suasana sekolahku.
"Meeen, liat Ardi nggak?" Bayu menepukku dari belakang dan kami
jalan beriringan bersama dengan Dani juga.
"Tadi di UKS sih, mgkn udah pulang duluan. Coba cek di tempat
nongkrong depan".
"Oke meen, lu ikut kagak?”
"Enggak deh, lapeer, mau makan dirumah", sautku.
"Yaudah deh, duluan yee" "Yoi meen"
Aku melanjutkan jalan
kakiku menuju parkiran lapangan basket. Melihat banyak anak baru di
sekelilingku. Kulihat juga Nabilah dan Ayana di dekat studio bersama junior2ku
kelas XI. Di dekat motorku sudah terlihat Shania dan Yuvi disana.
"Rajin amat neng, kek satpam”
"Iiih tukang ngejek" sekarang giliran Yuvi yang memukul lenganku.
"Eits, belagu. Entar nabrak tong sampah lagi baru tau rasa"
kataku membalasnya.
"Huuuuuh, awas yaaa".
"Yuk kak, ambil gitaaaar, mau pinjeeeeeem" kata Shania menirukan
gaya anak kecil yang manja.
Dan sekali lagi, aku terpana melihat matanya.
"Ayok kaaaak, malah diem . Kesambet setan loh entar" kata Shania
memecah suasana dan membuatku malu karena kepergok memperhatikan tatapannya.
"Eh, i-iya iya. Yuk ikutin aku pulang".
Beberapa saat kemudian
sampailah kami dirumahku. "Yuk yuk masuk dulu, parkirin di dalem aja, biar
agak teduh" kataku sambil menunjuk garasiku yang tertutup atap fiber.
"Duduk dulu, tunggu bentar yaa". Aku masuk rumah lewat pintu
belakang dan membukakan pintu utama dari dalam.
"Shania, Yuvi, mamaku masak spaghetti banyak ternyata. Kalian doyan
nggak?" Shania tampak sedikit malu2, mungkin takut ngerasa nggak enak
dengan orang tuaku. Tapi lain dengan Yuvi....
"Ya! Aku mau mam!", jawabnya dengan semangat sambil menarik
Shania ke dalam rumahku. Mereka masuk dengan sopan dan berusaha mengenal
rumahku.
"Permisi tante... om..." ucap Shania pelan.
"Nggak ada orang kok. Papa mama lagi beli mesin cuci atau apa itu td
nggak tau. Mau minum apa?”
"Eee... Apa aja boleh kak" saut Shania.
"Lemon tea ada?" kata Yuvi.
"Boleeeh. Shania mau yang dingin apa enggak?”
"Yang anget aja kak, lg serak nih"
Itu mah emg suara asli kamu, Shan. Hehehe”
Nenekku pembuat kue.
Mamaku jago masak. Jadi nggak heran kalo aku suka membuatkan sesuatu entah
makanan atau minuman meskipun aku tidak begitu handal. Kamipun memakan
bersama-sama spaghetti buatan mamaku. Bercanda dengan riang hingga kamipun
makin akrab. Tapi Shania tidak tau, setiap dia berbicara dan tersenyum, aku
selalu memperhatikan matanya yang indah. Dan sebenarnya itu membuatku deg2an.
Yuvi juga manis dan juga lucu. Tapi sepertinya aku harus mengakui rasaku
terhadap Shania. Aku menaruh hati padanya. Aku yakin, aku telah menaruh hati
padanya. Dan aku berjanji pada diriku sendiri, nanti ketika Shania memberiku
lampu hijau, aku harus mendapatkannya dan membuatnya bahagia.
Aku memang bukan anak
orang kaya raya. Namun aku anak tunggal. Papaku pintar mendesign letak isi
dalam rumah, serta mamaku rajin membersihkannya. Sehingga rumah ini terlihat
rapi dan bersih, jadi setiap tamu dirumah ini pasti merasa nyaman.
1 jam berlalu, minumpun
hampir habis dan rahang2 kami mulai pegal karena tertawa sedari tadi. Kemudian
aku ambilkan gitar yang akan dipinjam Yuvi tadi. "Yuvi, ini emg bukan
gitar pertamaku. Tapi gitar akustikku cuma ini, jangan rusak lho yaa".
"Iyaaa, gini gini aku awas kok kalo sama barang pinjeman" jawab
Yuvi.
"Aku minta ID Line kalian ya, biar entar kalo hubungin gampang",
kataku pada mereka.
"Okee, CindviaDealove, kak".
"Bentar bentar..", kataku sambil mengeluarkan handphone dan
mengetiknya.
"Kalo punya Shania?", tanyaku.
"Shanju. Shanju doang. Nomer hp sekalian deh nih kak, siapa tau pas
penting Line nya pas error. 0856xxxxx48".
"YES!", kataku dalam hati.
"Ini nomerku sekalian, biar ntar kamu tau kalo itu aku. 08564348xxxx",
kataku menjawab Shania. Shania mencatat nomerku dan kemudian mereka berpamitan
pulang.
*
Hari-hari sekolah mulai
berlalu begitu cepat. Akupun menjadi semakin semangat berangkat sekolah
berharap bertemu Shania....walaupun terkadang hanya sempat curi-curi pandang
karena Shania tidak melihatku dari jauh. Iya, Shania seharusnya selalu membawa
kacamatanya ketika istirahat sekolah.
Aku makan siomay di kantin
belakang karena disini lumayan sepi. Dan di tengah makan tiba2.?
"Eh Shania", sapaku.
"Eh kakaknya lagi", Jawab Shania sambil memesan makanan.
"Nyapa sih nyapa, tapi nggak blepotan juga kaleee", kata Shania
sambil mengambil tissue dari sakunya dan membersihkannya dr pipiku.
DAG DIG DUG DUER!
"....." Beberapa detik aku terpana dengan wajahnya yg cantik dan
selalu tersenyum itu.
"Heeeeh malah ngelamun", kata Shania sambil menyentuh bibirku
dengan tissuenya.
"E-e-eh i-iya, habis kamu cantik",
SIALAN! AKU KECEPLOSAN!
"Yak selamat. Anda orang kedua yang bilang saya cantik hari ini",
jawab Shania sambil membetulkan tempat duduk, duduk disampingku dan menaruh
bungkus tissue nya di meja makan.
"Nah yang pertama siapa?".
"Mamaku, tadi pagi. Bilang gini. Cantik, sekolah yang bener ya. Uang
sakunya jangan diabisin. Blablabla", kata Shania sambil menirukan gaya
bicara mamanya dan memanyunkan bibirnya.
"Hahaha. Shaniaaaa Shaniaa, durhaka loh kamu. Eh blm pesen minum ya?
Mau diambilin minum apa?”
"Teh aja kak".
"Dingin nggak?”
"Enggak kak, yang anget aja".
