Sebelumnya saya hanya mengingatkan, bahwa ini hanya cerita fiktif
belaka. Tidak nyata dan hanya delusi positif seorang fans dan kadang
suka agak lebay, jadi bila ada kata-kata yang tidak enak dihati mohon
dimaafkan karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik tuhan. So happy
reading ^.^
Perkenalkan
namaku Niko, saat ini aku
duduk dibangku kelas 8 SMP, sifatku baik, ramah, tidak tegaan kalau sama
cewek, tampilanku cool, keren, modis, kece, cowok idola cewek
disekolah, mau adik kelas, seangkatan, kakak kelas, semua tertarik
padaku :v Aku mempunyai seorang adik perempuan namanya
Shania, kami hanya tinggal berdua saja. Orangtua ? Orangtua kami sudah
tenang dialam sana :)
Hari ini tanggal 27 Juni 2010. Ya! Hari
ini adalah ulang tahunku dan Shania, aku baru berusia 14 tahun sedangkan
Shania 11 tahun. Aku sangat sayang padanya, bahkan jika demi
kebahagiaannya aku rela menghabiskan seluruh uang tabunganku yang dari
dulu aku kumpulkan untuk sebuah gundam yang sangat aku inginkan. "Ekhm,
permisi sekarang tanggal berapa ya? Hihi" ucap seseorang dibelakangku
yang membuyarkan semua lamunanku. "Heh, kamu ini ngapain disitu ?"
ucapku pada adikku. "Aku hanya mau bertanya, sekarang tanggal berapa ?"
ucapnya sambil tertawa kecil. "Oh itu, sekarang tanggal 27 Juni 2010
hari minggu jam 12.00 dan sudah lengkap semua ?" jawabku yang pura-pura
tidak ingat dengan hari ulang tahunnya. "Hmm, masih ada lagi tau!"
ucapnya setengah teriak. "Apa ?" tanyaku. "Hari ini ulang tahun aku dan
kamu kakak!" ucap Shania dan kali ini teriakannya cukup keras. "Ohaha
itu ya, selamat ulang tahun Shania. Sudah besar rupanya adikku ini"
ucapku. "Hanya itu ?" ucap Shania. "Hanya itu ? Apa maksudmu ?" tanyaku.
"Iya, apakah hanya itu saja ?" balas Shania. "Apakah hanya itu saja ?
Oh aku mengerti, baiklah kau mau apa dariku ?" ucapku sambil mendekat
padanya. "Hmm itu kau mengerti, aku mau apa ya ? Haha" ucap Shania. "Mau
apa ? Cepatlah aku tak punya banyak waktu" ucapku sambil membalikan
badan sambil membaca komik. "Aku hanya ingin..." ucap Shania. "Apa ?"
tanyaku dan menghadap kepadanya. "Aku hanya ingin kakak berjanji untuk
selalu disini, bersamaku, menemaniku. Berjanji ?" ucap Shania sambil
memelukku. "Itu sudah pasti Shania" ucapku dan membalas pelukannya itu.
"Janji ?" tanya Shania, "Iya janji. Kamu juga harus berjanji padaku"
ucapku. "Apa kak ?" tanya Shania. "Janji yang sama" ucapku. "Iya kak aku
berjanji" ucap Shania dengan tangan yang masih memelukku.
Hari pembagian rapot kenaikan kelas
untukku dan kelulusan untuk Shania tiba, tepatnya tanggal 21 Desember
2010. Aku yang menjadi wali untuk Shania, sementara itu rapotku diambil
oleh pamanku dari Solo, pamaku satu-satunya yang aku miliki saat ini.
Setiap ada acara disekolah paman selalu ke Jakarta untuk memenuhi acara
itu, aku sudah beberapakali berbicara padanya agar tidak usah datang
tapi ia selalu saja datang.
Acara pengambilan rapot selesai, Shania
lulus dan meraih ranking 1 dikelasnya. Aku tidak kaget lagi kalau ia
ranking 1, karena itu sudah sering didapatnya saat ia kelas 1 SD dan
sampai sekarang ini. Aku juga naik kelas ke kelas 9 SMP, tapi aku hanya
meraih ranking 2 dikelas. Sampai nya dirumahku, paman sudah ada distasiun
untuk pulang ke Solo, ia menitipkan uang untuk kami. Iya setiap 1 bulan
paman selalu mengirimkan uang, tidak hanya uang saja. Bahkan jika Shania
rindu pada semua foto yang ada disana, paman selalu mengirimkannya.
Shania, Shania, kamu masih terlalu polos untuk menerima semua ini.
"Kakak, aku dapat ranking berapa ?" ucap Shania. "Ranking ? Kau saja
tidak lulus!" ucapku berbohong padanya. "Aku tidak lulus ? Benarkah ? Ah
maafkan aku kak, aku sudah membuat kakak kecewa" ucap Shania sambil
menangis. "Eh, kamu ngapain nangis ? Tidak, aku hanya bercanda. Kau
lulus dan mendapat ranking 1 seperti biasa" ucapku. "Wahh yang benar ?
Terimakasih Tuhan" ucap Shania sambil menghapus air matanya "Senyum
dong" ucapku. "Iya iya hehe, eh kakak ? Dapat ranking berapa ?" tanya
Shania. "Aku.. aa.. aku hanya mendapat ranking 2" ucapku. "Yaahahaha
sudah kuduga itu, berarti aku boleh meminta 20 permintaan dan kau harus
menurutinya benar kak ?" ucap Shania. "Hah ? Apa-apaan ini ? Kenapa
selalu kamu ? Kapan giliranku ?" ucapku yang jengkel, ya memang setiap
ada pembagian rapot dan salah satu ranking dari kami lebih tinggi, itu
boleh meminta 20 permintaan apa saja dan yang terendah harus
menurutinya. Ini adalah hal gila yang selalu kami lakukan saat liburan
sekolah, dan sudah 5 tahun ini aku selalu kalah. "Giliranmu ya kak ? Hmm
giliranmu saat rankingmu berada diatas ranking ku :p" ucap Shania
sambil menjulurkan lidahnya. "Hmm yasudahlah, apa permintaan pertamamu
?" ucapku. "Permintaan pertamaku aku ingin kakak berjanji padaku untuk
selalu bersamaku disini" bisik Shania sambil berlari menuju kamarnya.
"Iya aku berjanji!!" ucapku teriak dan hanya tersenyum melihat
tingkahnya itu. Saat malam hari aku lihat ke kamarnya,
ia sudah tertidur pulas dengan meja belajarnya yang berantakan. Aku
merapihkannya dan menulis surat untuknya.
Untuk Shania tersayang.
Lain kali jika sudah belajar jangan lupa dirapihkan kembali buku-bukunya ya... Aku sayang kamu.
Niko.
Aku segera menuju kamarku dan tidur,
esok pagi tepatnya tanggal 22 Desember 2010 aku sudah melihat meja makan
terisi penuh dengan roti, selai, segelas susu segar, dan sepucuk surat.
Aku langsung mandi dan segera ke meja makan untuk membaca surat itu.
Untuk kakak Niko tersayang.
Suratmu sudah aku baca, iya lain kali
aku rapihkan, aku juga sayang kakak. Eh iya kak, mungkin setiap pagi
aku akan kerumah temanku untuk bermain. Katanya ia akan pindah ke Pekan
Baru dan bersekolah disana, makanya aku ingin bermain bersamanya sampai
ia berangkat ke Pekan Baru. Boleh kan kak ? Oh iya permintaan kedua
dariku, aku ingin kakak berjanji untuk selalu bersamaku disini ^.^
Shania.
Itulah isi surat itu, aku hanya tersenyum membacanya. "Iya aku berjanji
Shania" ucapku didalam hati. Shania, satu nama indah yang aku miliki,
seorang gadis polos yang selalu mewarnai hari-hariku dengan senyumnya.
Aku akan melakukan apa saja demi dirinya, demi seorang gadis polos yang
aku sayangi.
***
Hari itu aku menghabiskan waktu dirumah,
bermain game, membaca, menonton pokoknya untuk menghilangkan rasa bete.
Tak terasa hari sudah sore, aku masih menunggu Shania pulang. Aku
menunggu di meja makan, karena ini sudah waktunya makan. "Selamat sore
kakak, hari yang menyenangkan ya haha" ucap Shania sambil
menghampiriku. "Sore. Iya, bagimu menyenangkan. Bagiku membosankan, aku
disini sendiri dan kau malah asik bermain-_-" ucapku. "Hehehe, bosan
kenapa sih ?? Eh iya kak, permintaan kedua dariku apa sudah dibaca ?"
tanyanya. "Bosan saja, iya sudah. Iya aku janji kok. Apa gak ada
permintaan lain selain itu ?" tanyaku. "Tidak ada, memang kenapa ?
Suka-suka aku dong" ucapnya. "Haah yasudah terserah kau saja, sekarang
cepat mandi dan habis itu kita makan bareng" ucapku. "Oke kakak" ucapnya
sambil berjalan menuju kamarnya. "Nah kalau udah mandi kan jadi wangi,
gak bau kayak tadi" ucapku meledek Shania yang sedang berjalan menuju
meja makan. "Yee gak mandi juga aku tetep cantik kok" ucap Shania. "Pede
kamu, haha" ucapku. "Udah, sekarang aku mau makan dulu. Ngomongnya
nanti saja" ucap Shania. "Iyedah iye" jawabku. Setelah makan kami hanya
bermain video game, sesekali membaca komik. Malamnya aku langsung ke
kamarku karena bosan di ruang tengah, Shania juga langsung tidur.
1 Januari 2011 "Hoaamm, selamat pagi dunia! Selamat tahun baru! Selamat
tahun baru kakak Niko!!" ucap Shania di kamarku. "Hmm, masih pagi tau
Shan, udah teriak-teriak aja" ucapku dengan mata masih menutup. "Eh,
ngapain kamu disini ?" ucapku lagi, kali ini kedua mataku terbuka
melihat Shania tiba-tiba di kamarku. "Hehe, habis tadi pintunya gak
dikunci sih. Jadi aku langsung masuk deh" kata Shania."Hmm" ucapku dan
kembali tertidur. "Ehh kak, kok tidur lagi ? Mau tau permintaanku hari
ini tidak ?" ucap Shania. "Apa ?" ucapku yang masih memeluk guling.
"Kakak harus berjanji untuk selalu bersamaku disini" ucap Shania
berbisik dan berlari keluar kamar. Aku hanya tersenyum melihat tingkah
adikku itu, sudah 11 permintaan yang sama ia lontarkan padaku. Berbeda
dengan 20 permintaan-permintaan sebelumnya. Kadang aku berfikir untuk
apa Shania meminta hal itu ? Kalaupun ia takut aku tinggalkan, untuk apa
juga aku meninggalkannya ? "Aku akan selalu disini, bersamamu. Kau tahu
itu Shania" gumamku, lalu aku kembali tidur karena Shania sedang keluar
rumah sepertinya ia pergi bermain. Sore hari, aku bangun dan langsung
pergi mandi habis itu makan. Aku tidak menunggu Shania karena perutku
sudah tidak bisa berkompromi lagi, saat dimeja makan aku melahap habis 2
lembar roti selai itu. Saat aku meminum susu tiba-tiba aku menyemburkan
susu yang dimulutku ke depan, kulihat Shania pulang dengan keadaan
basah kuyup. "Shan, kamu kenapa ?" tanyaku. "Ini kak, tadi waktu mau
pulang aku nendang kaleng dijalan gitu. Terus kalengnya mantul, ke injek
sama aku jadi aja jatuh ke kolam di taman" ucap Shania sambil merengut
kesal. "Wahaha, makanya jangan nakal-nakal kalau di jalan hahaha" ucapku
sambil tertawa. "Ihh malah diketawain, awas ya" ucap Shania sambil
mengambil gelas susu milikku. "Eh, eh itu punya siapa ? Main ambil aja"
ucapku. "Biarin, haus nih" ucap Shania. "Yasudah mandi sana, badanmu
lengket. Bau ikan lagi, haha" ucapku mentroll dia. "Iya, iya bawel"
ucapnya sambil berjalan menuju kamar mandi. Malamnya "Shan ? Boleh masuk
gak ?" ucapku didepan kamarnya. "Masuk aja kali, gak dikunci kok" ucap
Shania. "Shan, laper nih. Kamu masak kek, atau apa inisiatif kek" ucapku
sambil duduk di atas tempat tidur Shania. "Jadi kakak ke kamarku hanya
untuk meminta makan ? Haah, aku kira ada apa. Beli saja di depan,
biasanya ada tukang nasi goreng kan" balas Shania. "Yaelah kamu ini,
cewek bukan sih ? Masa gak bisa masak ? Pantas tidak ada yang mau
denganmu haha" ucapku. "Yee aku bisa masak tau, tapi aku tidak mau
sombong, jadi aku tidak keluarkan kemampuanku. Lah kakak sendiri ? Gak
laku. Haha" ucap Shania membela dirinya sendiri. "ahh, yasudah gak jadi.