"Airnya air biasa apa air kobokan? Haha" candaku.
"Iiiih nyebelin kakaknya tuuuh" Shania mencubitku sambil tertawa.
Makanan Shania datang dan kamipun melanjutkan makan sambil bercanda dan aku
pun merasa Shania nyaman dengan caraku bercanda.
"Ketawa sih ketawa, tapi jangan blepotan juga kaleee" kataku
sambil mengambil tissue dan gantian berusaha membersihkan pipinya tapi....
Shania menghentikan tanganku.
"Eits. Kaya sinetron aja pake lap lap pipi segala" kata Shania.
"Hee? Tadi Shania kan juga gitu" jawabku.
"Kalo aku boleh, kalo kakak gak boleh. Yang boleh megang pipiku cuma
pacarku tauuu." kata Shania sambil membersihkan pipinya.
Tiba2 aku menyentuhkan ujung jariku ke pipinya dengan cepat.
"Yeeee!!! Aku pacarnya Shania!!!" Candaku sambil
mengangkat-ngangkat tanganku.
"Ihhhh apaaan siiiiih. Curaaaang" Shania tertawa terbahak-bahak
sambil memukuli lenganku berkali-kali.
"Uuuuuh. Dasar nyebelin" kata Shania sambil masih mencubiti
tanganku.
"Orang aku aja udah punya pacar", tambah Shania.
JLEEEBBB!!!!!! DUEERRR!!! Mati aku!
Ternyata Shania udah punya pacar. Aku sedikit panik, sedih, bingung dan
langsung lemes. Campur aduk rasanya. Jadi gadis yang tiap hari aku pikirin ini
udah punya pacar?
"Eh malah ngelamun lagi" Shania membangunkanku dari pikiran
kacauku dan wajahku yang sudah berubah raut.
"Aku bercanda kaliii. Orang aku gak punya pacar. Hehehe",
tambahnya.
"Wuuuu Shania bohongin aku. Eh bentar, ini kode bukan?”
"E-e-eh enggak tauuk. Kan cuma cerita". Wajahnya tampak sedikit
tegang. Mungkin dia juga keceplosan. Mungkin.?
"Emang kenapa kalo aku punya pacar?" Tanya Shania mencairkan
suasana yang sedikit tegang ini.
"Ya kan nggak enak sama pacar kamu kalo dia ngliatin kita duduk berdua
sambil ngobrol dan bercanda kaya gini.”
"Enggak aku nggak punya pacar koook." Shania memperjelas
statusnya sambil membalik sendok dan garpunya membentuk huruf X.
"Berarti boleh dong kita sering2 duduk berdua gini?" tanyaku
melempar kode.
"Boleeeeh", jawab Shania sambil membayar di pedagang kantin.
"Duluan ya kak, nanti ketemu lagi. Dadaaaah".
"Iyaaa. Dadaaah", jawabku sambil membalas senyum padanya.
Waaaaaaaaw! Pecah banget
hari ini! Aku menghabiskan sisa makananku yang tinggal sedikit sambil
senyum-senyum sendiri.
"Eh, ada yang lagi kasmaran nih kayanya ketawa-ketawa sendiri",
kata bapak penjual siomay sambil membersihkan piring Shania dan mengelap meja.
"Eits! Nguping ya tadi pak?".
"Eh, enggak mas. Orang kalian ngobrol ketawanya kenceng banget, ya
pada denger lah”.
"Iya juga sih ya. Hehehe... Berapa nih bang siomay sm es teh nya?”
"Udah mas, td udah dibayar sm mbak Shania td.”
"Laaah? Shania.. Shania..ckckck"
*
Sekarang pukul 9 malam. Dan aku masih memikirkan kejadian bersama Shania td
siang. Aku senyum-senyum sendiri sampai beberapa kali papa dan mamaku
menegurku.
"Kamu ngapain sih ketawa2 sendiri? Pasti pacarnya baru nih?"
"AMIIIIN YA TUHAN, AMIIIIN!!! HAHAHA" jawabku sambil berlari dan
lompat ke kasur. "Kayanya anak kita agak kelainan, ma", kata papaku
pada mamaku.
"Shania lagi apa ya?" pikirku. "Pengen nge-Line tapi.... Oh
iya ya? Kenapa selama ini aku nggak pernah iseng nge-Line Shania?"
Akhir2 ini aku memang
jarang membuka hp karena hp ku terkadang error. Tiap pulang sekolah,
kesibukanku hanya dua, mengaransemen lagu original bandku di komputer dan....
memikirkan Shania.
*Ting Tung* ringtone Lineku berbunyi.
"Tumben nih bunyi".
Ternyata Yuvi: "Kak, ini Yuvi...”
"iyaaa, taulah, kan ada display name-nya”
"Iya sih hehe. Cuma mau ngasih tau gitarnya di tempat Shania."
"Wah udah belajar tadi?" "Udah dikit, Baru Em C D sama G. Hehe”
"Yeee pinter. Belajar emang pelan2, nggak papa. Shania jago nggak
mainnya?”
"Ya lumayan sih kak kayanya. Yang penting bisa ngajarin aku. Kenapa
sih emangnya? Kok nanyain Shania terus? Hayo... pasti ada rasa sm Shania ya?”
"Kayanya sih hehehe... Sssstt diem”.
"Yakin nih suruh diem? Yaudaaah, pdhl td Shania ngmgin kakak lho”.
"Hah? Emang iya? Dia ngmgin aku gimana?”
"Emm emm emm gimana yaaaa, katanya tadi suruh diem? Hahaha”
"Ceritain pliiiss. Ntar aku bolehin mam disini lagi deh klo mamaku
masak”.
"Oke deeeeh. Hahaha... Sebenernya enggak ngomongin banyak sih. Tadi
pulang sekolah terus ada kumpul cheers gitu trs Shania ngobrol sm kak Kinal
tanya2 kakak tu orangnya kaya gimana, gitu doang.”
"TANYA KINAL?" Aku langsung deg2an. Takut Kinal cerita yang
enggak2.
"Iya.. emang kenapa kak?" "Dia ceritanya gimana? Bilang yang
jelek2 nggak?”
"Enggak sih, cm bilang kalo kakak baik bgt orangnya, nggak kurang ajar
sm cewek, pinter main musik. Gitu katanya. Emang kenapa sih kak? Kok takut bgt
kayanya kalo kak Kinal yg cerita?"
"Tahun lalu aku pacaran sm Kinal ._.a”
"Lah? Kok kak Kinal gak bilang yaa? . Shania tau nggak kalian dulu
pernah pacaran?”
"Enggak tau deh... Ya pokoknya asal Kinal nggak fitnah yg jelek2 aja
udah tenang aku".
"Hahaha. Yaudah deh positive thinking aja . Tadi dia juga tanya aku
klo kakak tu keliatannya gimana”.
"Wah Shania kepo ttg aku :3”
"Gebet sana kak, mumpung belum keduluan yg lain".
"Hehehe. udah ah, anak kecil tidur sana, udah malem".
Kamipun mengakhiri percakapan dan aku masih sibuk membayangkan Shania
sampai tertidur.
?
Aku terbangun pukul 1 dini
hari dengan kepala yang sedikit pusing. Kelihatannya aku terlalu lama di depan
layar komputer tadi sore. Iseng aku cek hapeku, berharap ada Shania di inboxku
atau di Line.
Hahaha, NGIMPI!
Aku harus sadar aku belum sedekat itu dengan Shania. Aku harus sadar aku
hanya sekedar akrab.
Aku buka timeline di Line
dan melihat Shania baru saja posting. Aku beranikan diri memulai pembicaraan.
"Shania?”
"Ya?”
Tampak balasannya dari notification hp ku, tp sengaja ak biarkan sebentar.
Berharap ada balasan yang lebih panjang, yg mengartikan bahwa dia tertarik
dengan percakapan ini.
"Shania belum tidur?”
"Belum nih. Aku lagi kacau, lagi badmood. Bisa nggak usah chat dulu?
Maaf".
JLEB! Jawaban yang lumayan membuatku down. Baru pertama kalinya chat, eh
diginiin.
"Emm.. Maaf kak, boleh minta tolong?”
"Minta tolong apa?" Jawabku dengan sedikit malas.
"Besok pagi berangkat bareng yuk.”
Aku langsung terhentak dari kasurku dan menjawabnya dengan buru buru.
"Boleeeeh . Rumah Shania dimana?”
"3 blok dibelakang sekolah kak. Jalan Srikandi no. 24. Perum XXX.
Kejauhan nggak? Kalo kejauhan aku minta tolong yang lain aja.”
"Enggaak, rumahku cuma ke selatan 200an meter pinggir jalan dari situ.
Besok pagi aku jemput ya. Mau jam berapa?”
"Jam 6.15an aja, nggak papa?”
"Iyaa", jawabku sambil mengirimkan sticker angguk-angguk.
"Makasih banyak ya kak. Janji deh besok pagi aku ceritain malam ini
aku kenapa. Sampai ketemu besok, aku mau istirahat dulu".
"Iyaaa sama2. Yang nyenyak yaa".
"Goodnite kak" Shania mengirim sticker gambar peluk.
"Goodnite, Shania" Aku mengirim balik sticker malu.
Aku gembira kegirangan.
Yeeee berangkat bareng Shania. Kemudian aku set alarmku agar tak kesiangan.
*
Jam stgh 6 aku sudah
bangun dan langsung aku cek hp ku. Aku chat Shania.
"Pagi duniaaaaa".
"Lah? Selamat pagi dunia kok chat nya ke aku?”
"Soalnya kamu duniaku kali?”
"Hahaha apa banget sih kak. Siap2 yuk. Nanti jangan telat ya, mau
sarapan di kantin dulu."
"Okeee. Wah kayanya bete nya udah ilang nih.”
":D hehehe. Mandi dulu yaa"
Jam berjalan, akupun
berangkat mencari rumah Shania utk menjemputnya. Shania berjalan keluar
rumahnya. Aku melihatnya begitu anggun. Tampak rambut lurusnya berkibas tertiup
angin. Tangannya yang sesekali membenarkan gelangnya.
"Yuk kak?”
"Helm nya mana?”
"Oh iya lupa. Hehehe".
Cara dia tertawa benar2
membuatku jatuh hati.Bibirnya yang manis susah untuk diceritakan. Tapi
tampaknya ada yang aneh dengan matanya.
"Eh bentar, kamu abis nangis ya semalem?”
"Sssttt.. Aku malu, ntar aja ya ceritanya." Shania mengambil helm
nya dan kamipun berangkat.
Sampai sekolah tampaknya
gosip2 mulai menyebar. Dan semakin menjadi ketika mereka melihatku berboncengan
dengan Shania.
"Ay ay , kayanya ada gosip baru nih" nabilah berbicara dengan
keras pada Ayana dengan maksut menggodaku dan Shania.
"Siapa sih bil?" Ayana membalas Nabilah dengan keras pula.
"Temen kita kooook. Lagi deket sama anak band kakak kelas XII
gituuu" Mereka berdua tiba2 menghadap kami
"CIEEEEEE!!! SHANIAAAA !! Hahaha" Kemudian mereka tertawa sambil
berlarian ke arah kelas. Pipi Shania tampak memerah dan aku pun juga.
"Iiih mereka apaan sih", kata Shania sambil tertawa.
"Jomblo sih, udah diemin aja, Shan. Hahaha".
"Emang kita nggak jomblo?”
"Ya sama aja siiih. Hahaha".
Kami menuju kantin tengah
dan ternyata Bayu dan Dani duduk disana.
"Oooh, ini meen. Pantes akhir2 ini jarang keliatan. Sama anak baru
ternyata meen. Haha" canda Bayu.
"Aaah, apaan sih kalian. Kenalan dulu deh mending", kataku.
Mereka saling berkenalan dengan Shania. Shania tampak sedikit malu.
"Eh ntar latian ntar sore jangan lupa. Jam 3 di studio sekolah
aja." kata Dani padaku.
"Okeee, santai. Ini gua udh bikin kok aransemennya. Kmrn iseng bkin d
komputer. Ini mp3nya d hp ada. Ardi jangan lupa dikabarin" jawabku.
"Yaudah entar bawa ya. Kita mau ngrokok dulu diluar. Biar kalian
berduaan dulu hahaha" kata Bayu.
"Husssh, udah udah sono lu. Jangan lupa bayar." Dani dan Bayu pun
berlalu.
"Shania mau sarapan apa?”
"Mereka tukang becanda juga ya sama kaya kamu kak".
"Eeh, nih anak tanyanya apa dijawab apa".
"Hehehe. Maklum masih pagi masih lemot. Roti coklat sm stroberi aja”.
"Nggak nasi aja?”
"Nggaak, jarang makan nasi klo sarapan kak.”
Kamipun sarapan bersama untuk pertama kalinya. Namun percakapan pagi ini
tampak sedikit serius. Ternyata semalam orang tua Shania bertengkar karena
kakaknya pulang malam. Katanya dia benci melihat orang tuanya bertengkar. Itu
menyakitinya, dan ia selalu menangis ketika orang tua nya saling berteriak.
"Ooo gitu ceritanya. Yang penting sekarang jangan nangis lagi ya kan
udah ditemenin". Aku dengan deg2an menggenggam tangannya. Tanpa diduga
ternyata dia membalas genggamanku lebih erat dan tersenyum.
"Makasih ya kak".
"Iyaaa" Ak membalas senyumnya.