Kamu cepetan tidur, udah malam" ucapku sambil berjalan keluar kamarnya.
"Iya kak" balas Shania.
10 Januari 2011 hari pertama Shania masuk SMP, ia didaftarkan di SMP
yang sama denganku. Sudah 19 pertanyaan permintaan yang sama ia
lontarkan padaku, tapi tadi pagi Shania tak meminta 1 hal lagi padaku.
Saat istirahat aku akan bertanya padanya, aku harap 1 permintaan itu
berbeda dengan 19 pertanyaan sebelumnya. Hari ini bosen banget di kelas~
"Nik, istirahat nanti ke kantin bareng yuk ?" ucap Cindy. "Hah ? Eh iya
boleh, tapi nanti kamu tunggu dulu di kelas. Aku mau ke kelas adikku
dulu" ucapku. "Okedeh" balasnya sambil berjalan kearah teman-temannya.
Iya namanya Cindy Yuvia, biasanya dipanggil Yupi. Cewek favorite di
sekolah. Banyak laki-laki yang memujanya. Ia mantan pacarku, saat aku
berpacaran dengannya banyak sekali yang bilang bahwa aku laki-laki yang
beruntung bisa mendapatkannya, bahkan kami dibilang best couple. Ya gue
akuin lah itu fakta, gue kan emang cowok keren disekolah :v Aku sempat
risih dengan sikap Yupi, aku
memutuskan hubungan dengannya waktu itu karena Yupi terlalu manja
bagiku. Saat kelas 8 kami memang tidak sekelas tapi saat kelas 9 semua
murid pindah kelas sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh kepala
sekolah, dan aku sekelas dengan Yupi. Jam istirahat tiba, aku segera
datang ke kelas Shania. Sampai di kelasnya Shania. "Maaf kak cari siapa
ya ?" ucap seorang gadis padaku. "Eh ini, aku cari Shania ada gak ?"
tanyaku. "Oh, Shania ya. Shania Junianatha bukan ?" tanya gadis itu
lagi. "Iya Shania Junianatha, kamu temannya ?" tanyaku lagi. "Iya aku
teman sekelasnya, Shania lagi ke kantin kayaknya. Kalau boleh tau kakak
siapa ya ?" tanya gadis itu lagi. "Aku kakaknya, namaku Niko dari kelas
9. Nah kamu ? Namanya siapa ?" tanyaku. "Oh kak Niko ya, aku Nabilah
kak" jawabnya. "Nabilah ya, salam kenal ya Nabilah" ucapku. "Ekhm, ekhm.
Ada yang lagi godain adik kelas nih" ucap Shania. "Eh kamu Shan, siapa
yang lagi godain ? Aku kesini cari kamu tau" jawabku. "Oh cari aku toh,
emang ada apa ?" tanya Shania. "Aku mau ngomong sama kamu, tapi di
kantin ya ?" pintaku. "Hmm iyadeh boleh" ucap Shania. "Eh Nabilah mau
ikut gak ?" tawarku. "Eh enggak kak, makasih" ucap Nabilah sambil
berjalan menuju tempat duduknya. "Udah deh, gak usah modusin Nabilah
mulu. Ayo ke kantin" ucap Shania sambil menarik tanganku. "Eh iya, iya
sabar dikit napa" balasku.
Sampainya di Kantin "Shan, kamu baru ngasih 19 permintaan. Satu lagi
mana ?" tanyaku. "Oh itu toh, satu lagi aku simpan untuk nanti saja ya
haha" jawab Shania. "Yaelah perjanjiannya kan selama liburan, tapi ini
satu permintaan lagi jadi gak apa-apa deh. Eh temanmu yang tadi itu
punya kakak gak ? Siapa tau bisa dikenalin gitu haha" ucapku. "Temanku ?
Nabilah maksudnya ? Waktu dia cerita sih katanya punya, kakak
perempuan. Satu udah tunangan" ucap Shania. "Hah ? Tunangan ? Yaelah
Shan, gak usah bilang kalo gitu" ucapku. "Ishh aku belum selesai bicara.
Kakak perempuan, satu udah tunangan satu lagi aku gak tau" jelas
Shania. "Niko, ternyata kamu disini" teriak Yupi. "Waahhh Shan, itu si
Yupi malah nyusul kemari" ucapku. "Itu siapa kak ? Yupi ? Kakak kira
dia permen apa?" ucap Shania. "Emang namanya Yupi. Cindy Yuvia, ada lah
pokoknya" ucapku. "Hai... Eh ini yang namanya Shania ya ? Wah cantik ya"
ucap Yupi. "Iya kak, aku Shania. Makasih kak hehe" ucap Shania. "Iya,
eh kenalin aku Cindy Yuvia. Panggil aja Yupi ya, aku mantan pacarnya
Niko" jelas Yupi. "Eh, gak usah dijelasin napa" ucapku. "Ohaha,
mantannya toh. Tapi kalian akur ya, biasanya kalau udah jadi mantan itu
suka musuhan haha" ucap Shania. "Iya kita kan pdkt lagi, iya gak Nik ?"
ucap Yupi. "Eh apaan, enggak juga" ucapku. "Eh yaudah, Shania ke kelas
dulu ya. Babay kak Niko" ucap Shania sambil pergi meninggalkan aku. "Eh
Shan. Tunggu!! Pulang bareng yaa??" teriakku. "Aku mau ke rumah
Nabilah!!" balas Shania. "Aku ikut!!" pintaku. "Iya terserah!" Jawab
Shania. "Eh yupi, ke kelas aja dah, bosen disini" ucapku. "Iya terserah
katamu aja ya Nikoo" ucap Yupi. Teng.. Teng.. Teng.. kebetulan bel masuk
juga berbunyi, aku segera menuju kelas bareng si Yupi cerewet ini -_-
Tidak terasa bel pulang sekolah berbunyi, aku segera ke kelas Shania.
"Eh kak Niko, kata Shania kakak mau ikut kerumahku ya ??" tanya
Nabilah. "Eh, iya gak apa-apa kan ? Hehe"ucapku. "Iya gak apa-apa dong
kak" ucap Nabilah. "Eh kalian, lama nunggu ya ?" ucap Shania. "Eh enggak
kok, aku baru aja kesini. Berangkat sekarang yok" ucapku sambil menarik
tangan Nabilah dan Shania. "Eh, sabar kak. Nabilah masih ada piket"
ucap Nabilah sambil menghentikan langkahnya. "Iya, kak Niko katanya
pengen dikenalin sama kakak kamu Bil" ucap Shania. "Eh Shan, kamu
ngomong apa sih" gerutuku. "Lah bukanya tadi kakak" belum sempat Shania
menyelesaikan perkataannya aku menutup mulutnya dengan tanganku.
"Nabilah, cepetan piketnya yaa" ucapku, Nabilah berjalan menuju kelas
sambil tertawa kecil. Tiba-tiba Shania mengigitku "Aww, apaan sih Shan.
Sakit tau!" ucapku. "Abis, tanganmu bau ikan asin kak! Hahaha" ucap
Shania sambil berlari. "Eh awas ya kamu, kalau ketangkap aku cubit nih!"
teriakku sambil mengejar Shania. "Ayo sinii, haha" ucap Shania. Lama
sudah kami bermain kejar-kejaran, terlihat Nabilah keluar kelas. "Huuhh
capeknyaaa, eh Nabilah udah selesai ya ? Yuk kerumah kamu" ucap Shania.
"Iya udah kok, yuk" ucap Nabilah. "Nahh, kena kamu anak nakal!" ucapku
sambil mencubit Shania. "Aww, sakit tau kak!" ucap Shania sambil menepis
tanganku dari wajahnya. "Ehehe, abis tadi kamu songong sih" ucapku.
"Sudah, sudah. Ayo, keburu panas lagi nih" ucap Nabilah. "Iya" ucapku
dan Shania. Sepanjang perjalanan kami hanya tertawa, bercanda, sesekali
aku mentroll Shania. Begitu juga sebaliknya. Nabilah yang sesekali
tertawa melihat tingkah kami berdua, kadang aku merasa terasingkan jika
mereka berdua sedang membicarakan hal-hal kesukaan wanita. Bosan~
"Sudah sampai ya ?" ucap Shania. "Iya, eh Shan. Kakakmu, mau kemana tuh
?" ucap Nabilah. Aku memang jalan terlebih dahulu, sambil membaca komik
dan mendengarkan MP3. Karena aku hanya dikacangin oleh mereka berdua.
"Wah iya tuh, kak Niko! Mau kemanaa ??" teriak Shania. "Eh, kalian
kenapa berhenti ?" ucapku. Shania dan Nabilah hanya tertawa. "Loh ?
Malah ketawa ? Sini cepet!" ucapku. "Kamu mau kemana kak ? Orang ini
rumahnya, hahaha" ucap Shania. "Waduh, keasikan sih tadi. Yaudah tunggu
aku!" teriakku sambil berlari kearah mereka. "Huhh, capek nyaa.."
ucapku. "Hahahhaha" Shania dan Nabilah hanya tertawa. "Hei, ada apa
ribut-ribut ?" ucap seorang gadis didepan rumah Nabilah. "Cantik, manis,
agak sedikit pendek tapi itu tak masalah. Apa itu Frieska ?" gumamku.
"Eh iya kak, ini teman-teman Nabilah mau main boleh kan ?" ucap Nabilah.
"Tentu saja, ajak masuk sini Bil" ucapnya. Aku terus melihatnya dengan
mulut menganga. "Woy, itu kak Melody. Cantik kan ? Haha" ucap Shania
berbisik. "Sial, ternyata itu yang namanya Melody" ucapku. Sampai
didalam rumahnya, "Nah silahkan duduk oh iya nama kalian siapa ?" tanya
Melody. "Aku Shania dan ini kakakku Niko. Salam kenal ya kak" ucap
Shania, aku mengangguk. "Oh iya iya, Shania dan Niko ya. Aku Melody,
salam kenal juga yaa" ucapnya. "Nabilah bawakan minuman segar ya untuk
mereka, kakak keatas dulu" ucap Melody. "Iya kak, Shania, kak Niko,
tunggu sebentar ya" ucap Nabilah. Terlihat seorang gadis turun dari
tangga dan menghampiri kami, cantik! Sangat cantik. "Hai, aku Frieska.
Kalian temannya Nabilah ya ?" ucapnya sambil duduk disebelah Shania.
"Iya kak, aku Shania dan ini kakakku" belum selesai Shania bicara aku
sudah memotongnya. "Eh iya, aku Niko kakakknya Shania. Salam kenal
Frieska" ucapku. "Kakak! Jangan malu-maluin deh" ucap Shania berbisik
seraya mencubit kakiku. "Aw, eh sakit tau!" ucapku. Frieska hanya
tertawa kecil. "Eh Shan, geser dong disini gak empuk nih sofanya" ucapku
yang berusaha modus ini. "Ah kamu ini kak" ucap Shania seraya bergeser.
"Nah, ini minumannya. Maaf lama menunggu" ucap Nabilah. "Wah, makasih
Bil" ucap Shania. "Iya makasih ya Nabilah cantik, kayak kakaknya *eh
._." ucapku, seisi ruangan hanya tertawa. "Bil, kakak mau ngomong" ucap
Frieska. "Ngomong aja kali kak" balas Nabilah. "Itu... emm ini Bil,
boneka mu. Telinganya robek, ini salahku. Maaf ya Bil" ucap Frieska
sambil memperlihatkan boneka kelinci Nabilah yang robek itu. "Apa kak ?
Kenapa bisa ? Aku benci kakak! Kakak jahat!" ucap Nabilah dan berlari ke
halaman belakang. "Tunggu Bil" ucap Frieska yang ingin mengejarnya.
"Fries, udah sini sama aku aja" ucapku sambil menahan tangannya. "Tapi
Nik ??" tanya Frieska. "Udah gak apa-apa, mana sini bonekanya ?" ucapku.
"Ini, tolong ya Nik" ucapnya. "Iya" ucapku sambil menyusul Nabilah.
"Adik manis, kok nangis sih ??" ucapku sambil ikut duduk disisinya. "Aku
benci kak Frieska!" ucap Nabilah. "Loh, kok gitu ? Dia kan kakakmu,
lagipula pasti dia gak sengaja merobek telinga bonekamu itu" ucapku.
"Tapi itu boneka kesayanganku kak! Apa kakak bisa memperbaikinya ?