"Eh nanti latian cheers kan? Mau berangkat bareng lagi?”
"Mau kak. Aku males pulang tp tetep hrs pulang ambil baju sm
mandi".
"Ya entar pulang ke rumahmu dulu, kamu mandi sama ambil baju. Terus
nanti makan siang di tempatku aja?".
"Nggak papa nih sering numpang makan di tempat kakak?”
"Sering apaan, baru juga sekali. Udah nggak papa. Jangan kaya orang
lain. Anggep aja aku......" Kusentuh pipinya seperti kemarin.
"Iiiiiih nggaboleh" Shania tertawa sambil mencubiti lenganku.
Selesai sarapan kamipun mulai masuk kelas.
Jam hari ini terasa lambat
sekali. Aku tak sabar bertemu Shania lagi".
Akhirnya bel pulang
sekolahpun akhirnya berbunyi. Aku sengaja menjemput Shania dikelasnya. Aku
tidak takut dengan gosip2 yang beredar. Aku justru merasa lebih aman karena
akan mengurangi saingan2ku yg berusaha mendekati Shania.
"WEI!" Shania kaget melihatku tiba2 di depan pintu kelasnya.
"Haha. Apaan sih, malah jadi ikut kaget akunya. Mau pulang kapan
Shan?”
"Beli minum dulu boleh?”
"Boleeeeh" Tampak cowok2 yang keluar dari kelasnya memandangku
dan Shania. Aku yakin paling tidak ada salah satu dari mereka yang suka dengan
Shania.
"Pesenin es jeruk sekalian ya". Shania kembali ke meja dengan dua
gelas minuman.
"Shan, abis ini beli makan yuk. Dibawa pulang aja tapi, panas di
luar".
"Boleeeh. Masih kenyang juga sih kalo makan jam segini". Selang
sebentar kami menghabiskan minum kami, Kami menuju jalan pulang.
"Mau beli makan apa kak?”
"Kesukaan kamu".
"Emang kakak tau kesukaanku?”
"Bakso kan?”
"Hehe iya kok tau? Habis kepo ya?”
"Taulaaaah. Rahasia deh pokoknya".
Akhirnya kami mampir beli
bakso dan sekalian aku belikan untuk keluarga Shania dan keluargaku dirumah.
Sampai dirumah Shania ak
bertemu dan berkenalan dengan mama nya. Sambil ku menjabat tangan mamanya.?
"Saya kakak kelasnya Shania, tante".
"Oalaaah ini kakak kelasmu yang kamu ceritain terus dr kmrn yaa?"
Shania yang sedang menaruh tas dan menuju kamarnya tampak kaget dan malu.
"Mama iiiiih”.
"Udah nggak jamannya malu2 ah. Kaya di sinetron aja".
"Hehehe". Aku hanya bisa tertawa dan tetap bertingkah sopan agar
mamanya bisa menerimaku. Mama Shania ternyata baik dan ramah. Beliau juga
memberi tahuku kesukaan dan apa yang tidak disukai Shania.
Shania telah selesai mandi
dengan memakai celana pendek biasa dan kaos yang santai.
"Abis ini kalian mau kemana kok udah mau pergi lagi?”
"Ini mau kerumah bentar tante, ngasih bakso buat yg dirumah . Oh iya
bakso yang buat tante malah ketinggalan di motor. Sebentar ya tante". Aku
ambilkan tas plastik berisi beberapa porsi bakso.
"Oh iyaaaa. Makasih ya nak. Nanti salam buat papa mama kamu ya.
Perginya ati2 yaa".
"Iya tante pergi dulu yaaa". Aku pun berpamitan sambil mencium
tangan mamanya.
"Kak, gitar kakak dibawa sekalian nggak?”
"Besok aja, biar ada alesan kesini lagi besok. Hehehe".
Akupun melihat ke arah mamanya dan mamanya tertawa. Aku merasa cukup diterima
dirumah ini. Selanjutkan kami ke rumahku dan kali ini giliran Shania yang
berkenalan dengan mamaku.
"Shania, tante" Shania mencium tangan mamaku.
"Oooh, ini ya yang bikin kamu akhir2 ini ketawa2 sendiri?"
Oh shit! Ternyata gantian mamaku yang mengerjaiku. Aku hanya tersipu sambil
tertawa.
"Pantes aja, cantik gini". Mamaku memuji Shania.
"Kalo nggak cantik nggak aku ajak kerumah lah maaah" Teriakku
dari dalam kamar mandi. "Dasar anak muda jaman sekarang... Shania mari
duduk. Duduk di ruang tv juga nggak papa. Tante mau pergi ke rumah temen
dulu". "Iya tante, ati-ati ya tante".
Aku selesai mandi dan
kamipun makan bersama di meja makan.
"Mamamu baik ya kak, enggak kaya mamaku rewel".
"Heeeh nggak boleh gitu. Semua mama sama aja ah".
Kamipun bercanda di meja
makan. Berhubung sekarangg masih jam 11.45, kami memutuskan untuk menonton dvd
dan duduk di sofaku yang super nyaman ini. Sofaku berbentuk sofa tanpa kaki dan
berada dibawah sehingga kita bisa duduk maupun tiduran di sofa ini.
"Shan, berhubung nanti kamu latihan fisik, mending km dulu istirahat
deh. Aku ambilin bantal yaa".
"Tapi nggak enak sama mama kamu dong. Masa numpang tidur dirumah
orang? Mending kalo pacar.”
"Yaudaaah apa mau dibikin statusnya biar jadi pacar dulu?”
"Cieeee nggodain aku, cieeee" Kamipun tertawa bersama.
"Udah gini aja. Tidur dulu aja ntar klo mama dateng ak bangunin deh.
Mobilnya kan kedengeran".
"Iya deeeh".
"Sini..." Aku menaruh bantal d sampingku agar Shania rebahan
disampingku. Tapi tiba2 Shania memindahkan bantalnya ke pahaku.
"Kalo aku tiduran disini boleh?”
"Boleeeeh" jawabku sambil tersenyum.
"Kak, kamu inget wktu aku bilang yg boleh megang pipiku itu cuma
pacar?”
"Gini kan?" Aku menyentuh pipinya cepat dengan ujung jariku lagi
sambil tertawa. Tapi kemudian Shania memegangi tanganku dan menuntun telapak
tanganku ke pipinya. Sambil memejamkan mata Shania berkata "Sekarang kamu
bukan pacar kak, tapi kamu orang yang cukup spesial buat boleh memegang
pipiku". Tampaknya Shania nyaman dengan usapan2ku di pipinya. Sementara
dalam hati aku justru bingung dengan kalimatnya. "Aku bukan pacar tp aku
orang yang spesial. Bisa2 di brotherzone nih" kataku dalam hati.
Tampak Shania mulai
tertidur diantara bantal dan tanganku. Aku begitu bersyukur bisa sedekat ini
dengan orang yang begitu aku sayangi. Shania tertidur dengan begitu cantiknya.