Jangan hanya membujukku seperti itu!" ucap Nabilah. "Hmm, kamu sudah
cukup dewasa. Gak boleh nangis lagi, apalagi menyimpan dendam pada
kakakmu. Tidak baik itu Bil, nah kalau aku bisa memperbaikinya apa kamu
mau maafin Frieska ?" ucapku. "Iyadeh kak" ucap Nabilah. "Janji ya ? Oke
tunggu sebentar" ucapku, aku kembali menuju ruang tamu. "Gimana Nik ?"
tanya Frieska, aku hanya tersenyum dan mengambil tasku lalu kembali ke
halaman. Kebetulan tadi pelajaran kesenian ada menjahit, jadi kebetulan
juga aku bawa alat jahit. Gini-gini juga aku jago ngejahit wkwk. "Nah
Bil, alat-alatnya sudah siap. Kamu tunggu ya" ucapku. "Iya kak" jawab
Nabilah. Setelah beberapa menit "Bil, ini udah gak robek lagi. Buat
nutupin bekas jahitannya mau dikasih pita gimana ?" tawarku. "Boleh kak"
ucap Nabilah. "Kamu mau warna apa ? Pink, Hijau, Oranye, Merah, Ungu,
atau apa ?" tanyaku. "Pink deh, soalnya kan boneka ini warnanya putih.
Hehe" ucap Nabilah. "Oke, bentar ya" balasku. "Nahh, tada!! Sudah jadi,
gimana ??" ucapku. "Wahh kak, ini bagus banget! Lebih bagus dari
sebelumnya! Makasih kak" ucapnya. "Hehe iya, siapa dulu dong Niko gituu
haha" ucapku. "Ini bener bagus banget kak" ucap Nabilah. "Yaudah,
sekarang minta maaf ya sama Frieska. Maafin Frieska juga. Oke ?" ucapku.
"Iya kak, makasih kak" ucapnya memelukku lalu berlari kearah Frieska.
"Hmm, andai itu Frieska haha" gumamku. "Shaniaaa, kenapa kamu tidak
pernah cerita kalau kakakmu pandai sekali menjahit ?" ucap Nabilah.
"Yeh, aku aja gak tau" ucap Shania. "Yaelah kirain tau haha, eh kak
maafin Nabilah ya udah bersikap salah tadi" ucap Nabilah. "Iya, kakak
juga minta maaf ya Bil. Eh Nikonya mana ?" ucap Frieska. "Ada tuh di
halaman, kak aku sama Shania ke atas ya. Masih ada PR nih..." ucap
Nabilah. "Eh iya, iya" ucap Frieska.
***
Saat itu aku hanya duduk di kursi halaman sambil membaca komik
kesukaanku yang selalu aku bawa kemana-mana. "Serius amat bacanya" ucap
seseorang dari belakang. "Eh iya Fries hehe" ucapku. "Ikut duduk boleh
?" tanya Frieska. "Eh iya, boleh. Ini kan rumah mu, harusnya aku yang
meminta izin haha" jawabku. "Bisa saja kamu ini, emm Nik ? Makasih ya"
ucapnya. "Untuk ?" tanyaku. "Iya untuk semuanya, karena kamu, Nabilah
jadi gak marah lagi sama aku" jelasnya. "Eh itu, iya santai aja kali.
Lagian kamu apain sih tu boneka ? Nyampe robek kayak gitu ? Kamu gigitin
ya ? Hahaha" candaku. "Ih kamu ini, bukan gitu. Tadi tuh bonekanya ada
di bawah tempat tidur, pas aku tarik eh telinganya nyangkut. Robek deh"
ucap Frieska. "Hahahha ada-ada saja kamu" ucapku. Frieska hanya ikut
tertawa. Tiba-tiba handphone-ku berbunyi, terlihat ada panggilan dari
kepala sekolah. "Fries, bentar ya" ucapku sambil sedikit memberi jarak
darinya. Cukup lama pembicaraanku dengan kepala sekolah. "Fries, maaf
lama nunggu ya" ucapku."Enggak kok, tadi dari siapa ?" tanya Frieska.
"Kepala sekolah di sekolahku" jawabku. "Kenapa nelepon ?" tanya Frieska.
"Kepala sekolah ngasih kabar baik, tapi buatku ada kabar buruknya juga"
jawabku. "Kabar baik nya ?" tanya Frieska. "Aku terpilih jadi murid
pertukaran di Jepang" ucapku. "Buruknya ?" tanya Frieska. "Aku di Jepang
selama dua tahun, sedangkan aku gak bisa ninggalin Shania selama itu.
Aku kan cuma tinggal berdua sama Shania" jelasku pada Frieska. "Gitu ya,
kita sama dong hehe" jawab Frieska. "Sama ? Maksudnya ?" tanyaku. "Iya
sama, aku juga terpilih jadi murid pertukaran di Jepang dari sekolahku"
jawabnya. "Terus ? Pilihan kamu gimana ?" tanyaku. "Ya aku sih mau
banget, kak Melody sama Nabilah juga udah setuju" jawab Frieska. "Hmm,
gitu ya" balasku. "Kamu gimana ?" tanya Frieska. "Gatau deh" jawabku.
"Emm gimana kalau Shania tinggal bareng kak Melody sama Nabilah ?" tanya
Frieska. "Ah kamu ini ngaco, emang Shania mau ?" jawabku. "Apa salahnya
dicoba ? Tanggal 14 kita berangkat kan ? Kita satu sekolah kan di
Jepang ?" tanya Frieska. "Katanya sih gitu, yaudah nanti aku ngomong
sama Shania ya" jawabku. "Oke nanti kabarin aku ya" ucap Frieska. "Hey
kak, pulang yuk ? Udah mau sore nihh" ucap Shania dari belakang. "Eh,
iya Shan. Pamit dulu sana" ucapku. "Iya kak. Kak Frieska, Nabilah kita
pamit pulang ya, terimakasih maaf kalau merepotkan hehe" ucap Shania.
"Enggak repot kok Shan, sering-sering main kesini yaa" ucap Frieska.
"Iya Shan" lanjut Nabilah. "Iya, terimakasih kak" ucap Shania seraya
berjalan ke arahku. "Kalian udah mau pulang ya ?" ucap Melody. "Iya kak,
hehe" ucap Shania. "Yaudah, kak Melody, Nabilah. Kita pamit ya" ucapku.
"Iya, hati-hati dijalan ya" ucap Melody. "Iya kak, eh Fries ?" tanyaku.
"Iya ?" tanya Frieska. Aku hanya tersenyum sambil berjalan menuju arah
pulang, Frieska terlihat tersipu haha
Sampainya
dirumah. "Shan, kakak mau ngomong sama kamu sebentar" ucapku. "Ngomong
apa kak ? Kayaknya serius, apa kakak udah jadian ya sama kak Frieska ?"
jawab Shania. "Shan, aku serius" ucapku. "Oke kak oke, mau ngomong
apasih kakakku sayang ??" ucap Shania. "Aku mau ke Jepang" ucapku. "Apa
kak ? Kakak bohong kan ?" tanya Shania. "Ini bener, kakak dipilih jadi
murid pertukaran di Jepang. Dan kebetulan sama dengan Frieska, jadi
selama aku di Jepang kamu tinggal dengan Nabilah dan kak Melody ya ?? Oh
iya, tanggal 14 aku berangkat dan selama 2 minggu kelas 8 dan 7 akan
diliburkan. Jadi anggap saja kamu liburan dirumah Nabilah. Gimana ?"
tanyaku. "Tanpamu ?" ucap Shania. "Tanpa aku ? Apa maksudmu ?" tanyaku.
"Iya, liburan tanpamu ? Selama ini kita selalu liburan bersama,
melakukan hal konyol, bodoh, dan semuanya bersama!" jawab Shania, air
matanya mulai jatuh. "Tapi Shan.." "Berapa lama kakak di Jepang ?" ucap
Shania memotong kataku. "Dua tahun" ucapku. "Dua tahun ? Kakak tau kan
kalau aku gak bisa tanpa kakak sehari aja! Ini ? Apalagi dua tahun! Aku
gak mau kak, aku gak setuju kakak ke Jepang!" ucap Shania dan ia berlari
ke kamarnya. "Shania ? Kamu marah ya sama kakak ?" ucapku di depan
kamarnya. "Tanya saja pada diri kakak sendiri!" ucap Shania. "Shania,
kamu tau kan kalau dari kecil kakak ingin banget ke Jepang.
Berjalan-jalan, ke toko Gundam, dan ini kesempatan buat kakak kesana"
jelasku, Shania tidak menjawab. "Shania ??" ucapku. "Pergi saja sana!
Aku gak peduli! Yang lama sekalian! Lebih dari dua tahun kalau perlu!"
teriak Shania. "Aku tidak mendengarmu!" ucapku. Besoknya aku coba
menghubungi Frieska. "Halo Fries ?" sapaku. "Halo Nik, gimana Shania ?
Dia mau gak ?" tanya Frieska. "Aku gatau pasti sih, tapi aku sudah
pastikan kalau aku akan ikut ke Jepang" ucapku. "Wah bagus kalau gitu,
eh Nik udah dulu ya, aku mau pergi soalnya" ucap Frieska. "Pergi kemana
?" ucapku. "Gatau tuh, Nabilah haha" ucap Frieska. "Oh, oke hati-hati
ya" ucapku. Setelah selesai mandi aku lihat pintu kamar Shania masih
tertutup, tapi di meja makan sudah ada nasi goreng. "Hmm, kemarin marah
sekarang ? Berubah gini" gumamku. "Shaniaa, ini untukku ??" teriakku.
"Bukan!" jawab Shania. "Lalu ? Untuk siapa ?" tanyaku. "Tadi aku
masaknya kelebihan! Jadi aku simpan disitu, siapa tau dimakan kucing
garong!" jawab Shania. "Alaahh, jangan gitu deh Shan. Masa aku disamain
kayak kucing garong, ngaku deh ini buat aku kan ? Haha, yasudah
terimakasih" ucapku, Shania tidak menjawab. Hari sudah sore, aku
mempersiapkan barang-barang untuk ke Jepang. Shania masih mengunci diri
di kamarnya. Setelah semua selesai, aku langsung turun kebawah. "Shania,
kamu tau gak ? Kakak punya buku hai miiko yang baru lohh, kamu mau baca
gak ??" ucapku. "Gak mau!" jawab Shania. "Yaudah kalau gak mau, aku
taruh di meja ya kalau kamu mau baca" ucapku dan kembali ke kamar. Tak
lama aku di kamar, aku kembali turun kebawah dan... ternyata benar,
Shania sedang membaca buku itu di ruang tengah. Aku mencoba berada di
belakangnya tanpa dia mengetahuinya. "Maaf, bukan maksud mau ngeganggu.
Tapi jangan serius amat bacanya" ucapku dari belakang. "Kakak ?! Sejak
kapan disitu ?" tanya Shania dengan gugup. "Sejak kamu membacanya"
ucapku. "Ternyata benar dugaanku, kamu pasti membacanya" tambahku. "Eh,
i..inii enggak, akuu, aku cuma liat aja" jawab Shania. "Oh cuma liat
aja, yaudah siniin aku mau baca" ucapku sambil merebut buku darinya. "Eh
tapi kak" jawab Shania. "Sudah, aku keatas dulu yaa. Haha" ucapku dan
berlalu ke atas. "Kakak jadi ke Jepang ?" ucap Shania dari bawah. "Hmm" aku mengangguk, Shania kembali ke kamarnya.
14 Januari 2011 Shania masih saja cuek padaku. "Shan ?
Kakak berangkat nanti malam, kamu mau ikut mengantar ??" tanyaku pelan.
"Pergi saja! Aku gak mau ikut nganter! Aku gak peduli!" jawab Shania.
"Shania... aku.... Yasudahlah, terserah kamu saja" ucapku. Di kamar aku
hanya melihat barang-barangku yang sudah aku siapkan dari jauh-jauh
hari, di meja belajarku terdapat foto aku, Shania, dan kedua orang
tuaku. Terlihat aku yang baru berusia 4 tahun dan Shania 2 tahun, ah
aku
rindu sekali pada orang tuaku. Saat
sore hari aku bersiap berangkat ke rumah Frieska tanpa memberitahu
Shania. Sampainya di rumah Frieska, aku bertemu dengan satpamnya. Gilee,
mukanya serem banget bro.... "Cari siapa mas ?" tanya satpam itu. "Eh,
ini. Saya cari Frieska ada ?" jawabku. "Oh mas Niko ya ? Non Frieska
sudah menunggu di halaman belakang" ucapnya. "Oh iya makasih pak, saya
ke dalam dulu ya" ucapku. "Fries ? Lama nunggu ya ?" ucapku. "Eh engga
kok, gimana Shania ?" tanya Frieska. "Gatau nih, yaudah gak usah
difikirin sama kamu ya Fries. Eh yang di depan satpam baru ya ?"
tanyaku. "Iya, kenapa ??" tanya Frieska. "Enggak hehe, eh berangkat
sekarang yok" ajakku. "Iya, tapi kak Melody sama Nabilah belakangan.
Jadi kita naik taksi dulu gak apa-apa kan ?" tanya Frieska. "Oh iya,
oke" ucapku. Didalam perjalanan ke bandara, aku mengirim sms pada
Shania. "Shania cantik ? Masih marah ya sama kakak ? Maafin kakak ya,
sekarang kakak lagi di jalan mau ke bandara. Kak Melody dan Nabilah
nanti menyusul, aku harap kamu ikut mengantar ya" isi sms ku pada
Shania, aku tidak tahu Shania membacanya atau tidak. Yang pasti aku
harap itu yang terbaik. Sampai di bandara, disana banyak guru-guru dari
sekolahnya masing-masing yang ikut ke Jepang, begitu juga dengan guruku.
"Hey, maaf ya kita lama" ucap Melody, ia bersama Nabilah dan seorang
laki-laki. Tinggi, cukup putih, cool, ya sepertinya dia tunangan Melody,
terlihat dari sikapnya yang sesekali memegang tangan Melody. "Eh enggak
kok kak, kita juga baru sampai" ucap Frieska. "Shania ? Gak ikut ?"
tanyaku. "Tadi kami sudah kerumahnya, tapi tidak ada siapa-siapa disana"
ucap laki-laki itu. "Eh Fries, dia siapa sih ?" tanyaku berbisik. "Itu
tunangan kak Melody, keren kan orangnya ? Dewasa lagi" ucap Frieska.
"Apanya yang keren ? Kerenan juga aku, apalagi kalau sama kamu. Jadi
best couple deh haha" ucapku berbisik lagi. "Ih apaan sih kamu" ucap
Frieska. "Eh iya, kak Marka kenalin ini Niko. Niko, ini kak Marka" ucap
Frieska. "Halo, Marka, salam kenal" ucapnya. "Oh iya, Niko. Salam kenal"
ucapku. "Pacarnya Frieska ya ?" ucap laki-laki itu. "Emm, bukan pacar.
Calon pacar lebih tepatnya hahaha" ucapku. "Nikoo, apaan sih" ucap
Frieska. Ternyata pesawat yang akan kami naiki sudah datang dan
penumpang diharapkan segera masuk ke pesawat. "Shania..." ucapku lirih.
"Hey, sabar ya" ucap Frieska, aku hanya tersenyum. Saat berjalan menuju
pintu masuk. "Kakak...!" ucap seseorang dari belakang. Aku segera
berbalik dan itu Shania! "Kakak...." ucap Shania lagi, dan kali ini air
matanya mengalir. "Shania ? Kau datang ?" ucapku. "Kakak!" ucap Shania
sambil berlari kearahku dan memelukku. "Kakak Shania gak mau kakak
pergi" ucap Shania. "Shania, akuu.." "Permintaan ke 20 dariku tolong,
kakak tetap disini. Jangan tinggalkan aku kak" ucap Shania. "Shania, aku
tidak akan lama. Kakak mohon, kamu mengerti" ucapku, Shania hana diam.
"Sudah kalian berangkat saja, biar Shania bersama kami disini" ucap
Melody. "Baik terimakasih" ucapku yang melepaskan pelukan Shania dan
berjalan menuju pintu masuk. "Kakak! Jangan lama! Shania disini nunggu
kakak!" teriak Shania. "Iya! Sampai aku pulang kau harus tetap menunggu
kakak ya!" ucapku. "Iya kak" ucap Shania. "Berjanji ????" teriakku. "Iya
kak! Aku berjanji!" ucap Shania.
Didalam pesawat kami hanya diam, tidak ada sepatah kata
keluar dari mulutku. Aku duduk dengan Frieska, murid lain dengan murid
lain. Dan guru dengan guru. "Aku suka kamu, aku sebenernya suka sama
kamu. Gimana ya ngomongnya, aku suka kamu. Ahh bodoh, sebenernya aku
suka sama kamu" bicaraku sendiri dan ternyata terdengar oleh Frieska.
"Suka sama siapa sih ?" tanya Frieska. "Sama kamu. Ehh" ucapku yang
keceplosan. "Sama aku ? Hmm hahaha" ucap Frieska. "Loh ? Malah ketawa"
ucapku. "Biarin aja" ucap Frieska, aku hanya pura-pura tidur dibahu nya.
"Kamu ini manja ya" ucap Frieska sambil mendorong kepalaku dari
bahunya. "Eh! Sakit tau Fries..." ucapku. "Hmmm" Frieska hanya menghela
nafas dan ia tertidur dibahuku! "Hmm, begini lebih baik" ucapku. Tidak
terasa pesawat yang kami naiki sudah sampai di bandara Jepang, saat
turun dari pesawat, aku segera mengirim email pada Shania. "Shan ? Kakak
udah sampai di Jepang, kamu lagi apa ? Baik-baik aja kan ?" isi
emailku, tapi tak ada balasan dari Shania. Aku langsung mengirim email
pada Nabilah. "Bil, Shania ada ?" isi emailku. "Ada kak, tapi lagi
tidur. Eh kak, tadi Shania cerita banyak hal tentang kakak" balas
Nabilah. "Oh ya ? Gimana dia ceritainnya ?" balasku. "Kakak mau tau
banget ? Hehe" balas Nabilah. "Hmm, yasudah nanti saja ya" balasku.
"Hehe iya kak" balas Nabilah. "Nik, yang lain udah pada naik bis. Kamu
malah asyik sama iPhone-mu itu" ucap Frieska. "Hehe, kamu duluan aja ya.
Lagian bis berangkat 15 menit lagi kok" balasku. "Oke, aku duluan ya"
ucap Frieska sambil berjalan menuju bis. "Eh Fries!" panggilku. "Apa ?"
ucap Frieska. "Duduk bareng ya! Hehe" ucapku. Frieska hanya mengangguk
tersenyum dan masuk kedalam bis. 10 menit berlalu, aku segera masuk
kedalam bis "Ciye yang duduk sendirian aja" ledekku. "Hmmm, sini duduk"
ajak Frieska. "Oke,oke hehe" ucapku sambil duduk disisinya. Baru saja
aku duduk. "Niko! Kamu duduk sama aku aja yaa!" ucap seseorang seraya
menarik tanganku. "Kamu ? Kok ada disini ?!" tanyaku pada Yupi, ya! Dia
Yupi. Ngapain disini ? "Kamu gatau ya ? Waktu aku tau kamu jadi murid
pertukaran di Jepang, aku langsung minta pada ayahku untuk ikut ke
Jepang" jawab Yupi. "Astaga, gua lupa kepala sekolah gua itu ayahnya si
Yupi. Ahh kacau" gumamku. "Eh tapi aku mau duduk sama" belum selesai aku
berbicara Yupi menarik tanganku lagi dan duduk dibangku sebelah
Frieska. "Udah, gak usah banyak ngomong deh. Kamu sama aku aja" ucap
Yupi. Apa boleh buat, aku ikuti saja kemauan Yupi. Saat aku menoleh ke
arah Frieska, ia hanya memainkan hp-nya saja. Saat aku panggil ia hanya
cuek tak menyaut, aku mencoba mengirim sms padanya, tetapi tetap tak ada
balasan. Saat aku lihat Yupi sudah tertidur, entah kenapa setiap aku
melihat Yupi aku selalu ingat pada Shania. Entah itu akan sikapnya yang
manja seperti Shania, aku tidak tau. Setelah berjam-jam akhirnya bis
sampai di hotel, tapi Yupi masih tertidur. Baru mau dibangunin, ternyata
dia sudah bangun sendiri. "Eh Nik ? Udah sampe ya ??" tanya Yupi.
"Seperti yang kamu lihat" jawabku. "Eh, koper kita kemana ?" tanya Yupi.
"Katanya sudah diantarkan ke kamar kita masing-masing" ucapku. "Kamarku
dimana ?" tanya Yupi. "Satu kamar 2 orang, aku sekamar dengan Radit.
Kamu gatau sama siapa, yang pasti kamar kamu nomor 48 dan aku 47.
Jadinya bersebelahan, makin repot aku deket-deket sama kamu" candaku.
"Ihh kamu ini apaansih, yaudah aku mau keluar sambil cari temen
sekamarku" jawab Yupi. "Yeey, yaudah sana" jawabku.
***
Saat
aku turun dari bis, aku melihat Frieska. "Fries! Nomor berapa ?"
teriakku. "Empat puluh delapan" jawabnya dengan cuek seraya pergi
kedalam hotel. "Empat puluh delapan ? Waduhh sama Yupi dong ? Gila,
bener-bener gila" gumamku dan segera menyusul kedalam hotel. Sampai di
lobby hotel para guru memberi pengarahan terlebih dahulu. "Nah,
anak-anak. Bagaimana ? Kalian sudah dapat nomor masing-masing kan ?
Sekarang kalian boleh menuju kamar masing-masing dan jalan-jalan
disekitar bukit hotel. Tapi tidak keluar dari area hotel sebelum ada
pengarahan, dan satu lagi. Jangan bertindak ceroboh! Baik, sampai
disini. Selamat sore" ucap guru itu. Semua murid menuju kamarnya
masing-masing, begitu juga aku. Sampainya dikamar hotel, cukup luas,
klasik, tidak membosankan, begitulah gambaran tentang kamar hotel yang
aku tempati. Aku langsung mandi dan setelah mandi aku segera ke kamar
nomor 48 iya, kamar Frieska dan Yupi. "Dit, gue kekamar sebelah ye. Lu
tunggu disini" ucapku pada Radit yang kebetulan sahabatku. "Oke bro,
santai" jawab Radit. Saat aku sampai didepan kamar hotel, aku melihat
Yupi. "Heh, ngapain disini ?" tanyaku. "Aku cari kamar nomor 48 dimana
sih" jawab Yupi. "Yaelah masih nyari, ini didepanmu ? Kamu tidak lihat
?" ucapku. "Ohehe iya juga, kira-kira aku sama siapa yaa??" tanya Yupi.
"Kita lihat saja nanti" jawabku. Lalu aku mengetuk pintu kamar itu.
"Niko ? Ngapain kesini ?" tanya Frieska. "Ini, temanku juga sekamar sama
kamu" jawabku. "Ohh, yang tadi di bis ya ? Wah, senangnya bisa sekamar
sama kamu. Ayo masuk" ucap Frieska sambil menggandeng tangan Yupi dan
Frieska menoleh kearahku sambil menjulurkan lidahnya. "Eh aku ikut masuk
ya Yup ? Mau pinjem laptop sebentar gak apa-apa kan ?" tanyaku. "Hmm
iya deh" jawab Yupi. "Oh iya, kita belum kenalan kan ? Kenalkan namaku
Frieska Anastasia Laksani, panggil saja Frieska" ucap Frieska. "Aku
Cindy Yuvia, tapi biasanya aku dipanggil Yupi" balas Yupi. "Yupi ? Nama
panggilan yang unik hehe. Oh iya, kamu siapanya Niko ? Kok kelihatannya
akrab banget ?" tanya Frieska. "Aku itu pacarnya Niko" jawab Yupi.
"Yupi..... jangan bohong" tambahku. "Hehe, iya. Niko itu sebenernya
mantan pacar aku, tapi Niko itu masih suka sama aku. Jadi sekarang kita
lagi pdkt lagi ya Nik ?" ucap Yupi. "Apaan, ngarang banget kamu"
jawabku. "Ngaku dehh ??" tanya Yupi. "Enggak" jawabku sambil sedikit
memberi jarak. "Kalian malah ribut sendiri. Niko, kamu kembali ke kamar
kamu aja deh, aku mau mendengar banyak cerita dari Yupi" ucap Frieska
yang mendorong ku keluar kamarnya. "eh, apaan nih ? Aku kan belum
selesai main laptopnya" ucapku. "Pakai laptop kamu saja ya" balas
Frieska sambil menutup pintu kamarnya.