Sesekali aku sentuh bibirnya yang manis. Tapi Shania tetap tertidur lelap. "I
love you, Shania Junianatha", kataku dalam hati sambil mengelus-elus
pipinya.
?
Beberapa saat kemudian Shania terbangun dan sedikit kebingungan sambil
mengigau, "Aku dimana? Aku dimana?”
"Eeeh, tuan putri udah bangun", sapaku sambil membawakan teh
hangat.
"Hah? Aku tidur berapa jam? Udah telat belum?”
"Ini baru jam 1, cantik".
Dia tampak bingung sambil berusaha membenarkan rambutnya. "Berarti
boleh tiduran lagi?" tanyanya sambil merebahkan tubuhnya lagi.
"Boleeeh. Shania kalo mau minum teh nya dimeja ya".
"Makasih banyak ya kak aku malah jadi ngrepotin gini”.
"Nggak, nggak ngrepotin kok" Kemudian ak duduk d sampingnya dan
mengelus-elus rambutnya. "Setengah jam lagi berangkat ya?”
"Iyaaa. Emm kak, boleh nanya sesuatu?”
"Dulu kak Kinal diperhatiin kaya gini juga?", tanyanya sambil
menatapku tajam.
Aku sedikit tersentak. Ternyata Shania mengetahuinya.
"Aku jawab apa adanya ya, Shan... Nggak, Kinal nggak pernah tiduran
dipahaku kaya kamu tadi... Paling dia klo disini cm nntn dvd sama masak
dibelakang". Shania duduk dan menundukkan kepalanya.
"Aku takut gak bisa lebih dari kak Kinal..." Aku merasa salah
bicara. Shania terlihat tak tersenyum sedikitpun seperti biasanya. "Tapi
kamu udah seperhatian ini sama aku kak. Aku janji suatu saat aku bakal jadi
yang terbaik buat kakak." Aku memeluknya dengan tiba2 dan tak ingin
melepaskannya.
"Shania... Asal kamu tahu... Kamu nggak perlu nunggu besok2. Dari
sekarangpun kamu udah jadi yang terbaik buat aku... Kamu lebih dari
siapapun." Aku merasakan air matanya menetes di pundakku. Aku ingin
melihat wajahnya tapi Shania tetap memelukku. Dia tak ingin aku tau bahwa dia
menangis.
"Shania kok nangis?”
"Enggak papa kok kaaak, aku cuma bersyukur aja bisa kenal sama
kakak", katanya sambil tersenyum padahal air matanya mengalir.
"Eeeh udah ya jangan nangis, nanti dikira anak2 kamu aku bikin nangis
lho”.
"Ya emang kok, tapi kan nangis karena seneng." Akupun menghapus
air matanya.
"Aku sebenarnya dari tadi malem aku juga mikirin ini kak", kata
Shania.
"Mikirin apa?”
"Sejak tau kalo ternyata kakak mantannya kak Kinal, aku ngerasa bukan
apa2. Kak kinal captain dan aku bukan apa2. Kak kinal dewasa, aku masih
kekanakan gini. Kak kinal..." Aku menyentuhkan jariku ke bibirnya
"Ssssttt.... Apa kamu gak percaya kalo kamu yang terbaik buat aku?"
"A-a-aku..." Belum selesai ia berbicara, aku mencium pipinya tiba2.
Jantung ini rasanya akan meledak. Aku takut Shania menamparku. 2-3 detik aku
berhenti di pipinya. Pipi Shaniapun memerah dan tersenyum. "A-a-ku
per-c-caya koook" jawab Shania terbata-bata sambil menahan malu.
"Shania cuci muka terus siap2 ya".
"Yaaa kakak ganteng" dia mencubit pipiku.
Ketika Shania berada di
kamar mandi, aku melompat-lompat kegirangan. INI HARI TERINDAH DALAM HIDUPKU
!!!! Walaupun sebenarnya aku bingung memberi tahunya bahwa minggu depan aku
harus menjalani operasi. Tapi aku tidak mau mengganggu latihannya. Seminggu
kedepan dia juga latihan intensif untuk debutnya di cheers tepat di hari
minggu, hari dimana aku akan operasi.
?
Sesampainya di sekolah dia
memintaku untuk menggandeng tangannya. "Biar nggak ilang ya?"
tanyaku.
"Biar pada tau kalo kakak punyaku".
"Emang iya?" Aku menggodanya.
"Iiiih kok gituuu." Shania mencubitiku. Sesampainya di aula
ternyata sudah cukup ramai.
"Aku sapa temen2 dulu ya?" aku membisikan Shania. Didepan kami
sudah ada teman2 dekat Shania, dan seperti biasa Nabilah yang paling cerewet
mencibir kami.
"CIEEEE nempel terus kaya perangko".
"Sssttt anak kecil diem aja" balasku.
"Emang Shania udah gede? Dia cuma menang tinggi aja kaleeee"
balas Nabilah.
Akupun duduk diantara Ve dan Kinal. "Selamat sore ibu2 senior".
"Sialan lu, masa ibu2" jawab Kinal.
"Ooo sama Shania nih sekarang? Peje2nya mana?" tambah Kinal.
"Jadian aja beluum yeeee" jawabku.
Kamipun beberapa menit bercanda sampai cheers akan dimulai. Aku
menyemangati Shania dan berjalan menuju studio untuk latihan.
Sampai akhirnya teman2
band datang. Rupanya Ardi sakit tifus dan tidak dapat mengikuti latihan. Minggu
depan tepat di malam minggu kami tampilpun, tampaknya Ardi tidak dapat
berpartisipasi. Kamipun merombak aransemen dan membuat sedemikian rupa
menariknya.
?
Waktu berjalan hingga
akupun mengantarkan Shania pulang. Akupun berpamitan dengan mamanya
"Makasih ya tante udah diijinin anter jemput Shania”.
"Lhoo.. harusnya tante yang makasih nak. Udah jagain anak tante. Maaf
ya kalo dia ngrepotin. Dia agak manja." Kata mamanya sambil mengelus
rambut Shania.
"Enggak koook tante, saya juga seneng ketemu Shania terus hehe.”
Aku pulang dengan hati gembira. Malampun aku memikirkannya. Shania juga
semakin tak bisa lepas dariku.
*
Seminggu ini aku semakin
dekat dengan Shania hingga hariku tampilpun datang. Sebenarnya sampai hari ini
Shania belum pernah mendengarkanku bernyanyi. Hanya sesekali mendengarku
bermain gitar. Pagi hari inipun aku meminta Shania untuk menemaniku tampil di
acara lomba band antar sekolah nanti malam.
"Nanti malem ajak temen2 yg lain aja sekalian”.