Akupun kembali ke
kamarku. "Dit,
lu tau Yupi kan ?" tanyaku. "Tau lah, mana mungkin gue gatau. Yupi itu
cewek favorite di sekolah kan ? Semua murid cowok banyak yang memujanya,
dia mantan lu juga kan ? Emangnya kenapa bro ?" tanya Radit. "Dia juga
minta ke bokapnya buat jadi murid pertukaran juga. Bokapnya kan kepala
sekolah, makin gak tenang deh gue disini" jawabku. "Oh masalah itu bro,
yaudahlah tenang aja. Eh lagian, si Yupi kayaknya masih ngarep balikan"
ucap Radit. "Idih, kagak ah. Gua gak suka cewek manja banget kayak Yupi"
ucapku. "Yaelah bro, kalau si Yupi justru tipe cewek gua banget" jawab
Radit. "Yaudah buat elu aja" ucapku. "Idih, kagak ah. Kalau gue sama
Yupi, terus Beby dikemanain?" jawab Radit. "Beby ? Beby Chaesara Anadila
maksud lu ?" tanyaku."Iyalah, dia kan pacar gue" jawab Radit. "Pacar lu
?" tanyaku. "Iya, kenapa ?" tanya Radit. "Kagak percaya gue wkwkwk"
ucapku. "Eh beneran" ucap
Radit. "Hmm, kasian Beby. Beby kan cantik, wah gitu. Tapi kok pacarnya
kayak singkong rebus gini hahaha" ucapku tertawa puas. "Eh kampret,
ngeledek lu" ucap Radit. "Hehe, woles bray" ucapku. "Eh, LDR-an dua
tahun dong lu ? Wkwk"
ucapku. "Gak apa-apa, daripada elu. Jomblo" ledek Radit. "Awas lu,
bentar lagi juga kagak jomblo!" ucapku. "Iya gimana elu dah, yaudah gua
tidur duluan. Ngantuk" ucap Radit. "Masih jam 7 juga udah ngantuk lu,
kek banci aje" ucapku. "Eh gajadi dah, gua mau telepon Beby dulu. Disini
sinyalnya jelek!" ucap Radit melempar bantalnya ke wajahku sambil pergi
keluar kamar. "Bangke lu!" teriakku. Aku segera mengirim email pada
Nabilah. "Bil, Shania ada
? Kenapa email dariku tidak pernah ia balas ?" isi emailku. Beberapa
menit berlalu, namun tetap tidak ada balasan dari Nabilah. "Bil, kok gak
dibales ?" isi emailku lagi. "Maaf kak, Shania gak mau jawab" balas
Nabilah. "Kemana aja sih baru bales ? Yaudah nanti aku kirim email lagi
ya" balasku. Semua murid turun ke lobby untuk makan malam. "Fries! Makan
bareng ya ?" tawarku pada Frieska. "Hmm, boleh deh" jawab Frieska, saat
kami akan mengambil makanan. "Niko ? Ngapain disini ?" tanya Yupi.
"Kamu pikir aku disini ngapain kalau bukan ngambil makan ?" jawabku
dengan nada yang mungkin tidak enak didengar. "Gausah ngambil deh, aku
udah bawain kok. Kamu makan bareng aku aja ya" ajak Yupi. "Eh gamau ah,
aku mau makan bareng Frieska" jawabku. "Tapi kan, nanti makanannya siapa
yang makan ? Sayang kan jadinya" ucap Yupi. "Itu sih salah kamu, main
ambilin aja" jawabku. "Udah, udah. Niko, lebih baik kamu makan bareng
Yupi. Kan sayang makanannya, Yupi juga udah niat ngambilin makanan buat
kamu. Biar aku makan sendiri saja" ucap Frieska sambil berlalu
meninggalkan ku. "Tapi Fries ?? Ah kamu sih!" ucapku pada Yupi. "Loh ?
Kok aku ? Kan Frieska sendiri yang bilang" jawab Yupi. "Ah yaudahlah,
meja nya dimana ? Laper nih" ucapku. "Itu disana" kata Yupi sambil
menunjuk meja makannya.
Sampainya di meja makan. "Eh, kamu masih ingat
ternyata" ucapku pada Yupi. "Ingat apa ?" tanya Yupi. "Makanan
kesukaanku" ucapku sambil melahap makanan itu. Iya, saat kami masih
berpacaran setiap istirahat sekolah pasti Yupi selalu membawakan bekal
untukku. Dan spesialnya lagi, itu bekal hasil masakan Yupi sendiri.
Kadang dibentuk sebuah tanda hati, Yupi bilang sih biar nanti waktu aku
makan, aku makin sayang sama Yupi. Soalnya hati itu udah aku makan,
ada-ada saja memang. Haha. "Oh itu, mana mungkin aku lupa. Nanti aku
buatkan lagi untukmu yaa" jawab Yupi, aku sempat tersedak mendengar itu.
"Eh Niko, hati-hati dong makannya" ucap Yupi sambil menyeka mulutku.
Saat itu aku gugup sekali! "Nah, udah bersih. Yaudah makan lagi ya,
hati-hati tersedak lagi" ucap Yupi. "I..iya" jawabku gugup. Setelah
selesai makan, Yupi meminta izin untuk kembali ke kamarnya, sedangkan
Frieska masih diam di tempat dimana tadi dia makan. "Fries, ke bukit yok
?" ajakku. "Ngapain ?" tanya Frieska. "Liat langit" jawabku. "Gimana
ya??" pikir Frieska. "Ahh kamu kebanyakan mikir, udah ayok" ucapku
sambil menarik tangannya. "Eh iya,iya sabar dong" jawab Frieska. Sampai
di bukit kami hanya diam tanpa kata, suasana menjadi sangat dingin
karenanya. Aku mencoba membuka percakapan. "Fries ?" tanyaku. "Apa ?"
jawabnya dengan nada datar dan masih memandang bintang. "Maaf ya"
ucapku. "Maaf ? Untuk apa ?" tanya Frieska. "Tadi kan aku gak makan
bareng kamu" jawabku. "Soal itu, aku gak marah kok. Lagian kamu cocok
sama Yupi" ucap Frieska. "Cocok ?" tanyaku. "Iya cocok, bener deh. Best
couple banget kalau kamu sama Yupi" ucap Frieska. "Gak, gak cocok. Aku
itu kalau best couple cocoknya sama kamu" ucapku. "Sa..sama aku ?" tanya
Frieska. "Iya sama kamu" ucapku tersenyum. "Emm Nik, maaf aku ke hotel
duluan" jawab Frieska pergi dengan wajahnya yang malu, aku juga menyusul
dan langsung tidur karena memang hari sudah larut malam.
Saat pagi hari kami mendapat pemberitahuan bahwa kami di Jepang hanya satu tahun lebih
mungkin satu tahun 6 bulan. Kami tidak tau persis alasannya apa, dan
selama seminggu ini sebelum mulai masuk pembelajaran. Kami akan
berkeliling kota di Jepang. Hmm kelihatannya seru. "Fries, nanti di bis
duduk bareng ya ??" ajakku. "Gak mau" jawab Frieska. "Loh ? Kok gitu sih
?" tanyaku. "Kamu itu cuma ngomong doang" jawab Frieska. "Cuma ngomong
doang ? Maksud kamu ?" tanyaku lagi. "Iya, kamu cuma ngomong doang.
Ujung-ujungnya ? Sama Yupi terus" jawab Frieska. "Itu kan aku dipaksa
sama Yupi" jawabku. "Kenapa gak kamu tolak ? Oh iya, aku ingat. Kamu
memang masih sayang pada Yupi. Jadi, mana mungkin kamu tolak. Iya kan
?!" ucap Frieska dengan nada yang sedikit membentak. "Fries, aku..."
ucapku. "Udahlah aku gak mau denger alasan apa-apa dari kamu. Permisi"
ucap Frieska dan pergi meninggalkanku. "Hoi bro ??" ucap seseorang
dibelakang, ternyata itu Radit. "Eh apaan Dit ?" tanyaku. "Ngapain
disini ?" tanya Radit. "Kagak, cuma cari angin" jawabku. "Oh gitu ya
bro, eh gua mau cerita nih bro" jawab Radit sambil duduk dipinggirku.
"Eh, cerita apaan ?" tanyaku. "Gue tadi abis putus sama Beby" jawab
Radit. "Hah ? Yang mutusin siapa ?" tanyaku. "Beby" jawab Radit. "Hmm
sabar ye bro" ucapku. "Always haha" jawab Radit. "Eh bro, tadi di sono
tuh sono. Gue ketemu cewek, beuhh itu yang namanya cantik bro" ucap
Radit sambil menunjuk tempat yang disebutnya. "Siapa ?" tanyaku. "Gua
kagak tau namanya, pokoknya cantik lah. Besok mau gua samperin, kali aja
bisa jadi pengganti Beby" jawab Radit. "Segampang itu elu move on Dit
haha" ucapku. "Ye, biarin aja kali bro. Galau itu jangan lama-lama haha"
ucap Radit. "Apa kata elu dah, yaudah gua ke hotel duluan" ucapku. "Oke
bro, do'ain besok sukses ye haha" ucap Radit. "Oke" jawabku. Malam
tiba, semua murid tidur dengan cepat karena besok harus bangun lebih
pagi.
Besok paginya semua murid sudah berkumpul di lobby untuk pembagian
nomor duduk di bis. Ternyata bis dibagi menjadi 2 yang terdiri dari bis
A dan B. Makin kecil saja kesempatanku untuk duduk dengan Frieska.
Pembagian nomor selesai, aku ada di bis A sedangkan aku tidak tau
Frieska ada di bis mana. Yang pasti aku berharap tidak bersama Yupi. Aku
segera naik kedalam bis, sesuai dengan nomorku. Nomor 10, aku duduk
disitu. Bangku disebelahku masih kosong, menunggu seseorang untuk
menempatinya. "Hola Niko,, ketemu lagi hehe" ucap Yupi. "Astagaa, kamu
nomor 10 juga ? YaTuhan,, kenapa selalu kamu sihh ?? " ucapku. "Jujur
yaa, tadinya sih aku nomor 11 cuma aku tau kamu nomor 10 jadi aku tuker
deh haha" ucap Yupi. "Haahh" ucapku mengeluh. Diperjalanan boring
banget, si Yupi malah tidur. Tak terasa lama perjalanan, kami dibawa ke
sebuah gedung yang cukup besar. Rupanya kami akan melihat beberapa
cosplay dari anime di gedung itu. "Si Yupi masih tidur, kesempatan
banget buat jalan sama Frieska" gumamku. Saat turun kebawah, aku bertemu
Radit. "Dit!!" panggilku. "Eh apa ?" ucap Radit menoleh. "Lu sama si
Yupi dulu ya ? Gua mau ketemu doi dulu, nanti gantian deh" tawarku. "Hmm
iyadah, tapi jangan lama-lama ya bro" ucap Radit. "Pasti" jawabku
sambil pergi mencari Frieska. "Fries, bareng yok ?" ajakku. "Enggak,
makasih" ucap Frieska. "Fries, kali ini please" ucapku sambil memegang
tangannya. "Hmm, gimana ya. Boleh deh" ucap Frieska. "Yes! Yaudah yok"
ucapku. "Eh Nik, mau kemana ?" tanya Frieska, aku memang membawanya
ketempat lain. Bukan ke gedung itu melainkan ke bukit dibelakang gedung
itu. "Ikut aja ya" jawabku. "Iya tapi mau kemana ?" tanya Frieska lagi.
"Liat aja nanti" jawabku. "Nah sampe deh" ucapku. "Ngapain disini ?
Acaranya kan disana ?" tanya Frieska. "Kita duduk disini aja, udaranya
segar kan. Hehe" jawabku. "Iya tapi kalau kita ketinggalan bis gimana ?"
tanya Frieska. "Tenang aja, aku bawa arloji. Lagian acaranya masih lama
juga" ucapku. "Oh iya, kemarin Yupi cerita apa aja ke kamu ?" tambahku.
"Banyak, yang paling aku inget sih waktu dia nyeritain kalau dia pernah
dirawat dirumah sakit. Terus kamu bela-belain izin dari sekolah selama
seminggu buat jagain dia, so sweet sihh haha" ucap Frieska. "Fries,
itu...." ucapku. "Udah, aku saranin kalian balikan aja. Lagian Yupi
cocok sama kamu, Yupi baik, cantik" ucap Frieska. "Fries" aku tidak
melanjutkan omonganku karena Frieska terus saja memuji Yupi. "Yupi lucu,
pintar, ramah, ngegemesin, pokoknya cocok deh sama kamu" ucap Frieska.
"Fries denger aku!" ucapku sambil memegang bahunya, Frieska hanya
menatapku dengan mata yang nanar. "Udah aku bilang kalau aku gak suka
sama Yupi! Yupi cuma masa lalu aku Fries!" ucapku. "Ke..kenapa ?" tanya
Frieska gugup. Aku menghela nafas. "Hmm, karena aku cuma suka sama kamu
Fries" jawabku. "A..aaku ?" tanya Frieska. "Iya, kamu mau gak jadi pacar
aku ?" tanyaku. "Maaf Nik, aku gak bisa jawab sekarang" ucap Frieska
sambil berlalu meninggalkanku. "Fries!! Aku tunggu jawaban kamu!"
teriakku.
Saat aku berjalan menuju gedung. "Nikoo!!
Tunggu akuu!!" teriak seorang gadis, ternyata itu Yupi. "Eh kamu,
ngapain disini ? Raditnya mana ?" tanyaku. "Loh kata Radit, kamu sms ke
dia kalau kamu nunggu aku disini ? Eh ternyata bener. Kenapa sih kamu
kangen ya ke aku ?" ucap Yupi. "Sialan si Radit, awas aja!" gumamku. "Eh
siapa bilang ? Yaudah, liat cosplay ajadah. Daripada boring" ucapku.
"Tuh kann benerr haha" ucap Yupi. "Gak usah bawel deh!" ucapku. "Iya,
iya maaf deh" ucap Yupi. "Nah gitu, sekali-kali kamu harus nurut ya anak
kecil" ledekku. "Aku bukan anak kecil Nikoo!!" protes Yupi. "Anak kecil
mah anak kecil aja kali" ucapku. "Kamu nyebelin" ucap Yupi. "Hehe, maaf
deh. Yaudah yok jalan" ucapku. Saat sedang berjalan aku melihat Frieska
bersama laki-laki. Terlihat mereka sedang tertawa, bercanda bersama.
Tapi aku tidak bisa mengenali wajahnya, karena dia menghadap ke Frieska.
Ah apa itu alasan Frieska tidak menjawab pertanyaanku tadi ? "Hey, kok
ngelamun ? Ayo jalan lagi" ucap Yupi. "Ehh, ini emm iya gak apa-apa
hehe" ucapku. Sepanjang jalan aku terus memikirkan hal itu, bersama
siapa tadi Frieska ? Setelah berjam-jam diacara itu, semua kembali
bersiap untuk pulang ke hotel. Di bis seperti biasa, Yupi hanya
tertidur. Sedangkan aku terus memikirkan Frieska, siapa laki-laki itu ?
Pertanyaan itu terus bersarang dipikiranku. Sampainya dihotel, aku
langsung masuk ke kamarku dan menunggu Radit. "Woy Dit! Darimana lu ?"
tanyaku. "Eh apaan sih lu, gua baru dateng main bentak aja. Kenapa sih
?" tanya Radit. "Sori ye, kagak gua nanya aja lu tadi di gedung sama
siapa ?" tanyaku. "Lu kan tau sendiri, tadi gue sama Yupi. Terus ketemu
Tasya, yaelah kenapa sih ?" tanya Radit lagi. "Kagak sih, gua nanya
doang" jawabku. "Oh yaudah gua mandi dulu dah" ucap Radit. "Oke" ucapku.
Aku segera ke kamar Frieska, tapi nyatanya pintu dikunci dari dalam.
Aku hanya mengirim sms saja pada Frieska. "Bukit belakang hotel, jam
07.00 malam. Please" isi smsku.
Setelah itu aku kembali ke kamarku untuk
bersiap-siap. "Dit! Buruan dong mandinya! Gue juga mau mandi nih!"
teriakku dari luar kamar mandi. "Iye bentar napa, baru juga gue masuk"
ucap Radit. "Emang mau kemana sih lu ?" ucap Radit lagi. "Mau jalan sama
doi haha" ucapku. "Yaelah gitu aja diburu-buru" ucap Radit. "Ah elu
banyak omong, udah cepetan" ucapku. "Iye broo" ucap Radit sambil membuka
pintu kamar mandi. Malampun tiba, aku bergegas menuju bukit seperti
yang aku bilang pada Frieska. Sudah pukul 07.15 tapi Frieska belum
datang juga. "Mau ngomong apa ?" ucap seseorang dibelakang. "Eh Fries,
dateng juga hehe" ucapku seraya berbalik. "Iya, kamu mau ngomong apa ?"
tanya Frieska. "Kamu belum jawab pertanyaanku" ucapku. "Yang mana ?"
tanya Frieska. "Duhhh, kamu iniii...... Frieska, kamu mau gak jadi pacar
aku ???" tanyaku. "Apa ? Gak denger" jawab Frieska, aku mengehela
nafas. "Frieska Anastasia Laksani, kamu mau gak jadi pacar aku!! Aku
suka sama kamu!! Aku sayang sama kamu!!" teriakku dengan mantap. "Kenapa
kamu sayang sama aku ?" tanya Frieska. "Terus ? Kenapa kamu bisa suka
sama aku ?" tanya Frieska lagi. "Aku gak punya alasan untuk itu"
jawabku. "Kenapa ?" tanya Frieska. "Karena kamu segalanya buat aku"
ucapku. Frieska hanya terdiam. "Gimana ? Mau gak jadi pacar aku ?"
tanyaku, Frieska mengangguk tanda iya. "Jadi ? Kita pacaran sekarang ?"
tanyaku. "Emm, iya" ucap Frieska berbisik seraya pergi menuju hotel.
"Akhirnya..... Terimakasih" gumamku. Dengan perasaan senang aku segera
pulang ke hotel, bermaksud ingin menceritakan semua ini kepada Radit.
***
Saat
sampai dikamar hotel, tidak ada Radit disana. "Si Radit, lagi keluar
kok pintu gak dikunci" gumamku. Saat aku mengecek email-ku terdapat
email dari Shania. "Kakak ??!!" isi email Shania. "Shan, tumben kamu
kirim email duluan. Udah gak marah kan yaa ??" balasku. "Hehe iya kak,
Shania juga tau" balasnya. "Tau apa ?" balasku. "Kakak pacaran ya sama
kak Frieska ?? Hahaha" balasnya. "Kamu tau darimana ?" balasku. "Di g+
kak Frieska" balasnya. "Hmm, males buka ah. Emang ada apaan sih ?"
balasku. "Kak Frieska cuma nulis 'Love You' aja di g+ nya, terus Shania
tanya. Love You kesiapa sih kak ? Kak Frieska jawab, ke kakakmu hehe.
Waktu Shania tanya, kakak jadian ya sama kak Niko. Kak Frieska suruh
tanya ke kakak saja. Hmm benarkan ?? Haha" balas Shania. "Hmm iya benar,
sekarang mau apa ?" balasku. "Cepat pulang kak!" balasnya dan dia
mengirimkan gambar padaku melalui emailnya. "Ingat ini kak ?" balas
Shania lagi. Shania mengirim gambar saat kami masih kecil, saat itu
mainanku tidak sengaja dirusak oleh Shania. Lalu aku berpura-pura
menangis untuk mengerjainya, tapi nyatanya Shania malah ikut menangis.
Kejadian itu difoto oleh pamanku, setiap kali aku melihatnya aku selalu
tertawa. "Iya aku ingat, mana mungkin aku lupa. Saat itu ekspresimu lucu
sekali haha" balasku. "Kakak juga" balas Shania. "Kak, sudah dulu ya.
Shania masih ada PR" balasnya. "Ucap janji dulu dong" balasku. "Hmm iya,
Shania janji selalu nunggu kakak disini. Sampai kakak pulang, Shania
tetap nunggu kakak disini. Aku sayang kakak" balas Shania. "Iya, kakak
juga sayang sama kamu. Jangan tidur larut malam ya!" balasku lalu
mematikan hp-ku karena memang baterainya habis. Brak!! Suara pintu kamar
terbanting dengan keras. "Woy Dit! Pelan aja nutupnya!" ucapku. "Sori
bro, hehe" ucap Radit. "Kenapa sih lu ?" tanyaku. "Tadi gua nembak
Tasya, tapi dia gak jawab. Dan rencananya gue mau nembak Tasya lagi
besok hehe" ucap Radit. "Gue penasaran deh bro, sebenernya Tasya itu
nama lengkapnya apa sih ?" tanyaku. "Sebenernya Tasya hanya nama
panggilan saja, nama lengkapnya itu Frieska Anastasia Laksani kalau gak
salah" ucap Radit. Aku sempat kaget mendengar itu. "Ya..yakin lu ?"
tanyaku. "Iya, gue yakin. Kenapa bro ?" tanya Radit. "Eh engga, yaudah
gue tidur duluan. Ngantuk" ucapku dan mengurungkan niatku untuk
menceritakan semua pada Radit. Esok pagi, aku mengirim sms pada Frieska.
"Fries, ke bukit sekarang bisa gak ?" isi smsku. "Iya, tunggu ya" balas
Frieska. Beberapa menit menunggu Frieska. "Hey" ucapnya dari belakang.
"Eh, hey. Sini duduk" ajakku. "Iya, mau ngomong apasih ?" ucap Frieska
sambil duduk disebelahku. "Aku mau nanya sama kamu, tapi sebelumnya aku
minta maaf kalau aku ada salah kata ya" ucapku. "Iya, ada apasih ??"
tanya Frieska. "Kamu kenal Radit ?" tanyaku. "Kenal, kenapa ? Aku
kenalnya baru sih, belum lama" jawab Frieska. "Radit itu sahabatku,
sahabatku dari kecil. Bahkan keluarganya sempat menampung aku dan Shania
dirumahnya" ucapku. "Lalu ?" tanya Frieska. "Radit kemarin malam pasti
nembak kamu ya ?" tanyaku. "I..iya, kamu tau darimana ??" tanya Frieska
gugup. "Radit sendiri yang menceritakannya, aku gak pernah tau kalau
kami menyukai orang yang sama. Karena setiap aku mau menceritakan
tentang kamu, pasti ke tunda terus" ucapku. "Te..teruss ??" tanya
Frieska gugup. "Kamu gak usah gugup, aku gak akan marah kok. Terus kamu
jawab apa ke Radit ?" tanyaku. "Aku,,, aku belum kasih jawaban" jawab
Frieska. "Hmm, besok pasti Radit mau nembak kamu lagi, aku tau Radit.
Dia gak akan pernah nyerah sebelum dia dapet apa yang dia mau, please
kamu terima Radit" pintaku. "Ka,,,kamu ngomong apa ? Aku gak mau" jawab
Frieska. "Fries, kali ini aja. Aku mau balas budi sama Radit" ucapku.
"Tapi gak harus ngorbanin hubungan kita kan ?" ucap Frieska. "Please,
kita bisa cari jalan lain. Aku sayang kamu, apa kamu udah gak sayang
sama aku ? Kamu mau balikan sama Yupi ya ?" ucap Frieska sambil
menggenggam tanganku. "Kamu salah Fries, aku gak pernah kefikiran kayak
gitu. Aku juga sayang kamu, sampai ketemu nanti malam dengan Radit"
ucapku dan meninggalkannya. "Maaf Fries" gumamku. Malamnya saat aku
pulang ke kamar hotel, Radit langsung menarik tanganku menuju bukit
dekat hotel. "Eh Dit! Baru gue dateng, main tarik aja!" ucapku
menghentikan langkahnya. "Ikut gue deh bro" ucap Radit. Aku terus
ditarik oleh Radit sampai di bukit, ada perempuan disana. Sepertinya
Frieska. "Dit, gak lucu! Gue capek!" ucapku setengah teriak tapi Radit
tak memperdulikannya. "Tasya ??" panggil Radit. Ia menoleh ke arah
Radit. "Ngapain gue di bawa kesini sih ?" tanyaku dengan nada kesal.
"Woles bro, gue mau nembak tu cewe" bisik Radit. "Tasya, kenalin ini
Niko, sahabatku. Nik, ini Tasya, temen gue" ucap Radit memperkenalkan
kami. Kami hanya terdiam saling menatap, aku benar-benar tidak tau harus
bicara apa saat itu. "Loh ? Malah diem ? Udah saling kenal ?" tanya
Radit. "Eh, enggak. Gue gak kenal dia, oh iya kenalin aku Niko" ucapku.
Frieska masih menatapku dengan mata berkaca-kaca. Aku tidak bisa membaca
apa maksudnya. "Frieska Anastasia Laksani, kamu mau kan jadi pacar aku
?" ucap Radit, satu kalimat itu benar-benar membuat hatiku hancur, aku
menyaksikan sendiri sahabatku menyatakan perasaannya pada kekasihku
sendiri! Frieska masih belum menjawabnya. "Kok diem ?" tanya Radit.
"Cewek diem tanda iya" ucapku pelan, Frieska menatap ke arahku. "Yang
bener bro ? Beneran ?" tanya Radit. "Iya bener, yaudah lu beli makan
dulu dah. Laper nih" ucapku yang masih menahan rasa sakit di hati ini.
"Yaudah, gue beli makan dulu ya. Makasih Tasya!" ucap Radit dan pergi
meninggalkan kami berdua. "Se..selamat" ucapku. "Ka..kamu ngomong apa ?
Udah jelas aku gak nerima Radit, aku sayang kamu" ucap Frieska menangis.
"Kamu gak usah nangis, maafin aku" ucapku dan pergi meninggalkan
Frieska sendiri. Setelah kejadian itu, sudah 5 hari lebih aku tak pernah
berkomunikasi dengan Frieska. Saat malamnya aku hanya duduk sendirian
di bukit saja, semua terasa sepi. "Aku sayang kamu" ucap seseorang dan
tiba-tiba memelukku. "Frieska ? Nga..ngapain disini ?" ucapku berbalik.