"Okeeeii, nanti yaaa. Aku berangkat sama kakak apa sama temen2?”
"Sama aku aja nggak papa. Entar bisa bantu bawa2in barang2 aku
sekalian wek”
"Huuuu jadi kuli aku".
"Enggak kok, nanti pake mobil. Aku udah bilang mama.”
?
Pagipun berganti sore.
Dirumahku ak menunjukannya sesuatu.
"Kamu belum pernah liat gitar elektrikku kan?”
"Belum pernaaah. Ada yang diumpetin yaa?”
"Iya emang. Nih liaaaat" Aku membalikkan body gitarku dan
terlihat sticker bertuliskan Shania Junianatha.
"Waaaa. Masa ada namaku disitu... Kenapa disembunyiin dari aku?”
"Hehehe. Soalnya aku bikinnya 4hari setelah kenal kamu.”
"Cieee naksir aku dari pertama kenal cieeee".
"Hiiiih dasar cantik" aku mencubit pipinya.
?
Tiba disana tepat pukul 7
karena kami tampil sekitar pukul setengah. Bayu dan Dani sudah terlihat disana.
"Udah daftar ulang men?" tanyaku. "Beres brooo" jawab Bayu.
"Eh, bareng terus nih berdua. Udah jadian beluuum?" tanya Dani.
"Hehehe.." Aku dan Shania hanya tersipu malu sambil menggaruk2
kepala, bingung mau jawab apa.
Teman2 Shania mulai
datang. Dan junior2 peminat band kelas XI dan X juga mulai berdatangan.
"Semangat ya kak" bisik Shania sambil memberiku minum yang ia belikan
di food court.
"Deg2an niih" jawabku sambil menggerak2kan kakiku. Aku grogi
karena band2 yang tampil juga hebat2 dan keren2. Hingga tiba waktunya hingga 2
band lagi kami tampil. Aku, Bayu, dan Dani bersiap diri di belakang panggung.
Kuhidupkan laptopku, kusiapkan mixer dan perangkat lainnya. Karena sebenarnya
kami mengaransemen lagu kami menjadi electronic-pop semacam Owlcity. Stick drum
dan cadangan serta Headphone Bayu sudah siap. Bass Dani juga sudah siap.
Laptopku siap dan lancar.
Akhirnya kami naik ke atas
panggung dan mencolokkan instrumen kami ke ampli panggung. "Selamat malam
semuanya!" Teriakku pada penonton yang lumayan ramai karena diikuti oleh
belasan sekolah sehingga mungkin ada sekitar 400an orang didepanku. Setelah
sedikit sambutan aku play laptopku dan kami mainkan lagu yang pertama.
Tanpa mereka duga kami
memainkan lagu A Thousand Years, dan banyak yang bertepuk tangan khususnya para
perempuan. Aku mulai bernyanyi dengan merdu. Shania melihatku hingga terpana.
Dia tidak tau jika suaraku ketika bernyanyi begitu berbeda dengan suaraku saat
berbicara. Ditambah panggung yang megah. Lengkap dengan lighting dan 2 layar
putih yang disorot proyektor menambah kemegahan penampilan kami. Di bagian
Refrain aku dan para penonton bernyanyi bersama. "I have died everyday
waiting for you, darling don't be affraid i have loved you for a thousand
years"? Aku menunjuk dadaku kemudian menunjuk Shania dari atas panggung.
Dan kamera menyorotku tepat ketika lirik "...I’ll love you for a thousand
more" kubalik gitarku dan Tampak begitu besar di layar proyektor nama
"Shania Junianatha" di body gitarku. Aku tersenyum dan semua penonton
berteriak "Oooooowwwwwwww".
Shania terharu dan dipeluk
oleh Ve teman2nya. "So sweeett, ya Shan" kata Ayana. Shania diam saja
dipelukan Ve.
"Shan.. Shan.." Sonia memanggil Shania.
Ternyata Shania menangis terharu tapi Shania malu karena begitu banyak
orang. Lagu pertama selesai dan lagu kedua lagu original kami yg aku tulis.
Aku bernyanyi "?Kelak kau sadar betapa aku menginginkanmu".
Selesai permainan kami,
penonton bertepuk tangan dan setelah beres2 aku menuju ke arah Shania. Dan
seperti yang sudah kuduga. "Suit Suit... CIEEEEEE" Bisa dibayangkan?
sekitar 50 anak sekolahanku menyorakiku. "CIEEEEEE".
Bayu dan Dani justru bingung. Mungkin ketika diatas panggung mereka tdk
memperhatikan layar yang menampilkan aksiku tadi. Ve mendekatiku dan
membisikanku, "Tadi Shania sampai nangis liat kamu main". Aku lalu
menggandeng Shania dan Shania tertawa sambil tersipu malu menutupi matanya yang
baru saja menangis dipundak Ve.
"Besok giliran aku nih yang nonton kamu cheers.”
"Aku maluuuu tapinya".
*
Keesokan harinya aku
mampir kerumah Ve untuk menitipkan sepucuk surat untuk Shania. "Ve, ini
nanti tolong dikasihin Shania ya. Tapi habis kalian tampil ya".
"Gaya banget nih pake surat segala, kaya jaman dulu aja. Emang ini
isinya apa?”
"Jangan dibuka loooh. Pokoknya intinya aku nanti sore mau operasi tapi
aku takut ganggu mental Shania”
"Operasi apaan?”
"Ada deh pokoknya, makasih ya Ve . Ini aku bawain Sup. Tadi mamaku
masak”.
"Eh malah repot2. Makasih yaa".
Selanjutnya aku menuju
rumah Shania untuk membawakan sup untuknya. Tampak seseorang cowok tajir sedang
berbicara dengan Shania. Tapi aku tidak berpikiran buruk. Tiba2 Shania
berteriak padanya "...Dia tunangan aku. Ngerti? Aku dijodohin sama
mamaku" Shania menunjuk ke arahku. Aku kebingungan. Cowok itupun pergi
tiba2 dengan motor ninja 250cc nya yang tampak seperti mainan di Timez*ne.
"Siapa, sayang?”
"Mantan, dia ngasih bunga dan mau ngobrol di dalem tp aku nggak mau.
Itu bunga nya aku lempar tempat sampah... Eh bentar kamu tadi manggil aku apa?”
"Emm... Nggak papa nggak papa”.
"Cieee enak aja panggil2 aku sayang”.
"Yaudah nih aku kasih ini" Aku memberikannya Sup yang ada bakso
nya. Shania tampak senang. "Udah boleh manggil sayang belum?”
"ENG-GAK-BO-LEH, ganteeeng" jawab Shania.
"Yaaaaah. Eh iya ntar jam brpa cheers nya?”
"Aku dateng jam 2an tp tampilnya jam 3an kayanya. Tp kalo siap2nya dr
jam 11an di aula sekolah".
"Berarti bareng anak2 ya nanti berangkatnya?”
"Iyaaa. Ketemu disana nggak papa kan?”
"Iya nggak papa lah cantiiiik . Tenggorokanku mulai sakit nih gara2
tadi malem. Aku mau pulang minum obat dulu ya".
"Iyaaa. Jangan lupa istirahat ya . Nanti kalo nggak nonton juga nggak
papa kok . Kasian si ganteng kecapekan".
"Aku usahain nonton kok, sarapan dulu sana di dalem. Dadah tuan
putri".
Akupun pulang untuk minum obat dan persiapan operasi nanti sore.
Aku bangun pukul 2 siang.
"What? Udah jam segini?" Akupun berlari untuk bergegas mandi.
Untungnya persiapanku untuk operasi nanti sudah ak siapkan. Tinggal doa aja
semoga lancar dan aman. Kulempar tas ku k dalam mobil dan segera aku pergi ke
tempat Shania cheers.
Jam 3 tepat Aku mencari
Shania dan tampaknya Shania sudah ada di belakang panggung. Team cheerleader
sekolahku pun tampil. Sementara aku melihat dari bawah. Lagu yang ngebeat dan
gerakan energik membuat Shania tampak keren. Sesekali iya menunjukan raut wajah
(sok) galak, tapi bagiku ia justru terlihat semakin manis. Selesai perform ak
mengucapkan selamat pada Shania dan yang lain.
"Kak, tadi ada yang galau nyariin pujaan hatinya gitu Kak. Katanya kok
ngga dateng2" Kata Yuvi yang menggoda Shania.
"Cieeeeee" seru anak2 yang lain.
"Ah udah bosen tauk di cie cie in mulu. Dasar jomblo jomblo" ejek
Shania sambil menggandeng tanganku.
"Ini pada langsung pulang apa gimana captain?" tanyaku pada
Kinal.
"Ini baru bapak penyisihan nanti masih ada final suruh tampil lagi jam
5an kayanya", jawab Kinal dengan santai. Dia juga tidak canggung seolah
kami tidak pernah punya hubungan khusus.
Kemudian aku mengajak
Shania membeli burger dan minum. "Shania tadi tampilnya keren lho. Coba
aku liat tampang sok galaknya lagi mana" "Nggak mauuuu aku malu"
kata Shania. Kami mengobrol sebentar sambil memakan burger dan akhirnya aku
harus pamit. "Habis ini aku pamit ke dokter nggak papa ya? Aku disuruh
kontrol, kayanya badanku mulai drop".
"Loh loh? Ini beneran tapi kakak nggak papa?" Benar dugaanku, dia
pasti khawatir. Sebaiknya dia tidak aku beri tahu.
"Nggak papa cuma check up doang kok. Semangat yaa cantik".
"Hiiih gemes deh. Ati-ati ya perginya" Shania mencubit pipiku.
Aku pun pergi langsung
kerumah sakit dan sudah dipersiapkan kamar serta angket berisi persetujuan
tindakan medis. Aku berganti pakaian pasien dan 1 jam an kemudian aku masuk
ruang operasi. Dokterku yang bernama dokter Willy siap mengoperasiku dan
terlebih dahulu memintaku dan semua asistennya untuk berdoa supaya operasi ini
lancar. Operasipun segera dimulai.?
Sementara Shania dan
teamnya masuk final sehingga harus tampil lagi. Selesai tampil Ve memberikan
Shania kertas yang aku titipkan. "Shania, ini ada titipan. Tadi emang
disuruh ngasih kamunya habis tampil supaya kamu tenang". Rupanya perasaan
Shania sudah tidak enak sejak aku pergi tadi. Shania panik melihat isi suratku
yang ada bercak darahnya.
"Shania.. Kamu jangan panik dulu ya waktu baca surat ini. Tenang....
Waktu kamu baca surat ini mungkin aku sedang diruang operasi. Aku operasi di
rumah sakit XX. Maaf sebelumnya aku nggak bilang kalo aku sakit... Aku nggamau
performance mu terganggu gara2 aku... I love you Shania....." Shania lemas
tiba2, tapi Ve yang kebetulan berada dibelakangnya memeganginya.
"Kenapa, Shan?" "Shan, Shania kenapa?" Semua anak2
cheers ribut.
"Kak tolong anterin aku kak toloooong." kata Shania kepada Ve. Ve
pun mengiyakannya.
Kebetulan anak2 cheers lain banyak yg membawa mobil, sehingga Ve dan Shania
bisa pergi duluan.
"Suratnya isinya apa, Shan?" tanya Ve di dalam mobil.
"Dia... mau operasi kak. Selama ini dia nggak bilang kalo dia ada
sakit", jawab Shania sambil sesenggukan. Perasaan Shania semakin tidak
karuan.
"Mampir pom bensin dulu ya. Ganti baju di toilet. Kalo make up bisa
diilangin di mobil", kata Ve.
“Iya kaaak".
"Udah ah jangan nangis. Nanti kita kesana kok nungguin dia operasi
yaa", kata Ve sambil mengelus2 rambut Shania, berusaha menenangkannya.
Sesampainya di Rumah
Sakit, Shania langsung berlari ke bagian informasi untuk mencari nama orang
yang benar2 ia sayangi itu. "Rawat inap nya di ruang 208 mbak".
Langsung Shania berlarian mencari kamar tersebut yang ternyata di lantai 2. Ia
membuka pintu kamar itu dan tidak menemukan orang yang ia sayangi disana. Ia
melihat nama dokter Willy di pintu kamar rawat inap itu. Shania berlarian
menuju ruang operasi sambil berusaha menghapus air matanya. Belum sampai di
depan pintu ruang operasi, pintu itu pun terbuka dan Shania melihat dokter
Willy keluar dengan pasien dibelakangnya yang sudah ditutupi kain putih
disekujur tubuh.
"Dokter benar ini pasien dokter?”
"Iya... Maaf kami sudah berupaya sebisa mungkin". Dokter Willy
berlalu dan tangis Shania semakin menjadi melihat orang yang disayanginya sudah
tidak bernyawa. Ve yang memegangi Shania dari belakangpun tampak pucat. Shania
kembali berjalan ke ruang rawat inap 208 berharap untuk bisa melihat sosok
sesorang yang sudah benar2 menaklukan hatinya. Shania tampak semakin pucat
sambil mengelus2 kasur yang tadi sempat digunakan untuk istirahat pujaan
hatinya itu. Ve pun hanya bisa diam dan memeluknya melihat Shania yang
terpuruk.
"Shania..." Suara yang ia kenal terdengar dari belakangnya.
"Loh kok? Loh kok?" Shania justru menangis semakin menjadi.
Shania memegang tanganku begitu erat dan menaruh kepalanya di dadaku.
"Tadi kata dokter willy kamu udah meninggaaaaal" Air mata Shania
langsung membasahi selimutku.