"Aku gak bisa kayak gini terus, aku sayang sama kamu. Aku gak akan
pernah bisa sayang sama Radit" ucap Frieska. "Fries, maafin aku" ucapku
lalu memeluknya, Frieska membalas pelukanku *delusi banget xD* Tiba-tiba
seseorang menarik kerah bajuku dan memukulku hingga terjatuh. "Ngapain
lu Nik ?!" ucap Radit, ternyata itu Radit. "Dit, gue... gue, ini salah
paham Dit" ucapku. Radit menarik dan memukulku lagi hingga kepalaku
mengeluarkan darah. "Lu pengkhianat Nik!" ucap Radit. Radit hendak
memukulku lagi, tapi dihalangi oleh Frieska hingga Frieska terkena
pukulan Radit hingga jatuh pingsan. "Fries..Frieska ??" ucapku. Saat itu
aku marah sebesar-besarnya. Hingga bangun dan membalas pukulan Radit.
"Lu gak tau yang sebenernya!" ucapku memukul Radit. "Harusnya lu
dengerin gue dulu!" ucapku memukul Radit lagi. "Gue gak butuh penjelasan
lu!" ucap Radit memukulku. "Lu egois! Fak!" ucapku memukul Radit hingga
terjatuh dan pergi membawa Frieska lewat pintu belakang hotel agar
tidak dilihat oleh siapapun. Setelah kejadian itu Radit pindah kamar.
**Dua tahun kemudian**
Sudah
dua tahun berlalu, sekarang tanggal 25 Juni 2013. Dua hari lagi aku dan
Shania berulang tahun, dan katanya tanggal 01 Juli masa menjadi murid
pertukaran telah selesai. Artinya kami akan pulang ke Indonesia bulan
Juli tahun ini. Hubunganku denngan Frieska masih bertahan, Radit kini
kembali menjadi sahabatku. Ia sekarang sudah tau apa yang terjadi
sebenarnya, Radit sekarang bersama Yupi, aku sempat tidak rela untuk
melihat orang yang selama ini masih menyimpan harapan padaku. Kini sudah
memiliki orang lain, tapi aku sadar kalau itu hanya perasaanku saja.
Banyak orang membicarakan Radit dan Yupi. Sesekali terdengar bahwa aku
ini adalah orang terbodoh karena melepaskan Yupi begitu saja, aku terima
omongan itu. Lagian gak ada untungnya juga meladeni perkataan orang
seperti itu. Saat siang hari dihari minggu, aku mengirim email pada
Shania. "Shania ? Rencananya bulan Juli tahun ini kakak pulang, kamu
harus tunggu kakak ya!" isi emailku padanya. Tidak ada balasan darinya,
bahkan Nabilah pun tidak membalas email dariku. Aku memutuskan untuk
berjalan-jalan disekitar bukit saja, disana aku melihat Frieska sedang
duduk di tempat biasa kami bersama. Aku menghampirinya. "Hei ??" sapaku
padanya, aku lihat Frieska menghapus air matanya. "Kamu kenapa ?"
tanyaku. "Aku... aku gak apa-apa kok" jawabnya. "Yakin ?" tanyaku. "Iya
yakin, aku ke hotel duluan ya. Maaf gak bisa nemenin kamu disini"
ucapnya. "Tapi kamu beneran gak kenapa-napa kan ?" tanyaku lagi. "Iya
aku gak apa-apa" jawabnya. "Eh beneran nih ?" tanyaku memaksa. "Iya
beneran, aku gak apa-apa. Yaudah bye, love you" ucapnya dan berlari
meninggalkanku. "Aneh ah" gumamku. 27 Juni 2013. "Shania!! Selamat ulang
tahun!! Kamu mau hadiah apa dari kakak ?" isi emailku pada Shania,
tapi, sama seperti sebelumnya. Tetap tak ada balasan, kenapa ya ? Aku
memutuskan untuk pergi ke bukit saja, bosen sih kesitu mulu. Tapi ya mau
kemana lagi :v Saat duduk di bukit. "Happy Birthday" ucap seseorang di
belakangku dan merangkul bahu ku. "Eh, Frieska. Iya makasih ya, emm
hadiahnya mana ?" candaku. "Hadiah ? Emang kamu mau apa hadiahnya ?"
tanya Frieska. "Emm,, aku mau nya kamu sama aku terus, hehe" ucapku. "I
love you, hehe" ucapnya. "I love you!!!" teriakku. "Eh iya, tadi aku
kirim email ke Shania, ke Nabilah juga. tapi gak dibales sama
dua-duanya. Kamu tau gak kenapa ?" tanyaku. "Eh aku.. aku gak tau"
ucapnya gugup. "Ya kalau gak tau gak usah gugup gitu jawabnya, aku kan
gak maksa kamu buat tau" ucapku sambil mencubit pipinya itu. "Iya,
iya... sakit tau" ucapnya kesal. "Hmm, hehe. Maaf yak" ucapku.
"Jalan-jalan yuk ?" ajaknya. "Kemana ?" tanyaku. "Gimana kalau ke atas
hotel ? Kayaknya asik" ucapnya. "Hmm, boleh tuh. Yaudah, yuk" ucapku.
Saat ditengah jalan, tiba-tiba handphone Frieska berbunyi, sepertinya
ada panggilan masuk. "Dari siapa Fries ??" tanyaku. "Dari kak Melody"
ucap Frieska. "Angkat aja, siapa tau penting" ucapku. "Iya, sebentar ya"
ucap Frieska memberi sedikit jarak dariku. Lama sekali pembicaraan
Frieska dengan kakaknya di telepon. "Fries ? Aku duluan aja ya ?"
tanyaku. "Eh i..iiya, nanti aku nyusul. Maaf lama ya" ucap Frieska.
"Hmm, oke gak apa-apa" jawabku dan segera ke atas hotel. Saat itu aku
menunggu Frieska lama..... sekali. "Fries ? Kenapa lama ?" isi smsku.
Beberapa menit kemudian ada sms masuk di hpku. "Niko, maaf aku gak enak
badan. Lain kali aja ya, maaf" balas Frieska. "Eh ? Kok tiba-tiba gitu
?" balasku. "Aku enggak tau, maaf ya" balas Frieska. "Hmm, yaudah nanti
aku ke kamar kamu ya ?" balasku. "Eh, enggak usah. Aku sama Yupi aja,
makasih ya. Love you" balas Frieska. "Hmm,, cepet sembuh ya. Love you
too" balasku. "Frieska dari kemarin sikapnya aneh banget, kenapa ya ?"
gumamku.
01
Juli 2013, akhirnya masa menjadi murid pertukaran ini sudah berakhir.
Dan katanya tanggal 10 Juli kami akan pulang ke Negeri kami, ah aku
sudah tidak sabar ingin bertemu Shania. Malamnya "Fries, aku lagi di
bukit nih. Kamu kesini ya ?" isi smsku. "Boleh, tunggu ya" balas
Frieska. "Hey" sapa seseorang yang tak lain ialah Frieska. "Eh, Fries.
Sini duduk" ajakku. "Iya" jawab Frieska. "Eh Fries, aku udah gak sabar
buat pulang ke Jakarta. Aku kangen banget sama Shania" ucapku. "Kamu
sayang banget ya sama Shania ?" tanya Frieska. "Eh ? Kamu ini nanya apa
sih, jelas-jelas Shania itu adikku. Adikku yang paling manis, adikku
yang sangat aku sayangi. Aku dan Shania tidak bisa dipisahkan oleh
siapapun" ucapku. "Apapun untuknya, bahkan nyawaku sekalipun asalkan dia
bahagia aku rela. Semua orang yang menyakitinya tidak akan aku ampuni,
meski itu veteran sekalipun" ucapku lagi, Frieska sedikit kaget
mendengarnya. "Eh ? Kenapa Fries ?" tanyaku. Frieska hanya terdiam,
sesaat air matanya menyusul. "Eh ? Kok nangis ? Kenapa ?" tanyaku.
"Enggak kok, aku... aku,, aku,, aku cuma inget kak Melody sama Nabilah
aja" ucap Frieska menghapus air matanya itu. "Oh gitu,, sebentar lagi
juga kita pulang kok" ucapku dan merebahkan diriku dihamparan rumput
hijau itu. "Iya aku tau, emm Nik. Maaf aku gak bisa lama, aku ke hotel
duluan ya" ucap Frieska dan pergi meninggalkanku.
"Lah,
dia aneh lagi" gumamku. 10 Juli 2013, hari yang ku tunggu tiba. Semua
telah dipersiapkan, tinggal berangkat menuju bandara. Di bis, aku duduk
dengan Frieska. Ahh aku sudah tak sabar ingin bertemu Shania....
Sampainya di bandara. Aku berlari dan segera duduk di kursi lobby.
"Shania... kakak pulang..." gumamku sambil menatap fotonya. "Shania
siapa ?" ucap seseorang ikut duduk disebelahku. "Eh, Shania adikku.
Ka..kamu ? Siapa ?" tanyaku kaget pada gadis itu. "Aku Rena Nozawa, maaf
udah buat kamu kaget. Oh iya nama kamu ? Siapa ?" tanyanya, dia polos,
lugu, cantik, wahhh. "Eh aku Niko, Rena ? Kamu orang Jepang ya ?"
tanyaku. "Iya aku orang Jepang, aku baru aja pulang dari Indonesia. Emm,
aku habis jadi murid pertukaran di Indonesia" jelasnya. "Wahh sama
dong, kalau aku di Jepang. Eh Rena, udah dulu ya ngobrol nya. Aku
siap-siap mau berangkat pulang, senang ya kenalan sama kamu" ucapku dan
pergi berjalan meninggalkannya. Saat berjalan tanganku ditahan olehnya.
"Niko, umm... kita bisa foto bareng gak ? Buat kenang-kenangan, di hp
kamu sama aku ?" pintanya dengan wajahnya yang polos itu. "Oh iya, boleh
banget Rena" jawabku. Kami pun berfoto bersama, di hpnya Rena, dan aku.
"Makasih ya Niko" ucapnya. "Iya, yaudah aku pergi dulu ya. Bye!!"
ucapku dan berlari menyusul yang lainnya. "Nanti kita ketemu lagi
yaaa!!!" teriaknya. "Iyaa!! Pasti!!" teriakku. Di dalam pesawat aku
duduk dengan Frieska. "Rena Nozawa, hmm... nama yang lucu, seperti
orangnya" gumamku. Aku terus memandangi hp-ku itu, aku terus memandangi
fotoku bersama Rena itu. Sampai aku lupa aku sedang bersama pacarku.
"Itu yang sama kamu siapa ?" tanya Frieska. "Eh ini, dia temanku. Rena
namanya, dia asli warga Jepang. Orangnya lugu, cantik, dan polos, aku
baru saja kenal dengannya" ucapku. "Baru kenal udah di puji, pake minta
foto segala lagi" ucap Frieska. "Ehh,, kamu kok gitu, lagian aku gak
minta kok, dia sendiri yang minta. Kamu jangan marah dong, aku gak akan
liat-liat foto itu deh. Suerr" ucapku. "Hmm, resiko sih ya" ucap
Frieska. "Resiko ? Resiko apa ?" tanyaku. "Resiko punya pacar pinter,
ganteng, baik, ya kayak gitu, sekali deket, sekali kenal banyak yang
ngeceng. Tau ah" ucapnya memalingkan wajahnya ke arah jendela pesawat.
*kapan lagi gue di puji member :v* "Jangan marah dih,,, jelek ahh"
ucapku. "Tau ah, ngantuk. Aku mau tidur" ucapnya dan memejamkan matanya.
"Ah yaudah, aku juga tidur aja" ucapku dan ikut tidur. Tidak terasa
sudah sampai di bandara Indonesia. Aku segera berlari keluar bandara dan
berlari menuju bis. Sampainya di bis aku duduk tak bisa diam seperti
cacing kepanasan, rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu adik
kesayanganku itu. Shaniaaa..... "Nik, buru-buru banget" ucap Frieska dan
duduk disebelahku. "Iya hehe, aku gak sabar banget pengen ketemu
Shania" jawabku. Frieska tak menjawab, ia hanya duduk dan memainkan
hpnya itu. Bis mulai berjalan, menuju sekolahku. Murid sebanyak 100
orang ini dikumpulkan disekolahku. Sampainya disekolah, disana terlihat
Melody, Nabilah, dan tunangan Melody itu. Tapi tidak ada Shania, iya
Shania. Kemana dia? "Shania dimana ? Kenapa dia gak ikut ?" tanyaku,
semua diam tak menjawab. Tiba-tiba Nabilah memelukku dan menangis. "Loh
kenapa nangis Bil ?? Hey ??" tanyaku mengusap kepalanya. Nabilah
menarikku, entah kemana. Frieska, Meldoy, dan tunangannya mengikuti dari
belakang. Ternyata Nabilah membawaku ke sebuah pemakaman, ia berhenti
tepat disebuah makam. Sepertinya masih baru, hanya saja ditutupi oleh
kain putih. Nabilah duduk didepan makam itu. "Shania, kak Niko udah
pulang. Kamu gak kangen ?" Nabilah berbicara sendiri. "Shania ? Apa
maksudnya ? Shania ? Shania apa Bil ?!!" teriakku. Nabilah membuka kain
putih itu, tepat saat dibuka. Nisan itu bertuliskan Shania Junianatha.
"Bil! Kamu lagi gak bercanda kan Bil ?!!" teriakku lagi. "Maafin Nabilah
kak" ucapnya menunduk. "Shania udah gak ada" ucap laki-laki itu. "Jaga
omongan kamu! Shania gak mungkin ninggalin aku!" ucapku. "Itu be..bener
kak, maafin Nabilah" ucap Nabilah. "Sekarang jelasin. Kalau emang ini
makam Shania, kenapa Shania ? Kenapa Bil ?" tanyaku. "Bulan lalu Shania
demam, Nabilah sama kak Melody udah bawa Shania ke rumah sakit. Setelah
seminggu dirumah sakit, demam Shania semakin tinggi. Saat itu Nabilah
sama kak Melody memutuskan untuk menginap di rumah sakit, karena
seminggu sebelumnya Shania bersama suster. Nabilah dan kak Melody
khawatir terjadi apa-apa dengan Shania. Malam itu, Shania bilang dia
pusing. Shania mau makan bubur yang suka dibeliin kakak sewaktu Shania
sakit. Nabilah udah minta izin ke dokter, kata dokter Shania boleh makan
bubur dari luar. Saat Nabilah dan kak Melody membeli buburnya, kak
Melody mendapat telepon dari pihak rumah sakit bahwa Shania sudah
meninggal kak. Kakak, maafin Nabilah" jelas Nabilah. Saat itu emosi ku
sudah mencapai ujungnya. "Kenapa kakak gak dikasih tau soal ini Bil ?!"
teriakku. "Shania yang memintanya kak" ucap Nabilah menunduk takut. Aku
berjalan menghampiri Frieska. "Jadi ini ? Alasan kenapa kamu aneh!
Setiap aku bercerita tentang Shania kamu selalu aneh! Ini jawabannya ?!"
bentakku. Frieska hanya menunduk menangis. "Jawab Fries!!!" bentakku.
Bruk!!! tiba-tiba tunangan Melody itu memukulku hingga aku terjatuh.
"Kamu gak boleh gitu! Gak seharusnya seorang laki-laki membentak seorang
perempuan!" teriaknya. "Terserah! Kamu gak akan tau rasanya kehilangan
seseorang yang penting dalam hidup saya! Seseorang yang berarti dalam
hidup saya! Seseorang yang membuat saya menghargai hidup ini! Tanpanya ?
Tanpanya saya gak bisa! Saya gak bisa hidup tanpa Shania! Anda tau
itu!" ucapku sambil berdiri. Bruk! Baru saja aku berdiri, tunangan
Melody itu memukulku untuk yang kedua kalinya hingga aku terjatuh
kembali, dan kali ini mulutku mengeluarkan darah. "Seharusnya kamu
jangan keras kepala!" teriaknya. "Anda tau apa tentang saya hah ?! Anda
tau apa tentang keluarga saya ?!!" teriakku dan mencoba berdiri. Bruk!
Untuk yang ketiga kalinya laki-laki itu memukulku hingga aku terjatuh
kembali. "Kalau kamu kayak gitu, Shania gak akan pernah tenang disana!"
teriaknya. Cuh!! Aku hanya meludah ke arah sepatu tunangan Melody itu.
Ia hendak memukulku lagi, namun terhalang oleh Nabilah. "Kakak! Kakak
jangan pukul kak Niko lagi! Kakak jahat!" ucapnya memelukku. "Nabilah,
kakak gak apa-apa. Nabilah sama kak Melody ya" ucapku menyuruhnya. Aku
berdiri menghampiri Frieska. "Aku benci kamu Fries, aku benci!" ucapku
dan pergi meninggalkannya. "Niko!!" teriaknya namun aku menghiraukannya.
Aku pulang kerumahku, aku masih tidak percaya Shania pergi
meninggalkanku. "Shania!! Kamu dimana ??!! Kamu di dalam kan!! Shania!!
Kakak udah pulang!! Kamu gak kangen ?? Shania!!!" teriakku didalam
rumah. Ternyata memang benar, Shania sudah tidak ada disini, disisiku,
didunia ini. Secepat itu kah ? Aku merasa Shania cepat sekali
meninggalkanku, Shania gadis kecil yang sejak lahir bersamaku, aku
merasakan keberadaan adik kecil yang manis ini didalam hidupku, hidupku
lebih berwarna akan kehadirannya, hidupku terang akan kehadirannya. Kini
Shania pergi, meninggalkanku, apa mungkin hidupku akan kelabu ? Ataukah
cahayanya akan padam dari hidupku ? Perlahan namun pasti hidupku akan
berubah drastis saat Shania tak ada disisiku.
Saat petang di
hari itu, aku pergi ke makam Shania. Aku melihat Frieska disana, aku
menghampirinya. "Ngapain kamu disini ?" tanyaku. "Nik, a..aaku, aku
minta maaf" ucapnya gugup. "Kamu gak perlu minta maaf, yang harus kamu
lakukan sekarang adalah pergi dari sini" ucapku memalingkan wajahku
darinya. "Tapi aku, aku" ucap Frieska gugup. "Aku apa ?! Fries, aku mau
berdua sama Shania. Aku minta kamu pergi dari sini, dan jangan pernah
temui Shania disini!" bentakku. "Kamu
berubah Niko!" ucap Frieska dan berlari meninggalkanku. "Maaf Fries, aku
minta maaf" gumamku. Aku duduk didekat makam Shania. "Kamu keganggu ya
tadi ? Maaf ya sayang, kakak gak maksud buat keributan disini. Shania,,,
kenapa Shania pergi, bukanya Shania udah janji mau nungguin kakak
sampai kakak pulang ?" ucapku mengusap nisannya yang bersih itu. "Hmm,
Shania selalu meminta kakak untuk berjanji agar selalu bersama Shania
disini, dan kakak menepatinya kan ? Shania juga berjanji untuk selalu
bersama kakak disini. Tapi kenapa ? Kenapa Shania ingkar janji, kenapa ?
Terus, kenapa Shania gak bilang kalau Shania lagi sakit ? Shania lagi
butuh kakak disamping Shania. Kakak berhak tau keadaan kamu Shania....
Terus waktu liburan ? Siapa yang ngasih 20 permintaan lagi ke kakak ?"
ucapku lagi di depan makan Shania. "Terimakasih Shania, terimakasih atas
janji dan semua kebohonganmu" ucapku dan berjalan meninggalkan makam
Shania.
Malam harinya aku tidur di kamar Shania. "Shania, kakak kangen kamu.
Kakak sendiri disini" ucapku berbaring dan membalikan badanku menghadap
dinding. Angin berhembus kencang, aku bisa merasakan Shania memelukku
saat itu. "Kakak, Shania ada disini. Selalu ada disini" suara itu
terdengar, suara yang tak asing lagi bagiku. "Shania..." ucapku lirih
dan memejamkan mataku.
Seminggu
kemudian, aku sedang berada di makam Shania. "Hey, kakak bawa bunga
kesukaan kamu" ucapku menaruh bunga melati putih kesukaannya. "Shania,
Shania lagi apa ? Shania,,, kakak kangen kamu. Kakak gak bisa tanpa kamu
Shania..." ucapku. "Kakak" panggil seseorang dari
belakang, ternyata itu Nabilah. "Nabilah ? Ngapain disini ?" ucapku
padanya, ia juga bersama tunangan Melody. "Kakak jangan sedih ya, kalau
kakak sedih Nabilah juga sedih. Shania juga pasti sedih" ucapnya
memelukku. "Makasih ya adik manis, kakak gak sedih kok" ucapku. "Bil
pulang yuk, udah sore. Nanti kakak nyariin" ucap laki-laki itu. "Iya
kak, sebentar ya" ucap Nabilah. "Kak Niko, ini ada surat dari Shania.
Nabilah temuin di meja belajarnya, di rumah Nabilah. Dan yang ini dari
kak Frieska, dibaca ya kak, Nabilah pulang dulu" ucapnya dan berlari
menuju tunangan Melody itu. "Dua pukulan waktu itu saya minta maaf,
jadikan pelajaran untukmu" ucap laki-laki itu seraya berjalan menuju
mobilnya. Aku hanya mengangguk dan membaca surat itu, pertama dari
Frieska. Sepertinya masih baru.
"For: Niko"
Sudah satu minggu lebih kamu marah sama aku. Bahkan aku tidak boleh menemui Shania. Niko,
aku minta maaf. Aku sadar aku salah, aku udah bohong sama kamu. Shania
memintaku untuk tidak memberitau kamu soal ini, Shania gak mau kamu
khawatir Nik. Shania adik yang baik, kamu beruntung punya adik seperti
Shania. Niko, aku sayang kamu. Walau kamu semarah apapun sama aku, aku
tetep sayang kamu.
"From: Frieska Anastasia L"
Itulah
isi surat dari Frieska. "Aku gak tau Fries, aku gak tau sekarang
perasaan aku ke kamu ini aku gak tau. Aku kecewa sama kamu, tapi aku sayang kamu. Maafin aku" gumamku. Sekarang
saatnya membaca surat dari Shania.
"Untuk kakakku sayang, Niko Christian"
Halo
kak ? Gimana kabarnya ? Pasti kakakku ini semakin keren dan ganteng,
tapi meskipun begitu, aku yakin kakak belum bisa menyusul rankingku. Iya
kan ? Hahaha, hmm kakak, mungkin kalau kakak udah baca surat ini, pasti
Shania udah gak ada disisi kakak ya. Shania minta maaf, Shania gak
bilang kalau Shania lagi sakit. Saat itu Shania butuh..... sekali kakak
disamping Shania, tapi Shania tau kakak sedang belajar disana. Shania
gak mau kakak khawatir disana, Shania gak mau ngerusak konsentrasi kakak
belajar di Jepang. Kakak jangan marah sama Nabilah, kak Melody, kak
Marka, dan kak Frieska ya, mereka yang mengurus Shania saat Shania
sakit. Kak Frieska yang selalu menanyakan kabar Shania, Nabilah yang
selalu ada untuk Shania, kak Melody, kak Marka, semuanya baik pada
Shania. Kakak, Shania sayang..... banget sama kakak, kakak itu kakak
terhebat yang Shania miliki. Shania bahagia.... sekali bisa punya kakak
baik, pintar, dan hebat seperti kakak. Sekarang kakak jangan khawatir
ya, pasti Shania udah sama mama dan papah disini. Kakak, Shania kangen
sama kakak. Kakak kangen gak sama Shania ? Yang harus kakak tau, Shania
bangga sekali punya kakak seperti kakak Niko. Kakak Niko yang selalu ada
disaat Shania senang dan sedih. Kakak, Shania sayang....... sekali sama
kakak. I love you kakak. I love you"
"Dari adikmu yang manis ini, Shania Junianatha"
Aku
menangis, aku menangis sejadi-jadinya setelah membaca surat itu. Surat
terakhir yang ditulis oleh seorang adik kecil yang manis untukku. Aku
berjalan perlahan meninggalkan makam Shania. Entah mengapa, rasanya kaki
ini tidak mau meninggalkan makam adikku itu. Aku menghentikan
langkahku, aku benar-benar tidak ingin jauh dari Shania. Aku benar-benar
tidak ingin meninggalkan makam Shania. "Shania!! Kamu pembohong! Kamu
jahat! Kamu ingkar janji Shania! Mana janji kamu yang selalu kamu
ucapkan Shania!! Shania!! Kakak gak mau kamu pergi!! Kakak gak bisa
tanpa kamu Shania!! Shaniaa!! Pulang Shania!!!" teriakku dan memaksakan
kaki ini untuk berlari meninggalkan makam Shania. Setelah kejadian itu,
aku menjadi seorang yang pemurung, pamanku sudah pernah menjemputku
untuk kembali ke Solo, namun aku tak mau, aku bahkan menyuruhnya untuk
tidak usah menengokku disini. Frieska, Nabilah, Melody, mereka sering
sekali ke rumahku, namun aku tidak menyambut mereka dengan pantas, aku
hanya diam, diam tak bersuara, tak ada lagi semangat di diri ini untuk
hidup, kenangan aku bersama Shania begitu indah, terlalu banyak kenangan
saat aku bersama adikku. Sehingga begitu sulit dilupakan, Shania...
terimakasih atas janji dan semua kebohonganmu.
THE END
(Created by @SadrachNiko48)