"Tadi aku emang sama dokter Willy kok. Tapi kan tadi pasiennya dokter
Willy ada yang kritis terus tadi selesai operasi dokter Willy langsung kesana.
Yang ngerawat aku asisten-asistennya ini".Aku justru kebingungan melihat
Shania yang menangis seperti ini. Aku juga melihat Ve menghapus air matanya
sambil tersenyum menahan tawa.
"Ve? . Ini pada ngira aku mati ya? Kurang ajar deh bener2...",
Aku mencubiti Shania.
"Iyaaa." jawab Shania dan Ve bersamaan.
"Bentar ya Shania, ini ak dipindahin ke kasur dulu" Kemudian para
perawat membantuku pindah ke kasur. Sementara aku melihat Shania yang tampak
menangis dan tertawa namun terlihat kesal. Shania memelukku dengan erat.
"Kamu nakal kaaak bohongin aku".
"Emang aku bohong gimana?”
"Ini suratnya ada darahnya...”
"Darah apaan, orang itu spidol tumpah2 di tas yeee. Tapi emang sengaja
sih tadi biar dramatis gitu ceritanya. Tapi kan aku nggak ngira kalo ada yang
meninggal beneran tadi".
"Aaaaa kakaknya tu", Shania menaruh kepalanya di dadaku dan
memukul-mukul perutku.
"Maaf ya Ve jadi ngrepotin gini. Aku gak maksut lho bikin kalian
kawatir gini. Padahal aku cuma operasi amandel".
"Enggak papa kok, santai aja. Bentar aku nahan ketawa, kasian Shania
udah nangis2, malu tuuuh pasti." jawab Ve.
"Tapi nggak papa. Klo gini berarti keliatan dong kamu sayang sama
aku?" Aku mengelus Shania.
"Menurutmu selama ini aku nggak keliatan sayang kamu kak?”
"Ssstt diem. Sekarang aku pacar kamu. Kamu pacar aku ya" kataku
pada Shania. Aku mengakhirinya kesedihannya dengan kecupan lembut di pipinya.
Kemudian kuberi hadiah untuknya,
“Ini dengerin deh?”, kuambil handphoneku dan earphoneku.
[LINK SOUNDCLOUD]
<iframe width="100%" height="166"
scrolling="no" frameborder="no"
src="https://w.soundcloud.com/player/?url=https%3A//api.soundcloud.com/tracks/117376323"></iframe> (INI LAGU CIPTAAN SAYA SENDIRI BUAT SHANIA).
Shania tersenyum dan terlihat begitu bahagia mendengarkan lagu yang aku
tulis untuknya.
-END-
akhirnya dimuat juga, alhamdulillah...
ReplyDeletebrhubung link k soundcloud nya tidak berhasil, link lagu buat shania nya saya tulis disini yaaa...
http://soundcloud.com/funnyleech/teruntuk-shania-soundtrack-of
boleh di copas nggak ??
Deleteshare link aja meen, jangan copas
DeleteMantapp banget gan fanfictnyaaaa
Deletethnks bro hehehe
DeleteKeren
ReplyDeletethanks brooo :D
DeletePuji tuhan, Gak nyangka pinter menghayal ini gembul sebiji, kegereja gih
ReplyDeletewah sial account anonim jd nggatau siapa nih hahahha
Deletethabks bro, dan selamat berdelusi
ternyata banyak yang suka ya, syukurlah hehe :D :-)
ReplyDeleteKetawa-ketawa sendiri :) Wah Gile dari sekian banyak ff yang paling bikin gw ketawa , gregetan cuman ini .. Mantap ni TS nya .. Lanjut yah .. Kalo Bikin FF Lagi nama ane masukin yah :d
ReplyDeletegregetan gmna bro :D
Deleteasikan juga tokohnya anonim gini biar yg baca pd delusi semua hahaha.. jangan lupa check lagunya ya d soundcloud
com/funnyleech
Wahhh,delusi yang membuat pikiran kmna2 ini :D asik nih jln crtanya
ReplyDeletehehehe, thanks bro... ide dari awal waktu nulis emg mau bikin yg baca bias ngrasain jd tokoh utamanya, so.... selamat delusi :p
Deletesumpah dah yg buat ini delusi tingkat dewa tapi kereeeeeeeeeeen banget ><
ReplyDeletethanks bro hehehe
DeleteSumpah keren abis, bikin yg laen lgi min :D (y) i like it
ReplyDeletemaunya sih gitu, tp kemaren mau bikin lagi tp idenya habis.. doain aja moga2 ada ide cemerlang buat bikin lagi hehehe -p~
Deletekereeem sumpah, bikin terbawa suasana... jadi terharuu
ReplyDeletehehehe, thanks bro..
Deleteudah dengerin lagunya belum? biar lebih terbawa suasana lagi :p
http://soundcloud.com/funnyleech/teruntuk-shania
Keren, tapi dari pengamatan yg bikin abis oshihen ya?, terus ganti rugi nih ane jadi baca ini mulu -_-
ReplyDeletemakasiiiih haha, enggak oshihen kok, masih shania dan tetap shania :p
DeleteDitunggu cerita selanjutnya ya.... semoga dapet ide yg lebih bagus dari ini...
ReplyDeletesemoga bro :D hehehe
Deletekeren ini, bisa jadi refrensi bagus kalao dibuat film mungkin alur ceritanya unik .
ReplyDeletehehehe thanks bro :D
DeleteReq. Stella donk
ReplyDeletetunggu ya ;) jangan lupa follow saya @funnyleech
DeleteWaaah aku baru baca,bagus banget nih beneran bacanya nggak bosen >< kereeeenn d(>…<)b
ReplyDeletethanks bro
Deleteasuw. . .gue baru baca nih dan waw istimewa! wkwk
ReplyDeletemanteb lah ceritanya jadi delusi stadium akhir nih gue haha
good job bro, di tunggu tulisan lainnya :d
asik kan? thanks bro :D jgn lupa follow saya @funnyleech :D
DeleteMaaf cma kritik doang pak...
ReplyDeleteDi cerita tersebut shania belum mengetahui nama tokoh utamanya wkwkwwk
wkwkwk ya ceritanya udah tau lah, emg sengaja tokoh utamanya gada namanya biar kalian bisa berdelusi sesuka hati :D
Deletekerren dah..
ReplyDeletethanks bro :-)
DeleteKEREN BANGET GAN GUA UDH BACA FF INI BERKALI" GUA BACA FF INI
ReplyDeletehttps://m.facebook.com/profile.php?id=1389306611345906
ReplyDeletekeren bro sering2 bikin kaya gini aja ya , lanjutkan karya lu broo ,
ReplyDeleteKeren beneran ini FF, apalagi bacanya sambil dengerin lagunya (h)
ReplyDelete